Laman

AYOOOO GABUNG SEGERA!!!!!

TABUNGAN HEBOH Ayo segera gabung dan dapatkan Apple IPad bagi 5 member pertama yang memenuhi syarat

Selasa, 23 November 2010

Perbedaan Antara Suka, Cinta dan Sayang

Kembali bercerita, tentang tiga perasaan yang mayoritas disebut sama namun sebenarnya berbeda.[yEaaaah, , muLai Le sOk tAuu. . .hahahagz. . :P]
Apakah itu? [mAkanE woOcoooOo. . . :D]

Maha Pencipta menciptakan manusia dilengkapi akal, selain itu manusia juga diberi hati untuk merasakan segala sesuatu yang dirasa perlu. Rasa suka, rasa cinta, dan rasa sayang. Apakah itu semua sama? Mari kita pikirkan. . [Lw aJa kaLiii, gW nGgaaaK. .LhoooOo??]


Mulai dari perbandingan rasa cinta dan suka yang saya ketahui. [yUuukk, mArriiiiiiiii. .]

Di hadapan orang yang Anda cintai, terik panas matahari yang menyengat berubah menjadi terpaan angin sejuk yang menerpa seluruh bagian tubuh Anda…
Di hadapan orang yang Anda sukai, terik panas matahari tetap saja menyengat, hanya saja suasana dan pemandangannya lebih indah…
[bAhasanE kedUwuren rAk yOoooWw? :P]

[mUgo-muGo iki oRa keduwUreN. . . :D]
Di hadapan orang yang Anda cintai, jantung Anda tiba-tiba berdebar lebih cepat…
Di hadapan orang yang Anda sukai, Anda hanya merasa senang dan gembira saja…

Pernahkah merasakannya begitu?

Atau, , ,
Apabila Anda melihat kepada mata orang yang Anda cintai, mata Anda akan berkaca-kaca…
Apabila Anda melihat kepada mata orang yang Anda sukai, Anda hanya akan tersanyum senang saja…
[keDuwuRen nEh ki kAya’E. . :P]

Di hadapan orang yang Anda cintai, kata-kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam…
Di hadapan orang yang Anda sukai, kata-kata yang keluar hanya dari pikiran yang terlintas dari benak Anda saja…
[haLLaaaheeeeeemmm. .]

Jika orang yang Anda cintai menangis, Anda pun akan ikut menangis di sisihnya…
Jika orang yang Anda sukai menangis, Anda hanya akan menghibur saja…


Rasa cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga.
Jadi, jika Anda ingin berhenti menyukai seseorang, cukuplah dengan menutup telinga Anda.
Tetapi, jika Anda mencoba menutup mata dari orang yang Anda cintai, maka itu akan berubah menjadi tetesan air mata dan terus tinggal di hati Anda dalam jangka waktu yang cukup lama…
[huexexexexeee. . :P]

[Eh, kAya’E kUrang siJi kiii. . :?]
[oOoowhh iyOo, ,sik ayAng-ayaNg uRunG kii. . :D , .Mari saYa akaN baHas di baWaH. . :D]
__________________*____________________

Selain rasa suka dan rasa cinta, ada perasaan yang lebih mendalam, yaitu rasa sayang…
[sOtoY siTiK. .hahahagz. . :D]

Rasa yang tidak hilang secepat rasa suka ataupun rasa cinta.
Rasa yang tidak mudah berubah.
Perasaan yang dapat membuat Anda berkorban untuk orang yang Anda sayangi.
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang Anda sayangi.

Suka dikarenakan obsesi, cinta hanya ingin memiliki, tetapi rasa Sayang hanya ingin melihat orang yang disayanginya bahagia di samping Anda maupun tidak di samping Anda…
[meLaz Eh, nEk “tidak disamping Anda”. . huhuhuhuuu. . ]


Simpulan yang dapat diambil adalah :
Suka belum tentu cinta. Namun, bila Anda cinta sudah pasti Anda akan mempunyai rasa suka.
Cinta belum tentu sayang. Namun, bila Anda sayang sudah pasti Anda akan mempunyai rasa suka dan rasa cinta. [yEaahh, ,maK nYuuUzz kUii. . :D]


Dari beberapa perkataan saya di atas, semoga menjadi renungan dan pastinya semoga Anda dapat membedakannya. Seperti kata “salah” dan kata “keliru” yang sebenarnya bermakna berbeda. [keLinGan paK rEktoR nJuk’aN kii. . hahahagz. . :D]

Mohon maaf apabila ada kesalahan susunan kata maupun kesalahan pengetikan. [LhOo??? :?]
Tunggu catatan-catatan yang akan saya buat kembali. Bila Anda tidak berkenan dengan catatan saya, mohon remove diri Anda dari catatan saya secepatnya. Cukup sekian dan saya sampaikan terima kasih.

Sedikit cerita Merahnya Merah

“Merahnya Merah” yang bercerita tentang dunia gelandangan di sebuah kota, adalah sebuah cerita tentang bagaimana manusia-manusia yang terhimpit dalam kehidupan yang keras ini harus bergulat dengan kondisi pragmatis untuk bertahan hidup. Pergulatan terhadap hidup yang otomatis membuat mereka menjadi orang-orang yang pragmatis telah mendorong mereka—pada titik tertentu—menjadi semacam “filsuf” yang berusaha melakukan penalaran tertentu agar hidup yang mereka jalani sekarang bisa mereka terima dalam batiniah yang terdalam, dan kalau perlu, mampu menimbulkan kebahagiaan tersendiri.
Beda dengan banyak cerita yang berlatar kemiskinan lainnya, “Merahnya Merah” adalah sebuah kabar yang memberi tahu kita betapa manusia-manusia dari strata ekonomi bawah—termasuk para gelandangan—adalah juga pribadi yang tak hanya berurusan dengan soal praktis sehari-hari, tapi juga berurusan dengan pertentangan-pertentangan dalam hati mereka yang terdalam. Cuma, pergulatan hidup sehari-hari memang tak memberi waktu banyak pada mereka untuk lama-lama merenung sebab perut harus diisi dan kelamin mesti dipuaskan. Maka, perenungan pada mereka bisa menjelma menjadi semacam “anti perenungan”: mereka sudah tiba pada satu kondisi di mana mereka beranggapan bahwa pikiran-pikiran yang tidak praktis sama sekali tidak berguna. Bagi mereka, tak ada gunanya mencoba bergulat dengan kontradiksi dan logika, meski kesimpulan itu mereka dapat justru setelah bergulat dengan kontradiksi, logika, dan barangkali semacam “filsafat”.
Bagi salah seorang tokoh dalam novel itu, yang bernama “pak centeng”, manusia, terutama yang terimpit kesulitan ekonomi, adalah makhluk yang seharusnya—tidak boleh tidak—harus pragmatis. Mereka hidup dalam sebuah logika di mana satu-satunya yang berarti adalah “tetap hidup” dan “tidak mati”. Segala upaya untuk menemukan kesejatian hidup dalam filsafat yang rumit, adalah kesia-siaan bagi mereka sebab pokok soal mereka bukanlah “apakah hidup mereka bermakna”, tapi “apakah besok saya masih bisa hidup”. Jadi, buat apa jika hari ini kita menemukan makna hidup namun perut kita kelaparan, dan esok hari kita pamit pada dunia?
Pergulatan hidup yang dialami pak centeng telah membuat ia menjadi orang yang praktis: hidup dengan hati yang digembirakan, bicara dengan kalimat-kalimat singkat yang menandakan kesederhanaan tata pikir dan bahasanya, serta berbuat serajin- rajinnya karena ia memang hendak menjadi “manusia yang berbuat”.
Apa yang dianut pak centeng kontras dengan apa yang dianut oleh tokoh utama “Merahnya Merah” yang diberi identitas oleh Iwan sebagai “tokoh kita”. Meski sama-sama penghuni sebuah perkampungan gelandangan—dan bahkan “tokoh kita” jauh lebih miskin daripada pak centeng—tapi penyikapan terhadap renungan jauh berbeda. “Tokoh kita” adalah orang yang hidup dengan perenungan-perenungan dalam. Ia bicara dengan kalimat-kalimat panjang, penuh bumbu filosofis, dan aturan logika yang ketat. Jangankan para gelandangan yang ada di sekitar “tokoh kita”, para pembaca novel ini—yang jelas bukan gelandangan saja—mungkin akan kesulitan mengikuti ketetatan logika serta dalil-dalil silogisme yang bertebaran dalam pembicaraan si “tokoh kita”.
Pergulatan dan ketegangan antara “tokoh kita” dan pak centeng, di bagian pertengahan novel, mencapai klimaksnya ketika pak centeng menjadi sangat terganggu dengan cara bicara “tokoh kita” yang menggunakan kalimat-kalimat panjang yang rumit. Ketegangan itu terjadi manakala pak centeng menemukan dirinya tak nyaman berhadapan dengan orang dengan gaya bahasa seperti itu. Bagi dia, gaya bahasa itu rumit, tapi terlebih lagi mengingatkan ia pada apa yang saya sebut sebagai “perenungan”.
Ketegangan yang bermula dari ketidakberhasilan pak centeng dan kawan-kawannya menemukan Fifi—gadis 14 tahun, gelandangan, jatuh cinta pada “tokoh kita”—yang tiba-tiba saja menghilang itu terus bertambah sampai akhir cerita. pak centeng yang memuja “kesuksesan” sebagai “moral dan filsafat hidupnya” menemukan dirinya kini mengidap suatu kegagalan. Tak ditemukannya Fifi olehnya dalam sebuah pencarian panjang telah mengakibatkan ia kebingungan untuk berbuat apa. Kebingungan itulah yang ia benci karena ia adalah “manusia berbuat”.
Dalam kekalapan akan kebingungan harus berbuat apa itulah ia melampiaskan kebenciannya pada “tokoh kita” yang ia anggap sebagai kontras yang pas dengan dia. pak centeng adalah jagoan yang disegani, sekaligus “manusia berbuat”, “manusia konkret”, yang seharusnya lebih tinggi kelasnya daripada “tokoh kita” yang hanya gelandangan, sekaligus “laki-laki yang suka bicara dalam langgam gagap dan kikuk dibikin-bikin” yang arti pembicaraannya hanya “langit biru yang tahu”. Tapi kebencian itu juga dilandasi oleh sesuatu sederhana: kecemburuan pak centeng karena “tokoh kita” ternyata mendapat perhatian dan dicintai oleh dua perempuan sekaligus, yaitu Fifi dan Maria—tokoh pelacur eksentrik yang mantan calon juru rawat.
Kisah “Merahnya Merah” yang menegang setelah hilangnya Fifi, kemudian Maria, lalu “tokoh kita”, berakhir dengan sebuah cerita yang menimbulkan perenungan tentang arti gelandangan dan kaum miskin. Para pejabat kota yang terbiasa dengan kematian dan hilangnya gelandangan tiba-tiba disibukkan oleh hilangnya tiga orang dari strata itu—Fifi, Maria, dan “tokoh kita”—karena para pejabat keamanan itu ternyata mantan rekan “tokoh kita” di masa revolusi dulu. Pencarian yang mereka lakukan demi menemukan tiga orang itu sia-sia sampai kemudian “tokoh kita” muncul dan menerangkan perihal kehilangan tiga orang tadi.
Cerita berakhir dengan matinya “tokoh kita” dan pak centeng yang diiringi oleh berlanjutnya kehidupan kaum gelandangan di perkampungan itu seperti biasa. Sebuah adegan penuh drama yang diakhiri dengan anti klimaks yang canggih. Bagaimanapun, meski keduanya adalah aktor utama dalam novel itu, kematian mereka sama sekali tak menimbulkan goncangan di perkampungan gelandangan tempat mereka tinggal sebab hidup toh harus tetap berjalan dan tak ada tempat buat sikap yang sentimentil.
Bagi saya, “Merahnya Merah” adalah novel yang—meski berukuran kecil dan hanya memiliki tebal 162 halaman—telah mengungkap begitu banyak hal. Filsafat yang berat, sikap hidup yang pragmatis, cinta yang aneh, dan kehidupan kaum gelandangan yang problematis, juga pandangan-pandangan para pejabat pemerintah tentang kaum gelandangan, bisa kita temukan dalam novel itu. Semuanya tadi diramu dalam sebuah kemampuan bercerita yang canggih dan pengetahuan filsafat yang baik. Maka, wajar kalau novel ini diklaim oleh penerbit yang menerbitkannya sebagai buku yang “kemunculannya telah ‘menggegerkan’ dunia Kesusastraan Indonesia”.

Selasa, 25 Mei 2010

Analisis Syair Lagu "Kembang Pete" Iwan Fals

Syair Lagu
KEMBANG PETE

Iwan Fals, Album KPJ 1985


Kuberikan padamu
Setangkai kembang pete
Tanda cinta abadi
Namun kere

Buang jauh jauh
Impian mulukmu
Sebab kita tak boleh
Bikin uang palsu

Kalau diantara kita jatuh sakit
Lebih baik tak usah ke dokter
Sebab ongkos dokter disini
Terkait di awan tinggi

Cinta kita cinta jalanan
Yang tegar mabuk di persimpangan
Cinta kita cinta jalanan
Yang sombong menghadap keadaan

Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera
Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera

Kuberikan untukmu
Sebuah batu akik
Tanda sayang batin
Yang tercekik

Rawat baik baik
Walau kita terjepit
Dari kesempatan
Yang semakin sempit





Pengelompokan Syair Lagu
KEMBANG PETE

Iwan Fals, Album KPJ 1985
(sesuai nyanyian)

i Kuberikan padamu
Setangkai kembang pete
Tanda cinta abadi
Namun kere
ii Buang jauh jauh
Impian mulukmu
Sebab kita tak boleh
Bikin uang palsu
iii Kalau diantara kita jatuh sakit
Lebih baik tak usah ke dokter
Sebab ongkos dokter disini
Terkait di awan tinggi
iv Cinta kita cinta jalanan
Yang tegar mabuk di persimpangan
Cinta kita cinta jalanan
Yang sombong menghadap keadaan
v Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera
Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera
vi Kuberikan untukmu
Sebuah batu akik
Tanda sayang batin
Yang tercekik
vii Rawat baik baik
Walau kita terjepit
Dari kesempatan
Yang semakin sempit
viii Cinta kita cinta jalanan
Yang tegar mabuk di persimpangan
Cinta kita cinta jalanan
Yang sombong menghadap keadaan
ix Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera
Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera
x Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera
Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera






A. Pendahuluan
Lagu Kembang Pete merupakan lagu karangan Iwan Fals bersama Mansur Chirebon. Lagu ini terdapat dalam album KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan). Lagu ini dipilih untuk dapat mewakili periode ketiga Iwan Fals, yaitu periode dimana Iwan Fals secara profesional aktif di dunia musik.
Lagu ini bercerita tentang seseorang yang mengungkapkan perasaan cinta kepada kekasihnya. Namun, karena kesulitan ekonomi maka tanda cinta diungkapkan hanya dengan menggunakan setangkai kembang pete dan sebuah batu akik. Lagu tersebut juga memberikan gambaran perjuangan kalangan kelas bawah untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Menurut kami, lagu Kembang Pete ini tentang keterbatasan seseorang dalam mengungkapkan cinta kepada kekasihnya karena faktor ekonomi. Karena tidak mampu memberikan kemewahan kepada kekasihnya maka orang tersebut hanya mampu memberikan setangkai kembang pete kepada kekasihnya.





B. Struktur Wacana
Secara garis besar syair lagu tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu bagian i, ii, iii, iv, v, vi, vii, viii, ix, dan x. Bagian-bagian tersebut kemudian dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama yaitu bagian i, ii, iii, vi dan vii memberikan gambaran romantisme percintaan kalangan kelas bawah dan perjuangannya menghadapi kesulitan hidup. Bagian ii dan iii merupakan penjelas bagi bagian i. Pada bagian tersebut dijelaskan bahwa karena “aku” dan “kamu” kere maka harus membuang impian dan tidak perlu ke dokter bila sakit. Bagian vi dan vii juga memiliki hubungan. Pada bagian tersebut “aku” meminta kepada “kamu” untuk merawat tanda cintanya.
Kelompok kedua adalah bagian iv dan viii. Bagian viii merupakan repitisi dari iv. Bagian ini terkesan sebagai pernyataan tentang cinta bagi kalangan kelas bawah. Kelompok kedua memiliki hubungan dengan kelompok pertama. Artinya karena kondisi percintaan antara “aku” dan “kamu” penuh dengan perjuangan dan kesulitan hidup maka, cinta mereka dijelaskan sebagai cinta jalanan atau cinta orang-orang yang hidup di jalanan.
Kelompok ketiga adalah bagian v, ix dan x. Bagian ix dan x merupakan repitisi dari v. Bagian ini memberikan kesan ironi sekaligus harapan terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan bagi kalangan kelas bawah. Kelompok ketiga memiliki hubungan dengan kelompok pertama. Kesan pertama yaitu sebagai ironi adalah bahwa bagaimana mungkin orang-orang dari kalangan kelas bawah dapat bahagia dan sejahtera, untuk mengungkapkan perasaan cinta saja mereka hanya dapat menggunakan setangkai kembang pete dan sebuah batu akik. Kesan kedua yaitu harapan adalah bahwa meskipun selalu dalam keadaan sulit, kalangan kelas bawah dapat juga merasakan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam versi mereka sendiri.




C. Pembahasan
Pada bagian i. Setangkai kembang pete menjadi penjelas dari Kuberikan padamu, artinya “aku” memberikan setangkai kembang pete kepada “kamu”. Frase Tanda cinta abadi menjadi penjelas dari Kuberikan padamu, Setangkai kembang pete, artinya “aku” memberikan kepada “kamu” setangkai kembang pete sebagai sebuah pengungkapan rasa cinta. Kata abadi memiliki arti kekal, selamanya, akan selalu ada, hal ini kemudian menjelaskan bahwa rasa cinta “aku” kepada “kamu” merupakan rasa cinta yang sangat mendalam dan kekal.
Berbeda dengan ungkapan cinta pada umumnya yang menggunakan setangkai mawar, anggrek atau melati sebagai tanda cinta seseorang kepada kekasihnya, di sini Iwan Fals malah menggunakan kembang pete. Kata kere memiliki makna miskin, tidak mampu, atau tidak punya uang dan harta benda. Kata tersebut kemudian menjelaskan mengapa Iwan Fals memilih menggunakan kembang pete daripada kembang yang lainnya sebagai ungkapan cinta abadi bahwa karena kere maka “aku” tidak mampu membelikan kembang yang mahal, maka untuk mengungkapkan cinta abadinya “aku” hanya dapat memberikan setangkai kembang pete kepada “kamu”.
Pada bagian ii kata muluk yang memiliki makna membumbung tinggi, menjadi penjelas kata impian. Kata impian memiliki arti bayangan, khayalan, sesuatu yang diharapkan, dilekatkan dengan “mu” yang menjelaskan bahwa impian muluk tersebut adalah milik “kamu”. Kalimat buang jauh-jauh impian mulukmu memiliki hubungan sebab – akibat dengan kalimat sebab kita tak boleh bikin uang palsu. Bagian ii ini juga memiliki hubungan sebab – akibat dengan bagian i.
Artinya karena “aku” dan “kamu” merupakan orang yang kere, dan membuat uang palsu merupakan tindak kriminal, maka “aku” meminta agar “kamu” membuang impian dan khayalannya yang tinggi. Kata uang memiliki makna alat pembayaran yang sah, alat penukar, sebagai ukuran nilai harga barang. Uang palsu berarti alat tukar yang tidak asli, tidak resmi. Hal tersebut merupakan tindakan kriminal dan dapat dikenakan sangsi penjara.
Kalimat kalau diantara kita jatuh sakit memiliki hubungan dengan kalimat lebih baik tak usah ke dokter. Kata kita merujuk pada “aku” dan “kamu”. Kata diantara memiliki makna disela-sela, salah satu dari, yang kemudian merujuk pada salah satu dari “aku” atau “kamu”. Frase jatuh sakit memiliki makna terkena suatu perasaan tidak enak, terkena gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem jaringan pada organ tubuh. Jika seseorang terkena gangguan kesehatan maka orang tersebut akan mengkonsultasikan dirinya ke dokter. Dokter adalah seorang ahli dalam bidang kesehatan dan penyembuhan yang telah lulus dari pendidikan terkait. Kemudian, maksud dari syair lagu di sini adalah bila salah satu dari “aku” atau “kamu” terkena gangguan kesehatan maka “aku” dan “kamu” tidak perlu ke dokter.
Kalimat tersebut kemudian dijelaskan dengan kalimat berikutnya yaitu sebab ongkos dokter disini terkait di awan tinggi. Sehingga kalimat kalau diantara kita jatuh sakit lebih baik tak usah ke dokter memiliki hubungan sebab – akibat dengan kalimat sebab ongkos dokter disini terkait di awan tinggi. Artinya di sini adalah bahwa jika salah satu dari “aku” dan ”kamu” terkena gangguan kesehatan, mereka tidak perlu ke dokter untuk menyembuhkannya sebab biaya untuk mendapatkan pengobatan sangat mahal.
Untuk menjelaskan mahalnya biaya pengobatan Iwan Fals menggunakan bahasa kiasan ongkos dokter disini terkait di awan tinggi. Kata ongkos biasa digunakan oleh kalangan kelas bawah untuk menyebutkan biaya atau pembayaran. Preposisi di yang menandai hubungan tempat sini merujuk pada tempat Iwan Fals berada yaitu di Indonesia. Kata terkait barasal dari kata benda kait yang artinya sesuatu benda yang ujungnya melekuk, biasanya digunakan untuk menggantung, atau menghubung antara satu benda dengan benda lainnya. Kata terkait dapat berarti tersangkut, atau berada di. Kalimat tersebut merupakan kalimat hiperbola yang menjelaskan betapa mahalnya biaya pengobatan di Indonesia khususnya bagi kalangan kelas bawah.
Pada bagian iv, kalimat cinta kita cinta jalanan diulang dua kali pada bagian ini, dan diulang empat kali di dalam syair lagu. Pengulangan kalimat tersebut mempertegas maksud Iwan Fals yang menceritakan cinta antara “aku” dan “kamu”. Kata cinta memiliki arti perasaan kasih dan sayang, perasaan ingin memiliki dan dimiliki. Kata kita merupakan kata ganti orang pertama jamak. Kata kita merujuk pada “aku” dan “kamu”. Frase cinta jalanan merupakan bahasa kiasan yang menjelaskan bahwa perasaan dan kasih sayang yang hanya dapat diungkapkan dengan kembang pete merupakan perasaan cinta orang-orang kalangan kelas bawah. Kemudian dilanjutkan dengan kalimat Yang tegar mabuk di persimpangan dan Yang sombong menghadap keadaan sebagai penjelas dari kalimat cinta kita cinta jalanan.
Kata tegar dan sombong menjelaskan sifat cinta kita dan cinta jalanan. Kata tegar memiliki makna kuat, tahan, tidak mudah goyah atau berubah. Frase mabuk di persimpangan menjadi keterangan bagi kata tegar. Kata mabuk memiliki arti pening, hilang ingatan, tak sadar, pikiran terganggu. Frase di persimpangan merupakan keterangan tempat yang merujuk pada kata mabuk. Kata mabuk di sini dapat diartikan seseorang yang telah mencintai kekasihnya sehingga yang ada dalam pikirannya hanyalah tentang kekasihnya itu. Kata sombong memiliki arti besar kepala, angkuh. Frase menghadap keadaan memiliki arti menantang suatu situasi. Kata sombong kemudian mengalami ameliorasi, makna awalnya dirasa negatif namun pada frase sombong menghadap keadaan dapat setara maknanya dengan kata tegar.
Pada bagian v terdapat kalimat semoga hidup kita bahagia yang mendapat pengulangan sebanyak enam kali, yaitu pada bagian v, ix, dan x. Kalimat semoga hidup kita sejahtera juga mendapat pengulangan sebanyak enam kali, yaitu pada bagian v, ix, dan x. Kata bahagia memiliki arti keadaan atau perasaan senang, tentram, bebas dari segala yang menyusahkan, beruntung. Kata sejahtera memiliki arti kondisi makmur, selamat, aman. Kedua kata tersebut bahagia dan sejahtera memiliki makna setara yang merujuk pada keadaan seseorang yang merasa senang dan bebas dari segala yang menyusahkan dirinya. Kedua kalimat tersebut semoga hidup kita bahagia dan semoga hidup kita sejahtera merupakan harapan “aku” dan “kamu” bagi keadaan hidupnya.
Namun, pada bagian sebelumnya Iwan Fals mengambarkan kondisi sulit yang dialami “aku” dan “kamu”, yaitu ketika cinta mereka hanya dapat diungkapkan melalui setangkai kembang pete dan bagaimana “aku” dan “kamu” tidak dapat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya karena mahalnya biaya pengobatan. Kondisi yang dialami “aku” dan “kamu” tersebut terkesan tidak bahagia dan tidak sejahtera sehingga kedua kalimat tersebut semoga hidup kita bahagia dan semoga hidup kita sejahtera dapat dikatakan sebagai kalimat ironi.
Pada bagian vi, Iwan Fals memberikan gambaran kondisi “aku” dan “kamu” lewat kalimat kuberikan untukmu sebuah batu akik, tanda sayang batin yang tercekik. Frase kuberikan untukmu berarti “aku” memberikan sesuatu kepada “kamu”. Sebuah batu akik kemudian menjadi penjelas bagi kuberikan untukmu. Artinya “aku” memberikan batu akik kepada “kamu”. Batu akik adalah jenis batu berwarna-warni yang biasa diasah dan digunakan sebagai mata cincin. Kalimat selanjutnya tanda sayang kemudian menjadi penjelas mengapa “aku” memberikan sebuah batu akik kepada “kamu” yaitu sebagai pengungakapan rasa sayang “aku” kepada “kamu”. Kalimat batin yang tercekik menjadi penjelas bagi sebuah batu akik sebagai tanda sayang karena pada umumnya tanda cinta seseorang diungkapkan dengan batu berlian, zamrud, dan sebagainya sebagai perhiasan yang mewah.
Kata batin memiliki arti jiwa, sesuatu dalam hati. Kata tercekik berasal dari kata kerja cekik yaitu memegang atau menekan leher hingga tidak berdaya, mematikan. Kalimat batin yang tercekik kemudian dapat berarti bahwa jiwa “aku” merasa tertekan hingga tidak berdaya seperti seseorang yang lehernya dicekik. Selanjutnya dapat dipahami bahwa tercekik nya batin “aku” karena tidak dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi “kamu”. Kesedihan “aku” ini dapat tertangkap dari ungkapan cinta “aku” kepada “kamu” melalui setangkai kembang pete dan batu akik. Secara implisit kita dapat pula menangkap pesan bahwa mungkin saja kebahagiaan dan kesejahteraan dapat diukur dari materi, kekayaan, dan kemewahan. Bila hal tersebut terjadi maka dapat dikatakan bahwa kalangan kelas bawah yang tidak memiliki harta benda tidak akan mungkin bahagia dan sejahtera.
Pada bagian selanjutnya frase rawat baik baik menjadi merujuk pada sebuah batu akik. Yaitu dimana “aku” meminta kepada “kamu” untuk menjaga batu akik pemberiannya. Kata terjepit pada kalimat Walau kita terjepit memiliki arti tertekan diantara dua benda, terhimpit, terkurung. Kata tersebut merujuk pada kita yang menjadi objek yang dijepit. Kalimat selanjutnya menjelaskan pelaku penjepitan yaitu kesempatan yang semakin sempit. Artinya di sini, “aku” meminta kepada “kamu” untuk tetap merawat batu akik pemberiannya yang merupakan tanda cinta “aku” kepada ”kamu” dalam kondisi yang sulit dan tertekan oleh kesusahan karena kesempatan dan ruang bagi “aku” dan ”kamu” sebagai orang dari kalangan kelas bawah semakin sempit. Bagian ini memiliki fungsi konatif. aku mempengaruhi kamu untuk merawat tanda cintanya meski dalam keadaan sulit. Kata terjepit dan sempit memiliki fungsi puitis yang menonjolkan vokal itu.

D. Kesimpulan
Pada syair lagu ini terdapat beberapa partisipan yang diungkapkan melalui “aku”, “kamu” dan “kita”. “Aku” dan “kita” merupakan kata ganti orang pertama. “Aku” merupakan kata ganti orang pertama tunggal, sedangkan “kita” merupakan kata ganti orang pertama jamak. “Kamu” merupakan kata ganti orang kedua tunggal. “Aku” di sini dapat merujuk pada pengarang lagu dan “kamu” dapat merujuk pada pembaca atau pendengar lagu. Penggunaan “kita” dapat merujuk pada “aku” dan “kamu”. Sehingga di sini pengarang terkesan melibatkan pembaca untuk merasa berada dalam cerita syair lagu tersebut. Pembaca atau pendengar diajak untuk menghayati keadaan sulit kalangan kelas bawah yang penuh perjuangan dalam menghadapi kehidupan.
Namun, “aku”, “kamu” dan “kita” dapat pula memberikan bayangan suara yang merepresentasikan dua tokoh imajinatif pengarang. Kedua tokoh tersebut digambarkan berasal dari kalangan kelas bawah yang memperjuangkan cinta mereka dalam menghadapi kesulitan hidup demi mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Di sini pengarang menyuarakan kembali suara dari tokoh “aku” yang mengungkapkan perasaan cintanya kepada “kamu”.
Disamping itu, seolah-olah terdapat partisipan lain yaitu dokter yang terlihat hanya sebagai figuran dan pelengkap bagi pesan lagu. Kata dokter di sini sebenarnya berfungsi sebagai keterangan bagi ongkos. Yang lebih ditonjolkan adalah ongkos ketimbang dokter. Sehingga pesan yang terkandung yaitu bahwa kalangan kelas bawah tidak mampu mendapat pelayanan kesehatan karena bila sakit biaya pengobatan dari dokter tidak dapat terjangkau oleh mereka.
Pada syair lagu ini, pengarang merepresentasikan suatu gambaran romantisme percintaan dari kalangan kelas bawah yang menghadapi kesulitan ekonomi. Pengarang kemudian membangun relasi dengan pembaca maupun pendengarnya, sehingga pembaca diajak untuk terlibat dalam alur cerita dan dapat menghayati romantisme percintaan dari kalangan kelas bawah. Namun bagi orang-orang kelas bawah yang mengalami hal seperti yang diungkapkan dalam syair lagu, mereka akan merasa terwakili dan dibela lewat lagu tersebut. Sehingga, pada lagu tersebut pengarang mengidentifikasi dirinya berpihak pada kalangan kelas bawah.

Kumpulan Puisi kelas A angkatan 2007 PBSI UMPurworejo


Arti Hadirmu
Karya, Agus setyawan

Ketika ku termenung sendiri
Di penghujung malam hening
Datanglah engkau angin membelai wajahku
Lirih terdengar engkau membisikan kata

Jangan kau merasa sendiri
Aku selalu ada di dalam hatimu
Menemani setiap langkahmu
Sungguhkah..

Karena kutakan bisa jalani semua
Hidup tanpamu aku kan lemah
Jangan kau pergi tinggalkan aku
Tetaplah di sini untuk diriku

Tuhan inilah aku selalu berbuat dosa
Tuhan inilah aku selalu lemah rapuh
Tuhan inilah aku selalu mohon Ampun-Mu
Tuhan aku berserah padamu

Purworejo,18 Maret 2010









Piluku
Karya, Agus Setyawan

Air hujan masih menetes
Menemani hatiku yang penuh senyap
Sukma perih bak teriris pisau
Menyayat pilu daku rasakan
Hidup penuh lika-liku
Tak tentu kakiku melangkah
Senyum bahagia hanyalah kiasan
Tak pernah nyata aku rasakan
Apa salah daku selama ini
Hingga kenyataan seperti ini aku rasakan
Kemana harus aku bawa luka ini
Harus pada siapa aku mengadu
Tiap jejaku hanyalah keheningan
Terhempas ku kedalam pusaran sunyi
Dimana jalan harus daku lalui
Tuk menggapai cahayaMU
Inikah kesendirianku
Tak ada tempat untuku mengadu
Begitu hinakah daku
Hingga dikau menjauhiku
Semua tak pernah mengerti akan diri ini
Daku hanya berteman dengan kesedihan
Tapi aku percaya ILLAHI masih sayang daku
Ku harapkan cahayaNYA kan menyapaku
Hingga daku takan pernah merasa sunyi
Dalam keheningan ini

Purworejo, 24 Maret 2010

Kau
Karya, Asih Dwi Puspitasari

Bimbang yang tak jua kutemukan jawaban
Kau indah tapi tak bisa membuatku tersenyum
Kau lembut tapi senantiasa melukai hatiku
Hatiku yang selalu mencintaimu

Tak pernah ku hiraukan jarak yang jauh
Aku berjalan untuk menemukanmu
Berusaha menggapai cintamu
Namun, kau menghilang dengan kesenanganmu
Dengan ego yang membelenggu hati kecilmu

Tak mampukah kau merasakan tulusnya cintaku?
Tak dapatkah sedetik saja kau meluangkan waktumu untukku?
Kejam……
Aku sungguh tak menyangka hatimu sekeras batu
Tapi aku tak pernah menyesal
Mencintaimu…..

Purworejo, 17 Maret 2010












Teruntuk Ibu
Karya, Asih Dwi Puspitasari

Ibu…
Tangan lembutmu selalu hadir untuk membelai ku
Senyuman mu hadir untuk memacu semangat dalam jiwa ku
Tak ada keraguan untuk tiap titik peluhmu
Tak ada keraguan untuk tiap tetes air matamu
Air mata yang kau tumpahkan ketika resah menungguku pulang
Air mata yang kau cucurkan ketika melihat ku tergolek tak berdaya
karena sakit yang mendera ku

Ibu….
Kau tak pernah lelah dan takkan lelah berkorban
Demi melihat senyum di kedua bibirku
Walau kau begitu tahu
Aku selalu mengecawakan mu
Aku sia-siakan pengorbananmu itu

Ibu…
Meski aku bukanlah anak yang pantas kau banggakan
Dan meski aku sering membohongi ibu
Tapi aku ingin mengucapkan satu hal
Yang jujur dan tulus dari hatiku
Bahwa,
aku sayang ibu…..
Terima kasih ibu…

Purworejo, 17 Maret 2010


Asa-ku
Karya, Desfia Annisa Lutfiati

Suatu malam aku bermimpi
berada dalam sebuah istana
bayang itu seakan nyata
Seketika aku terperanjat
itu sebuah ilusi
kau yang dulu nyata
detik ini hilang
jalan lain ku tempuh
hanya dengan restu ku melangkah
ini adalah kenyataan
hati ini meronta
Kau tahu asa itu masih ada

Purworejo, 18 Maret 2010

















Sebuah Kepedihan
Karya, Desfia Annisa Lutfiati

Malam mengambang di atas kepedihan,
jenuh,
merasa tak berarti
dan ku hanya di sini,
Sepi…
Hati mulai menentukan sikap
Mencoba berbuat dari keterbatasan
Tapi,,,
terkurung seperti ayam di kandang
hanya bisa berkokok
mengabarkan,
dan tak ada yang peduli
apa mau ku dan kau
Bertambah bintang pun lari,
bulan tak ku jumpai,
dan bayu menusuk pori
Apa yang harus aku lakukan?
Atau lampaui jarakkatulistiwa?
Apa aku mampu?
Tak mungkin…

Loano, 24 Maret 2010









Rasa Ini
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Menguak sebuah figur indah
Tertegun akan pesonanya
Terbuai oleh indahnya
Terjaga oleh terjalnya

Saat asa itu menjadi nyata
Yang lain masih terbayang entah kemana
Akankah semua kan terwujut
Aku ingat akan curamnya
Hanya diam yang ku bisa

Semua warna itu
Telah ku rekam dalam mata
Menyajikan sekuntum bunga
Wanginya merasuk dada, meluluhkan hati

Hanya ada dua rasa
Perih dan bahagia

Purworejo, 15 Maret 2010











Kebahagiaan
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Darah, jiwa dan raga
Membentuk manusia
Untuk merasakan sedih dan bahagia
Membawa tawa dan air mata

Menangislah saat sedih merangkulmu
Tertawalah ketika bahagia mendekapmu
Kau tahu kau ada disini
Menangislah bersamaku
Tertawalah bersamaku

Purworejo, 10 Maret 2010



















Kerinduan
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Awan hitam
Yang merangkulmu
Akan terhempas
Saat kau tertawa

Berikan sebuah senyum
Pada hati yang merindumu
Dekaplah saat ia rapuh
Hangatmu akan mendamaikan hati

Tatkala kepedihan merangkulmu
Rasakan seluruh pedihnya
Sejenak renungkan artinya
Temukan maknanya

Saat pedih itu hilang
Akan kau nikmati
Apa itu arti bahagia

Purworejo, 20 Maret 2010

Keindahan Cinta
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Malam tanpa bintang
Tak menjadi suram
Tetap terasa megah
Laksana istana terindah

Perasaan bahagia dunia
Yang mendekap dada
Semua hanya ada terang
Bagaikan cahaya sang surya

Semua karena keindahan cinta
Yang mendekap erat setiap jiwa
Membuai lembut raga
Melukis indah ayumu
Berikan seuntas rasa indah

Purworejo, 5 Maret 2010














Keajaiban
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Desir ombak dipantai indah kurasakan
Angin dan pohon nyiur menyapa kedatanganku
Melambai mengatakan selamat datang
Hamparan pasir yang begitu luas

Pemandangan yang membuat ku terkagum-kagum
Tak pernah ku bayangkan ini kan terjadi
Gulungan ombak besar menyapu

Allahu Akbar…… Allahu Akbar
Suara takbir menggema
Tangis itu membanjiri dunia
Tidak ada yang perduli

Tuhan …..bantulah dan kuatkanlah
Bukalah jalanmu Tuhan
Hamba lalai akan perintahmu
Kau pantas berikan ini padaku Tuhan

Purworejo, 19 Maret 2010

Bertepuk Sebelah Tangan
Karya, Duriyatun Z

Menatap dirimu dalam bola mataku
Akan tergambar di bola mataku ini
Wajah kasihku
Desiran kalbu menyeringai
Tak ada dirimu dalam bola mata itu
Seakan membangunkan diriku dalam lamunan

Kucoba sekali lagi
Mengukir namaku
Dalam hatimu
Namun tak mudah menggoresnya
Karena kerasnya hatimu

Betapapun hatiku terpikat
Oleh sosok terang dalam kegelapan
Yang telah menghidupkan sinar redupku
Dan menghangatkan hati dan perasaanku
Namun, cahaya itu tertutup kalbu
Karena cinta yang tak pernah tersentuh
Oleh debar jantung kasihku

Purworejo, 23 Maret 2010









Perpisahan Kasih Dan Sahabat
Karya, Duriyatun Z

Walaupun kasih dan sahabat akan pergi
Namun, cinta ini kan tetap tumbuh dalam hati
Walaupun kebersamaan kan terhenti
Namun, cinta dan kasih mereka akan tetap abadi

Kan kubawa cahaya cinta dan kasihmu
Kemanapun kaki ini melangkah
Agar dapat menerangi jalan hidupku

Saat ku sendiri, kan ku ingat cintamu
Agar ku tak merasa sendiri
Bila ku rindukan dirimu
Kan kulihat bintang di langit, ku bayangkan senyum manismu
Kan ku simpan dalam hatiku
Kujadikan bintang paling terang dalam hatiku
Kan ku jaga selalu cahaya cintamu

Purworejo, 21 Maret 2010













Hati Yang Kau Sakiti
Karya, Duriyatun Z

Demi langit yang kuberi cinta dan kasih
Kau balas dengan duri
Demi hati yang kuberi cinta dan kasih
Kau tusuk lubang hatiku dengan duri
Ku pejamkan mata
Menahan sakit dalam jiwa

Kumenangisi tubuhku
Yang kini lumpuh tak berdaya
Karena duri yang kau tanamkan
Kuarungi setiap deritaku
Dalam kisah cintaku

Purworejo, 22 Maret 2010











Seketika Itu
Karya, Dyah Wachyuningsih

Perang dalam hati, kebimbangan menyeruak
Selimuti jiwa suci
Gemuruh nafsu, kobaran amarah
Redupkan cahaya wajahku
Seketika itu
Hidupku sirna

Allahu Akbar … Allohu Akbar …
Suara takbir menggema
Detak nadi, menghujam jantung
Jeritan hati tak terbendung
Seketika itu
Hatiku koma

Suara adzan, lantunan ayat suci
Seketika itu menyadarkanku
Dan aku hidup lagi
Dalam lindunganNya

Purworejo, 24 Maret 2010











Merindukan-Mu
Karya, Dyah Wachyuningsih

Malam yang sepi
Ku terpaksa seorang diri
Hatiku terasa gundah, gelisah
Cahaya lilin tak mampu
Menerangi gelapnya relung hatiku

Kucoba raih sebongkah kasih sayangMu
Tak kudapatkan
Hatiku menjerit
Jiwaku meronta
Mataku menangis
Menyesali kehampaan hidupku tanpaMu
Aku merindukanmu Tuhan
Kau dimana …?

Tuhan
Kirimkan aku seberkas cahyaMu
Tuk terangi jiwaku
Saat jiwaku terus mencari
Seuntai kasih sayangMu
Bulan dan bintang tersenyum padaku
Ya, itulah kekuasaanMu
kekuasaanMu kan mampu menahan
gejolak dan rindu di jiwaku

Purworejo, 24 Maret 2010


Cinta
Karya, Eko Kustantyani

Kau adalah anugerah -Nya
Kau adalah cahaya -Nya
Tiada terkira
Tiada terhitung

Cinta yang abadi
Cinta yang bersemi
Cinta yang tulus
Dan cinta yang sejati

Itu semua karunia -Nya
Yang harus kita terima
Dan harus kita jaga
Sampai hari kelak kan tiba

Dengan datangnya cinta
Yang membuat kita senang
Tak ada kata lain
Selain cinta dari –Nya

Purworejo, 8 Januari 2005









Harapan
Karya, Eko Kustantyani

Ku ingin seperti dulu lagi
Selalu ingin bersamamu
Dan tak ingin pisah denganmu
Yang selalu menghiburku

Ku rasakan hangatnya belaianm
Yang tak ku dapatkan hari ini
Ku harap kau bisa memahami
Rasa yang ada di diriku

Tapi sekarang kau telah pergi
Meninggalkan aku sendiri
Tanpa kehadirannu disini
Hatiku terasa hampa dan tak berarti

Purworejo, 22 Maret 2010













Syukurku
Karya, Eko Kustantyani

Hujan turun menyirami persada
Air mengalir menggenangi samudera
Pertiwi pun bercengkerama
Langkah kecil mulai ada

Tapi........
Tak terucap kata syukur
Terbungkam oleh takabur yang menggebu
Taqwaku bahwa aku nomor satu
Itulah selimut yang membanggakanku

Ya Tuhanku
Ampunilah kesalahan ini
Sungguh besar nikmat yang kau beri
Tak bisa dihitung dengan jari dan lidi
Tak bisa diukur oleh benang dan tali

Apalah hamba ini
Seorang mahluk yang tak berani
Lebih kecil dari bakteri
Terkikis mentari pastilah mati

Sungguh….
Engkaulah yang maha agung
Sujudku hanya kepadamu

Purworejo, 17 Maret 2010

Terbalut Satu Mimpi
Karya, Eka Setiawan

Tanpa mata meraba jalan bertapak,
Berjalan diikuti jejak jejak kehidupan yang padam.
Hasratku lemah, mimpiku punah.
Bukan angan yang terbelalak.

Dalam putaran roda waktu,
Tak terbendung rona muka kebohongan.
Belari menuju puncak bertajuk ilmu.
Suka duka bersama,
Berpijak pada bebatuan yang tak stabil.

Tertunjuk satu mimpi yang samar,
Namun batinku berkeyakinan
Mimpiku tak berujung,
Namun jalanku pasti.

Dunia menungguku,
Pendidikan memeluku erat.
Dan ilmu yang akan ku amalkan membuka pintunya lebar-lebar.

Satu bertebaran, riang menyambut dunia baru.
Mimpiku, berpadu dan menjadi satu.

Purworejo, 24 Maret 2010







Kotak Dalam Otoritas
Karya, Eka Setiawan

Pagi buta memeluk anak manusia,
Kokok ayam jantan menampar muka kehidupan.
Ketika tak setetespun pencerah dalam hati.
Terbutakan oleh cerahnya celah-celah merebak.
Tubuh tergontai menaklukan makna.
Betapa rasanya hidup terbelenggu hampa.

Dan itu pula,
Anak manusia yang menganggap dirinya paling benar
Begitu saja memvonis buruk sesamanya,
Hanya dari pancaran visual.

Kami tahu
Kami berkotak-kotak tanpa alasan pasti,
Tanpa sehelai benangpun mengikat antara kotak-kotak tadi.

Aku terluka,
Kita saling berdampingan dalam satu kuali besar,
Tapi tirai-tirai besi tak membuat kita satu.

Tubuhku terhempas ditampar gambaran sisa-sisa kolonialisme.
Tubuh besar ini berkotak-kotak pada suatu sistem otoritas sempurna.
Kami bukan boneka, kami ingin satu.

Aku sendiri berteriak,
Lepaskan tali-talimu yang melilit ide-ide kami.
Lagi itu, lingkaran merah mencoba menguasai, mendominasi dan memonopoli pergerakan.



Kami ingin satukan diri.
Tanpa terbagi menjadi kotak-kotak setan dalam rangkaian lingkaran merah.
Kita berdampingan, kita saudara,
Kenapa harus tirai besi membagi-bagi kita, memecah belah, menyembunyikan taring kita.

Berfikirlah,
Raihlah cinta dan damai, dengan peduli pada sesama.

Purworejo, 24 Maret 2010

Kenangan Abadi
Karya, Dwi Pradito

Hari berganti hari
Siang dan malam hanya ada dirimu
Bersama denganmu
Hidupku akan selalu bahagia

Bayangan wajahmu selalu hadir
Di setiap aku menjalani kehidupan ini
Untuk menemani jiwa dan ragaku
Tanpa mengenal batas waktu

Saat hati ini sedang suka dan duka
Engkaupun selalu hadir dalam kalbuku
Takkan hilang walau diterpa rasa
Hanya satu kau di hatiku

Engkau datang mengintai hidup
Engkau datang mengintai rasa
Satu hati satu jiwa
Perasaan dalam hati kurasakan
Kepadamu seorang bidadari hati

Kepada kamu ku berharap
Namun semua tentang dirimu
Hanya bisa ku kenang abadi
Dalam perjalanan hidupku selamanya

Kutoarjo, 19 maret 2010




Kerinduan
Karya, Dwi Pradito

Aku tak ingin melepaskanmu
Walau hanya untuk sesaat
Tak kan kebiarkan kau pergi dariku
Meninggalkan rasa yang begitu dalam

Setiap hari aku berkata pada hati
Besok masih adakah waktu
Tuk selalu ada dalam kenyataanku
Hanya waktu yang bisa menjawab

Nyatanya aku tak pernah bisa sempat
Ragaku selalu saja terlebih dahulu
Sehingga asa dan rasa itu selalu ada
Dapatkah waktu menjelaskan semua ini

Hingga sekali di setiap harinya
Kerinduan itu semakin bertambah berat
Semua ini hanya kulakukan untukmu
Satu hanya untuk kehidupanmu

Kutoarjo, 22 maret 2010










Anak kecil
Karya, Febry Hernanto

Ku tatap wajahnya yang penuh impian
Hanya keceriaan yang nampak diwajahnya
Bermain bebas tanpa ada orang yang melarang
Tak ada sediktpun beban dibenaknya

Tubuhnya yang mungil kan menjadi harapan
Harapan yang dimpikan orang tuanya
Roda selalu berputar…Zamanpun berganti …
Tubuhnya yang mungil berubah menjadi besar
Tak ada waktu untuk bermain lagi
Yang ada hanya berfikir…

Berfikir untuk merencanakan harapan
Harapan yang dinginkan orang tuanya dulu
Untuk menjadi orang yang berguna…

Purworejo, 24 Maret 2010













Kesetiaan
Karya, Febry Hernanto

Kata-kata yang kau katakan pada ku
Selalu teringat dalam pikiranku
Membuat ku selalu yakin
Dalam hati ku selalu berkata “dia miliku…”

Meski banyak orang yang datang menghasut
Aku tetap percaya dengan kata-kata mu
Yang selalu hadir kala aku bimbang

Gajah dimata tidak tampak
Namun semut disebrang tampak
Meski ada orang yang datang mencintai
Aku menolak karena meski kau jauh
Kau selalu ada di hati ku….

Purworejo, 24 Maret 2010






Puisiku
Karya, Edi Qurniawan

Kadang hidup tak seperti yang kami harapkan
Ilmu yang kami cari bisa berubah jadi misteri
Ilmu yang kami harapkan terhalang oleh uang
Mereka bekerja karena materi bukan dari hati
Mungkin karena mereka lebih tahu dan serba tahu
atau kebanyakan makan buku
Ilmu yang kami tahu jauh dari yang kami mau
mengkin anda lebih dari tahu

Prembun, 24 Maret 2010. 20:25



















Bukan tak mampu
Karya, Edi Qurniawan

Cinta tidaklah buta karna cinta memiliki mata
Tapi berdosakah bila ku ungkapkan bahwa aku jatuh cinta
Kepada dirinya yang tlah berpunya

Ku sadari semua itu bagiku pilu
Izinkanlah diri ini mengagumimu
Walau tak mungkin lagi memilikimu

Maafkanlah bila cinta ini suatu dosa
Sungguh diriku tiada mengapa
Rasa ini kan tetep kujaga
Semoga kau mengerti apa yang kurasa

Pituruh, 22 Maret 2010

Kepala Kaki Menjerit
Karya, Dwi Ganjar Kartikawati

Dua pertiga tiga zaman telah terbaring menjadi keruh
jangan merasa berdaya diperkosa bengkoknya masa
nurani berpijar membuka kebisuan alam
menafsirkan kepala merongrong menjelma kaki.

Gambar yang cacat mencatat sempitnya gerak
melompat tabiat kaki dijelmakan kepala
lemaskan asa meraih panji hidup
kerangka menari memikat pengisi perut yang terkikis.

Terpaan badai nan merobek tekad
ada langit, bintang tampak, sapaan mentari
tak hirau lekas kumenatapnya sampai melewati kesepian
merangkak menyusuri dinding gema kehidupan
mengais umpan bau keringat tengik dari sisa kepala kaki saudagar.

Purworejo, 17 Maret 2010













Pernah Ada
Karya, Dwi Ganjar Kartikawati

Kau yang pernah ada
dari awal aku jumpa
saat kau bersama menata
kasih dalam satu jendela.

Satu lagu untuk kau dara
dimalam sunyi nan gelap ku mencipta
sajak lagu kepadamu jua
ini lagu selalu tercipta.

Dulu aku merasa kaulah satu dara
yang hanya bisa aku merana
membayang jika kau milikku mencinta
namun semua pernah ada dalam jiwa.

Tak pernah kumiliki
meski saat ini kau dimiliki
tapi dialah kasihmu yang kau kasihi
saat ini ku hanya pernah ada dihati.

Purworejo, 17 Maret 2010









Tatkala Nyawa Tersenyum
Karya, Dwi Ganjar Kartikawati

Ku teruskan langkah demi hidupku
walau tuhan senantiasa membantah kehadiranku
aku lemah tak bertulang merangkai sajak
menunggu kesopanan umat menikam jagat.

Inilah rakyat jelata menunggu binasa
menatap sang muka cacat
rendah nyawa tersenyum penuh bisa
menikmati tingginnya batu berlompat

Ayolah nyawa, tersenyumlah !

Purworejo, 11 Mei 2009


Lepaskan Aku
Karya, Gustian Munaf

Yang perih terasa pedih
yang sakit terasa duka
disitu baru aku kau beri
satu penuntun tanpa kau pimpin

Aku yang tersisa kau beri
periang sesaat dalam hati
kalau kau yang kini
tak lagi genggam penuntun jari.

Maju mundur tiada kau sahuti
selalu memujimu demi cinta rindu
ramai tertawa menghianati
hanya selagu engkau lepaskan aku.

Purworejo, 31 Oktober 2007













Saat Indah Tertinggal
Karya, Gustian Munaf

Tetapi kau tiada merasa
kau bilang saat indah
saat kau kuselami masa
ternyata sungguh kau tak merasa.

Saat indah tertinggal
kini sebuah jawaban saat kau ada
menemani dawai jiwa kekal
abadi sekejap menekan dada.

Kau bisa kunyatakan
yang bukan sebuah angan
bukan juga sebuah intan
diantara dua adalah sebuah kawan.

Tak usah kau titipkan
diantara luka yang kau cipta
kan semua rupa saat indah tertinggal.

Puworejo, 31 Oktober 2007










Tatkala Nyawa Tersenyum
Karya, Gustian Munaf

Ku teruskan langkah demi hidupku
walau tuhan senantiasa membantah kehadiranku
aku lemah tak bertulang merangkai sajak
menunggu kesopanan umat menikam jagat.

Inilah rakyat jelata menunggu binasa
menatap sang muka cacat
rendah nyawa tersenyum penuh bisa
menikmati tingginnya batu berlompat

Ayolah nyawa, tersenyumlah !

Purworejo, 11 Mei 2009
















Seseduh Kopi Meja Rakyat
Karya, Gustian Munaf

Manis rasanya
seseduh kopi yang disaji tanpa upaya
membekukan bibir cawan diujung harapan
suara rakyat tertahan ditepi seduhan.

Apabila hendak kau lumat
niscaya kau hisap pula ruh rakyat
setelah kau racuni bisa konglomerat bejat
tak ingat akhirat asalkan nikmat.

Seseduh kopi saja direbutkan
terlebih melumat kopi
nafsu syahwat keparat dimainkan syaitan
asalkan hayat tak punya saksi.

Lubang-lubang liang makhkota menganga
iblis di tepi-tepi liang menari-nari
hendak menangis namun tersenyum
menanti penikmat syahwat keparat
menerobos rahim-rahim benih cinta yang sekarat.

Purworejo, 10 November 2009








Karangan Tangis
Karya, Gustian Munaf

Berlarian buru gembala liar
terhentak diperhentian takdir illahi
berpaling ruh menatap gambar suram
karena cacat batin mengukir cemas.

Mata tetawa lembut di medan perang
sayap langit pun tertawa
terhempit diantara sengalan nafas
menanti ketika harus berlari.

Kini sebelah mata saja beretika
lainnya, bercerai berai tanpa tangis
tak hirau satu pelita berkadip
menyela ruh lepaspun belum.

Telah pulanglah raga kebencian
merasuk, mendekam penuh sangsi
saatnya ada maaf saat tergunjing
saatnya menyeret makna tak terbaca.

Pergilah memeluk damai
ekor pagi termakan sebuah penyesalan
merintih, menangis hendak berontak
namun lemah menatap pembaringan.

Diatasnya, tampak ruh keriputnya
terbujur kaku, tanpa darah penuh tanya
menjelma sebelah mata seakan bertabur air
niat memejamkan raga tak bernyawa lagi.
Terbalutkan kain kematian
engkau pergi, menyambut hari kepastian
merangkai maaf di atas rangkaian bunga
tak kuasa lagi, ikhlaslah kedua mata luluh bersama karangan tangis.

Purworejo, 8 Desember 2009



























Seruan Tak Bernyawa
Karya, Gustian Munaf

Kecilku sepi mencipta obor penerobos
berawal hari ini dan selamanya
aku bertebing dalam kerangka malam
tangan ilusiku membentang penuh senyum beku.

Aku pilih satu malam, lalu aku berdiri di tengahnya menengadah ajakan sang malam
realis hidupku adalah kepastian palsu
kematian adalah bukit abstrakku
sebutir tasbih mengantarku terlapiskan iman.

Bisikan Illahi memuai semakin pasti
hingga kecilku berharap serpih hasrat
obor kecil kecilku meradang sia-sia
terbatas dari seruan meriuk melata tak bernyawa.

Adalah kurencanakan menatap hayat
membentur rongga-rongga seperti terhenti
rencana kan menerobos belenggu alam tak bersiasat
kini kecilku lapar bermuara tentang manusia pemeluk obor penerobos seruan tak bernyawa.

Purworejo, 17 Maret 2010


Balada Kupu-kupu Malam
Karya, Hariyanto

Malam sunyi tak bertepi
Hilang akal hiilang rasa
Dalam jiwa yang terasa mati
Hingga raga tak berdaya

Berontak diri ingin teriak
Lidah kaku terasa beku
Darah mengalir dalam otak
Terasa berat langkah melaju

Daun hijau terlihat ayu
Bunga malam bertaburan
Kumbang terbang merayu-rayu
Sepah di buang ditinggalkan

Purworejo, 25 Maret 2010













Metropolitan
Karya, Hariyanto

Hampir tiap malam tak ada sela
Hiruk pikuk kota Jakarta
Riuh gemuruh suara canda
Oh… inilah Jakarta

Saat separuh mata terpejam
Hilir mudik orang di jalanan
Ada yang suka
Ada pula yang berduka

Waktu terus berputar tak henti
Namun mata-mata malam masih terperanga
Hingga datang disenja pagi
Masih tercium semerbak aroma bunga melati

Purworejo, 31 Maret 2010
Seperti Baju, Debu, Abu
Karya, Henri Sussantria

Malam menyeruak tiba – tiba
Dengan dingin menusuk aura
Ku mencoba menganjat pelupuk indra
Berdoa dengan helaian nafas yang tersengal
Aku tawakal
Mencoba bangkit dengan dosa yang melekat,
seperti baju
Ya, seperti baju,
debu, dan abu yang melekat diragaku
Nafas sejenak tahan
Keluarkan dengan perlahan
Seringai ucap dalam hati
Berserah diri saat serasa ingin mati
Dihadapkan dengan bayang neraka,
hanya neraka
Berwarna merah menyala
dengan penghuni iblis marah angkara
Menatap sendiri, aku disiksa
tanpa ampun aku serahkan jiwa
Ya, ini aku sebenarnya
Masih terbalut
tanpa ampunan Sang Pencipta surga

Sejiwan, 20 Maret 2010 (02 : 07 : 52)


Tuts Ejekan untuk ”Kamu”
Karya, Henri Sussantria

Piano,
itu kehidupan sebenarnya
Nada,
atau mungkin syair yang kan iringimu
Not – not kaku,
atau tingkatan not yang kan memekakkan telinga
Itu terserah padamu
Lihatlah di dalam seksama
Hanya kawat – kawat senar rapuh
Belum termasuk dimakan waktu
Tidak juga ada karat mengabu
Tengok di luarnya
Tuts – tuts dua warna
Hitam dan putih
Anda tahu itu?
Tuts warna hitam
Lebih pendek
Bernada lebih tinggi
Lebih banyak jumlahnya
Tuts putih
Memang lebih besar ukuran
Di bawah hitam, nadanya
Tapi, lebih sedikit jumlah
Itulah makhluk Tuhan
Inilah kemunafikan
Yang hitam ditutup putih yang dibesarkan
Yang putih jumlahnya tetap kan sedikit.
Dasar manusia…!!!

Sejiwan, 14 Maret 2010 (02 : 18 : 09)

Ayam Pecundang
Karya, Henri Sussantria

Bintang menyeruak tepat diatas mahkota,
bulan tak nampak tertutup selendang hitam berkelompok,
Bayu menyeringai,
lalu tertawa menghajar pori sendi
Raga tak berdaya
dan hanya terkapar di sudut ruang tanpa penerang
Ya, seperti itu ku rasa sekarang
Hanya seonggok daging
Tak berarti, sepi, tak berguna,
terlentang melawan kebodohan dalam jiwa
tapi tak berdaya…
Shitt!!!!!!
Siapa sebenarnya aku ini?
Berartikah?
Mungkin tidak
Memvonis diri, menjadi figuran
Merasa menjadi ayam yang terkandang,
hanya bisa berkokok keras,
menunjukkan kegagahan tapi tak bisa berlaku apa – apa
Berkokok lagi mengungkapkan gundah,
tapi tak digubris,
tak dipedulikan dan tak ada yang merasa mendengar
Mengincar satu mangsa,
memberontak dan ingin menhancurkan kandang besi baja,
Bodohnya aku
Siapa aku, tersadar
Hanya ayam jantan belum tumbuh jalu…

Sejiwan, 27 Maret 2010 (02 : 34 : 18)


Tanda Baca Hidup
Karya, Henri Sussantria

Tanda baca buku abadi
Koma,
titik dan titik,
berakhir tanda tanya…

Waktu juga tak diam
Selalu gulirkan roda,
gilas,
usia,
kesempatan,
keberanian…

Ternganga aku tertinggal
Penontonlah kini posisiku

Yah, masih bergulat,
Dengan dalil – dalil pembenaran
Yang sejatinya rasa malas?
Hmmmmmmm…

Sejiwan, 11 Maret 2010









Saatnya
Karya, Henri Sussantria

Bergerak masih ada waktu
Jadilah pemain, sejati
Cumlaude dalam episode akhir

Rencana tanpa akting,
adalah bualan,
macan ompong!!!!

Dalam nama – Nya
Dan, sekarang saatnya!!

Sejiwan, 11 Maret 2010

















Innesia…
Karya, Henri Sussantria

Sejarah darah,
Dan sampah…
Indonesia…

Sejiwan, 11 Maret 2010







Belum,
Karya, Henri Sussantria

Benar merdeka?
Berdemokrasikah?
Belum……

Sejiwan, 11 Maret 2010










Air Mata Negeri
Karya, Henri Sussantria

Bocah kecil di garis marka
Asongan bermain trotoar
Pemabuk sangat diperlukan,
Pelacur jalanan kan tawarkan jasa…

Iblis menari di atasnya
Jadikan ratu bermahkota duri
Ini tragis,
Air mata negeri…

Kapan ini kan berakhir?
Hmmmm…

Sejiwan, 11 Maret 2010















Kenangan
Karya, Hery Kiswanto

Bunga kau hilang dalam petangku
Ku sadar hatiku hanya sepenggal
Malamku tak sampai mereba mimpimu
Di kala merenung sendiri

Meretap bulanku di sana
Ku hanya menatap, tak menyentuh
Kalbu merah jambu, kini tak tentu
Sepenggal pesanpun, tak kembali

Ku tak menyangkal!! Nodaku, nodamu...
Walau anginpun berkata-kata
Kau diam, mengumpat-umpat janji
Dalam serpihan kata mati

Meskipun dunia tak selebar telapak hati
Tatapku tetap satu melati
Walaupun penuh bayang kaki-kaki
Mengurai hari nanti

Purworejo, 25 Maret 2010








Jerah
Karya, Ida Fitriyani

Malam,
Melukis kelam tak bertepikan
Kekosongan jiwa
Terjebak dalam kesepian
Berbuah penderitaan
Kebencian pada kenyataan

Kenyataan tak terpecahkan
Kesendirian tanpa kawan
Menangis dalam senyum kesedihan
Terpuruk kesunyian malam
Kekalahan ku rasakan

Tuhan,
Ku ingin bahagia
Di setiap denyut nadi kehidupan
Walau ku sendiri
Jalani hari setelah mereka pergi
Tanpa ku ratapi slalu

Purworejo, 7 April 2010







Terang Bulan
Karya, Ihfani F. N.

Sunyi lengang alam terbentang
Udara jernih sejuk, nan tenang
Dilangit mengerlip ribuan bintang

Angin berhembus perlahan
Daun berbisisik bersukacita
Bulan muncul di atas pengunungan
Menuju tengah malam tiba

Hati yang duka kan jadi tenang
Akupun riang terbang melayang
Karena bulan terang semalam

Ribuan senang yang kukenang
Kudapat ‘trang kasih sayang
Serta damai dalam hati

Purworejo, 20 Desember 2001











Saat Fajar Tiba
Karya, Ika Sutrisni

Dikala sang mentari terbangun
Kicauan burung saling bersahutan
Seakan simfoni nyanyian pagi
Secerca cahaya menembus jendela

Membangun kan diriku dari istirahat panjangku
Ku sambut hari dengan hati riang secerah langit pagi
Semilir sejuknya udara pagi betikan ketenangan jiwa
Sinar matahari yang hangat berikan semangat tuk awali hari-hari ku

Purworejo, 24 Maret 2010

















Kehadiranmu
Karya, Ika Sutrisni

Matahari menyinari galaksi
Begitupun diriku yang menyinari jiwa raga hati ku
Kompas menunjukkan arah
Begitupun dirimu berikan arah hidup ku

Telah ku coba resapi hatiku
Tetap saja diri mu yang selalu hadir dihati ku

Purworejo, 24 Maret 2010



















Mengharap
Karya, Istikomah

Kala hujan menderu, datang …
Risau hatiku kala itu,
Disaat ingin kucumbu bayangmu,
Kau menghilang begitu saja
Seperti tak memperdulikanku

Yang mulai mencarimu,
Setiap saat, setiap waktu.
Ku terus berharap prasaanku bersambut,
Seperti bumi yang menyapa matahari
Hangat … dan mesra …

Purworejo, 19 Maret 2010
















Hatiku
Karya, Istikomah

Tatkala malam datang
Hati rindu semakin mendalam
Terlihat bulan bersinar terang
Datangkan hati yang gundah

Bayang yang semu
Semakin merasa hati menjadi bimbang
Kucoba pejamkan mataku
Tuk melihat ruang hatimu
Hati yang gelisah menanti …

Kepastian hatimu yang ku harap
Walaupun bintang dan bulan
Tidak selalu dekat
Tapi bintangkan bersinar karena …
Terangnya cahaya bulanmu

Purworejo, 18 Maret 2010












Semangat
Karya, Istikomah

Zaman yang indah
Bagaikan bunga yang merekah
Kuncupan bunga mawar
Mengawali semangat pagi yang indah

Kulihat seekor kumbang
Terbang tinggi
Menuju kepastian yang tak pasti
Namun tekad telah membara
Kan dicapai hingga ada
Dan rasa itu pun nyata

Purworejo, 20 Maret 2010
















Cinta
Karya, Istikomah

Pesonamu begitu menggetarkan
Betapa indah jika dipandang
Senyummu begitu menyejukkan
Menjadikanku selalu riang
Cinta mengaliri napasku
Tampanmu begitu menghujam
Ku ingini dirimu
Tuk menjadi imamku

Purworejo, 20 Maret 2010
















Adzan
Karya, Istikomah

Ku dengar suara merdu
Sejukan hati yang tak tentu
Bagai disapu hujan salju
Putih suci

Ku datang mendekatmu
Inginkan terhapus badai angin lalu
Buatkan hati menjadi selembut madu
Untuk hidup yang lebih

Purworejo, 20 Maret 2010


Aku Tahu
Karya, Indah Annisa Iskandar

Aku tahu engkau diam di sudut itu
Menghitung waktu dari jam tanganmu
Sedang kepastian selalu menjauh darimu

Aku tahu engkau mampu
Habiskan hari-hari sepimu
Menumpuk laksaan rindu

Aku tahu engkau berusaha menghapus air matamu
Setiap ada orang menyapamu
Setiap pertanyaan untuk apa semua itu

Aku tak tahu lagi apa yang aku tahu
Dari diriku yang membiarkan hatimu beku
Sedang di sini ada sebuah hati yang menunggu.

Purworejo, 23 Maret 2010












Doa
Karya, Indah Annisa Iskandar

Di sela-sela malam yang sunyi
Ku kenang selalu dirimu
Waktu yang selalu melaju
Menutup kerapuhan hatiku

Akankah ada cahaya dalam hidupku
Yang akan menerangi setiap langkahku
Aku hanya bisa berharap
Berharap dan terus berharap

Malam ini terasa sunyi
Seluruh mahluk telah lelap dalam mimpi
Di sajadah panjang aku memohon
Padamu yang Maha Agung

Ya…..Tuhanku
Inikah kehidupan yang harus aku jalani
Penderitaan demi penderitaan
Selalu aku alami

Inikah cobaan yang Kau berikan
Seperti kata firman-Mu
Tiada satupun hamba Mu yang lepas dari cobaan Mu
Melainkan agar menjadi orang yang beriman.

Purworejo, 24 Maret 2010





Ibu
Karya, Indah Annisa Iskandar

Aku sangat menyayangimu
Di setiap denyut nafasku
Hanya ada dirimu………

Bagiku indah bila memandangmu
Engkau yang selalu memberiku kesejukan
Di dekatmu aku merasa damai

Maafkan aku yang selalu mengecewakanmu
Sesungguhnya tiada aku tanpa dirimu
Dan kaulah penerang dalam hidupku

Jangan pernah kau tinggalkan aku sendiri
Aku tak mampu hidup tanpamu
Karena engkaulah hidup dan matiku

Purworejo, 24 Maret 2010













Perih
Karya, Indah Annisa Iskandar

Angin bertiup semilir
Mengelus daun-daun hijau
Yang melambai-lambai
Menimbulkan gemericik syahdu

Dan langit diatas
Mulai tampak gelap
Hanya menyisakan gumpalan-gumpalan mendung
Yang menjanjikan hujan

Dan hujan turun mengiringi sedihku
Disaat kesepian merajalela
Menusuk hatiku
Dan mentorehkan luka dan perih.

Purworejo, 24 Maret 2010












Diam
Karya, Layla Hardiyanti

Loncengku tak lagi bergerumuh
Melodiku pun tak bernada
Sepi …

Sama seperti malam ini
Yang tak bertabur bintang
Langit mendung
Hanya terdengar gemuruh petir menyambar
Hujan deras mengiringi tangis

Teringat akan ia yang pergi
Tanpa pesan dan selalu bungkam
Ingin aku berada dalam dekap hangatnya
Melepaskan beban dalam pundak

Canda itu akan ku ingat selalu
Untuk aku tegar

Magelang, 16 maret 2009














CERITAKU
Karya, Layla Hardiyanti

Rasakan bahagia bagai ilusi
Hentikan nadi dalam hampa terasing dunia
Semua ku lewati dengan angan
Membiarkan kaki terus melangkah
Tapi … Angan tak bisa bohong

Terperosok dalam lubang yang sama
Terlalu bodoh dalam ingatan
Kegetiran lampau terbesit

Berencana pada satu jalur adalah kepastian
Yang dulu ku anggap ringan
Sekarang berubah rentan dan mudah pecah
Tak ada hal yang bisa ku lakukan
Hanya menunggu keadilan

Kutowinangun, 23 Januari 2009













Papa
Karya, Layla Hardiyanti

Sejenak aku terpaku
Melihat wajah yang tak pernah aku lupakan
Hanya dalam ketidak berdayaan
Sosok itu muncul dalam dekapan hangat

Kasih sayang tulus
Cinta yang dia beri masih tertanam dalam hati

Hampa diri setelah dia pergi
Ya… pergi untuk selamanya dan tak pernah kembali

Ingatanku melayang
Teringat akan dulu begitu indah
Aku yang selalu di manja olehnya
Canda, senyumnya, pelukan hangat tlah terukir disini.

Kutowinangun, 23 Oktober 2009













Untuk Idolaku (Ibu - Ayah)
Karya, Layla Hardyanti

Dalam buku itu aku tulis cerita-cerita ku
Masa kecil dalam keluarga
Hingga akhir ayah menutup mata
Berkecampuk rasa perih
Menyayat tak bisa lagi rasa

Tutur tentang mimpi - mimpi
Serta harapan dia ucap

Dalam doa aku meminta
Tuhan jagalah dia
Berikan dia tempat yang layak disisi Mu
Dan Ampunilah segala dosa – dosanya

Satu lagi sosok yang aku kagumi dengan tulusku
Ia jaga dan rawat aku bagai berlian sangat berharga
Suka duka tetap tersenyum untuk ku
Titian air mata pun tak pernah ia tunjukkan

Dalam doa mu ku tau kau berharap
Dalam senyummu ku tau kau selalu cinta

Tuhan aku pinta
Bahagiakanlah mereka sepertiku
Hanya ini yang bisa ku lakukan

Kutowinangun, 9 Maret 2010



KEHANCURAN
Karya, Krisnasari

Cintaku di antara puing-puing
Dulu tercipta karna kau yang mencipta
Tapi kini kau hancurkan
Cinta...
Aku tlah hancur
Menangis
Sendiri
Terdekap dalam lamunan

Ku sendiri di kegelapan malam
Tak pernah kubayangkan
Kau tega buat ku seperti ini
Cinta...
Lupakah kau?
Setangkai mawar putih kau ulurkan pada ku
Ucap sayang kau tujukan pada ku
Di setiap titik mengisi harri-hari ku
Dan di saat kau hancurku ku slalu ada

Cinta...
Aku mencintaimu
Bukan dari kelebihanmu
Namun aku mencintimu
Dari kekuranganmu

Cinta...
Aku terima
Kemunafikan!
Perselingkuhan!
Tapi ingatlah
Esok kau kan dapat pembalasan yang pantas
Bukan dari aku melainkan dari-Nya
Dan maaf slmanya kutak bisa lagi tuk mencintaimu
Terima kasih cinta...

Purworejo, 29 Desember 2008


























CINTA
Karya, Krisnasari

Cinta...
Cinta bagi ku adalah sebuh kebohongan
Cinta bagi ku adalah sebuah kebencian
Cinta bagi ku adalah sebuah penghianatan

Sebuah delema yang tak akan pernah hilang di sapu debu
Sebuah benteng kokoh tlah mengayomi kebekuah hati
Sebuah laksana prajurit yang siap menerjang musuh

Tuhan, aku lelah...
Aku letih tuk seperti ini
Dermaga manakah ku kan melangkah
Hilir mudik pangeran adam datang
Menawarkan sebuah untaian cinta
Diantara duri dan mawar

Tuhan...
Akankah ku bisa membuka pintu hatiku
Bantulah aku di setiap mimpi dan cintaku

Purworejo, 30 Januari 2009









MAAF
Karya, Krisnasai

Di saat ku pergi
Kau kembali...
Namun luka hati ini
Tak bisi ku obati
Kebekuan tlah menancap kokoh ke dinding kehampaan

Kehantuan memasuki ku
Luka lama terkuak
Mengoyak jiwa ku kembali
Menghantui raga ku

Tapi maaf...
Jalinan cinta yang dulu
Tak bisa tak bisa kau ciptakan lagi
Walau mulut bisa terucap
Tapi hati tak bisa sejalan
Tuk rajut jalinan cinta yang dulu

Purworejo, 5 Agustus 2009











AWAL YANG BARU
Karya, Krisnasari

Kau menjerit dalam dadaku
Aku mendengar
Kau tersayat
Aku rasakan
Bumi merongrong
Menangis
Langit bersedih
Dalam dukamu

Salahku
Salahmu
Bukan!
Bukan hendakmu
Apa dayamu
Ini kehendaknya
Bukan lalaimu
Yang pergi, biarlah pergi
Yang sudah terjadi, biarlah berlalu
Bagai ombak beriak membawa kenestapaan
kini mulailah hidup
Awal yang baru
Hari yang baru
Langkah yang baru
Semoga ini tak kembali lagi
Songsonglah masa yang cerah
Tuk hidup dan langkahku

Purworejo, 1 Januari 2010


CERITA
Karya, Linda DeYe

Sebuah rasa…
Kadang menimbulkan berjuta tanya
Yang lekang termakan oleh waktu
Hingga akhirnya...
Sebuah cerita terangkai
Sebuah rangkaian kepedihan
Kadang juga rangkaian kebahagiaan...
Sebuah cahaya kecil dalam hidup akan mampu
Tuk menuntun kita memahami arti semua ini
Tapi apalah arti sebuah cerita
Bila tak ada lakon di dalamnya........

Purworejo, januari 2009
















RASA
Karya, Linda DeYe

Semburat rasa
Yang kian kabur, oleh rasa yang kian baur
Setiap saat, detak yang berlalu
Selalu saja ada ketiadaan
Entah rasa atau apa
Aku tak mampu untuk menerjemahkannya

Dalam kegelapan adalah hampa
Mungkinkah itu???
Akupun tak pahami

Selalu saja ada tanya dalam hidup
Yang sulit terungkap
Hanya misteri ilahi

Purworejo, januari 2009













Renungan
Karya, Linda DeYe

Renunganku…
Mencipta sebuah sugesti
Akan hadirnya
Sebuah asa…

Renunganku…
membuka tabir
akan biru hati ini…

Renunganku…
kosong tanpa jawab

Renunganku…
ingin harapan itu kembali
tapi…
hanya tanya

Purworejo, 15 Maret 2010












HARAPAN
Karya, Linda DeYe

Tuhan..
Aku ingin hidup dalam kenyataan
Tanpa bayang-bayang semu
yang terus menggelayut
dalam setiap angan-anganku

Tuhan…
Beri aku sedikit rasa nyaman

Tuhan…
Biarkan ku berdiri tegak
dengan kaki-kaki rapuhku
agar ku berani menekur jalan yang indah…

Purworejo, 7 oktober 2008














CINTA
Karya, Linda DeYe

Bias-bias romansa
Membayang di pelupuk mataku
Mengisyaratkan keindahan
Yang tak ku tau ujungnya

Walau detik terus berlalu
Menit terus melaju
Dan…
Jam terus bergulir
Keindahan yang tercipta karenamu
Tak pernah sirna…

Oh Tuhan akankah ini kan selamanya?
Ku ingin tak berakhir
Karena…
Kutak ingin diujung waktu
Hanya ada kesedihan

Cinta…
Ku ingin keindahan ini selamanya
kan membias…
dari sorot matamu…
senyummu …
dan…
isyarat cintamu….

Purworejo, 7 oktober 2008



INDONESIA
Karya, Shidiq Rahmantoro

Tahun kurasa kian berjalan
Roda kehidupan kian berjalan
Indonesia....
Kemana kau yang dulu
Wajahmu yang hijau manismu yang sejuk
Dan hatiku yang tegar

Berawal dari perjuangan dibawah pimpinan
Bung Karno dan Bung Hatta
Kau telah merdeka
Kehidupan rakyat semakin sejahtera
Namun kemilau wajahmu yang asri
Kini telah redup

Apa yang akan terjadi padamu?
Apa karena kau sudah tua
Sehingga kau tidak bisa menopang kami?
Atau kami yang tidak bisa menjagamu?

Kudengan rintih dikolong jembatan
Suara merdu diantara bus-bus kota
Hentakan tongkat di tapi jalan raya
Adakah yang peduli dengan mereka?
Sementara kaulihat mereka yang duduk di kursi mewah dalam gedung megah
Saling membenarkan pendapat masing-masing

Bencana alam muncul di mana-mana
Apa yang sebenarnya kau alamu Indonesia?
Aku yakin kau tak menginginkan semua ini
Begitupun aku yang selalu menginginkan...
Senyum dan kilaumu

Tuhan...
Sadarkan kami untuk memberikan
Yang terbaik demi Indonesia tercinta
Tanah air kami, tempat kehidupan kami

Banyuasin, 15 Agustus 2009


























HATIKU BAK MALAM KELAM
Karya, Trisna Widyawati

Hatiku bak hujan di malam hari
Gelap, sepi, sunyi kian mengayun perlahan
Entah apa yang ku rasa ini
Saat malam tiada bintang
Bulam meredup hingga hujan tak terbendung
Tiada bisa yang kudengar
Selain tetesan air hujan

Seperti itukah hati menangis?
Yah...
Mungkin malam nanti tak seindah malam lalu
Saat kau temaniku diantara bulan dan bintang
Atau malam nanti akan berkilau
Saat kau disampingku

Bintang...
Dengarlah tangis hatiku
Aku hanyalah satu diantara seribu wanita
Yang tak menginginkan perih

Bulan....
Dengarlah angan hatiku
Aku menginginkan kebahagiaan utuh dalam hidup
Yakinlah aku jika kepergiannya
Kelak takkan merusak indahnya malam
Menunggu mentari
Dan ku ucap selamat pergi untukku

Purworejo, 14 Maret 2010


JERMAL
Karya, Irwanto

Berdiri tegak menantang langit
Hamparan langit menghampiri
Kutak segan menghadang
Badai terus mengusik
Alunan ombak membawanya dalam kehidupan
Terikan mentari membawanya dalam keseharian
Dan bulan menghampiri di senja sore hari
Ketika malam bulan menemani dalam kesunyian
Bulan tersenyum …
Bulan punya sahabat…
Menemani malamnya hingga pagi
Tak gentar walau badai terus menyelimuti
Ini kehidupan…
Kehidupan yang harus di jalani
Alamku lautan
Ladangku lautan
Disitulah tempat tinggalku meniti kehidupan

Kebumen, 27 maret 2010











Andai
Karya, Riska Anggraeni

Dan aku menyusut......menangis
Dalam langkahku......
Sore itu......
Kala punggungmu terbalik meninggalkanku......

Andai saja kau mengerti
Apa yang terjadi pada diriku
Bahwasanya kau terlalu angkuh
Angkuh katakan yang sesungguhnya

Tapi......
Andai saja kau mengerti
Apa yang terjadi dalam diri ini
Ketika perasaan ini mendorongku
Untuk selalu merindukanmu

Dab bila......
Aku memaksakan untuk menyeret langkahku......
Berbalik......ikut menjauhimu
Semoga kau tahu
Tak pernah ingin kulakukan itu......

Purworejo, 10 Maret 2010







BIMBANG HATI MELANGKAH
Karya, Soberi Astuti

Sepotong bulan sabit perlahan merayap naik
Menyusuri gulita ruang lingkup cakrawala
Terang sinarnya mendaulat senyap
Di balik pekat taburan mega

Dalam dekapan gelap hampa
Di bawah sepotong bulan sabit
Yang enggan pancarkan segenap terang
Ada sepenggal hati yang bimbang

Mengutuki diri, suarakan ironi dalam kelam
Berpadu dengan ritmik teriakan batin
Tanpa pernah terdengar siapapun
Kenyataan selalu tak pernah terelakkan

Kenyataan seperti bulan
Yang tak pernah elak temani malam
Meski dari balik mega

Dan waktu terus berputar
Ia tak kan mau berhenti menunggu
Sesosok insane yang selalu tertatih dan memohon
Agar langkah waktu berkenan menunggu

Kebumen, 04 Maret 2010





CINTA INI
Karya, Soberi Astuti

Tapak tapak menjejak permukaan bumi
Kisahkan perjalanan terukur waktu
Perbedaan itu memiliki manis kekuatan indah dalam cerita
Andai aku mengerti makna suci

Mungkin ku mampu untuk melangkah
Berkaca pada malam yang tak selalu hitam
Berilmu pada gelap yang memapah rembulan
Dan melangkah diantara jalan berterang

Terjaga mata dan sadarku
Tak terbuai dingin malam yang selalu hening
Geletar asa merasuk waktu
Memaksa aku melawan gelapnya

Diantara bintang yang tersaput awan
Rinduku untuk bertandang menyapa sepi sendirimu
Hangat kecup hatitulus kulepas untukmu
Indah sayang di kalbu putih milikmu selalu

Kebumen, 04 Maret 2010









GEJOLAK HATI
Karya, Soberi Astuti

Aku meniti batas perjalanan waktu
Menapak jejak suramnya mimpi
Kucari setitik cahaya abadi
Penerang jiwa yang kian tersisih

Sendiri aku melangkah
Mencari lurusnya lelikuan hidup
Persimpangan-persimpangan hentikan langkahku sesaat
Tak pernah beri terang petunjuknya

Tawa binatang malam nakal membisik
Suarakan hujatan cerca dan maki
Merobek segenap indra dengarku
Di atas bintang-bintang berkilauan

Pancarkan cahaya bernafaskan damai
Namun rembulan redup bersinar
Tertunduk lesu menatap muramku
Pekat malam serasa begitu panjang

Seakan tiada batas kesunyiannya
Mata kecilku tak mampu terpejam
Menanti jatuhnya binatang malam
Sekedar untuk sampaikan kerinduan

Kebumen, 04 Maret 2010



YANG CERAH
Karya, Agung D. S.

Laksana air di tanah pasir, kaulah titik kehidupan
Laksana embun di pucuk daun, segarkan hati yang dahaga
Begitu tulus dan murni cintamu padaku
Melingkar lekat di dalam jiwaku

Kau bunga nan semerbak, tebarkan aroma damai
Mengalir didalam aliran darahku
Begitu harum mewangi tubuhmu
Menusuk relung hatiku

Ijinkan ku tuk jadi nahkoda dihatimu
Berjaga menjaga hatimu yang menyala
Ijinkanku slalu ada di nadimu
Yang kan mengaliri setiap nafas bersamaku

Purworejo, 1 Januari 2010













IBU
Karya, Agung D. S.

Tak pernah letih kasihmu mengalir,
Tak pernah lelah doamu menyahut
Di setiap langkahmu.

Tak pernah berhenti kau lantunkan doa
Hanya tuk menjaga buah hatimu
Tak pernah berhenti kau tuai kasih
Hanya tuk menjaganya

Segala yang ada di dirinya
Adalah sebuah cita-citamu
Segala yang mengalun di dirinya
Adalah segala anganmu
Ku ingin mengikuti seluruh jejak langkah kakimu.

Cilacap, 1 Januari 2010













NADA DAMAI
Karya, Agung D. S.

Pernahkah kau merasa bahagia
Pernahkah kau merasa mempesona
Tak ada keraguan, tak ada permusuhan
Yang ada hanya kebahagiaan

Begitu banyak kisah tentang kita berdua
Semua tentang rasa dan nada indah
Belajar dalam setiap kesalahan
Tuk menjaga kita akan lebih baik

Bias sinar dimatamu indah menyilaukan
Semerbak kasihmu merubah keangkuhan
Mekar mewangi mendebarkan hati
Membius alam damai di hatiku

Purworejo, 8 Feberuari 2010

KAJIAN STRUKTURAL NOVEL Libby

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Prosa fiksi merupakan karya sasta yang sangat digemari oleh masyarakat. Karya sastra tersebut adalah cerpen dan novel. Novel sangat digemari karena ceritanya yang menarik, yang menceritakan kehidupan sehari – hari dan konflik – konflik yang terjadi dalam masyarakat umum. Begitu pula dengan cerpen.
Novel dibangun dari berbagai unsur yang saling berhubungan satu dengan yang lain sehingga menjadi karya sastra yang bermakna. Oleh karena itu, tiap unsur pembangun novel hanya akan bermakna bila ada kaitannya dengan keseluruhan unsur pembangun dalam novel tersebut.
Unsur – unsur pembangun novel berupa unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Menurut Nurgiantoro (2002 : 23), unsur intrinsik sebuah karya sastra merupakan unsur – unsur yang secara langsung turut membangun cerita. Kepaduan yang dimaksud adalah tema, alur, latar, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Novel Libby karya Langit Kresna Hariadi memiliki keistimewaan dan memiliki perbedaan dari novel lain. Keistimewaannya adalah alur cerita yang merupakan pencerminan dunia realitas yang dialami oleh manusia di tengah – tengah masyarakat, sehingga ceritanya benar – benar hidup. Penggambaran kompleksitas tokohnya begitu tertata seakan terjadi di dunia nyata. Novel Libby karya Langit Kresna Hariadi merupakan karyanya yang pertama yang diterbitkan tahun 2003.

B. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dibahasa ialah bagaimanakah struktur novel Libby karya Langit Kresna Hariadi?

C. Tujuan
“Kajian Struktural Novel Libby Karya Langit Kresna Hariadi” bertujuan untuk mendeskripsikan struktur novel Libby karya Langit Kresna Hariadi. Struktur novel meliputi : tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.











BAB II
KAJIAN TEORI

Teori yang digunakan dalam kajian ini adalah teori struktural. Oleh karena itu, pada bagian selanjutnya akan dipaparkan tentang berbagai teori struktural yang pada intinya struktur karya sastra yang meliputi : tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan pusat pengisahan.
Novel merupakan karya sastra yang bermakna. Novel tidak sekedar merupakan serangkaian tulisan yang mengisahkan sebuah cerita parjalanan hidup seseorang, tapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur– unsur yang padu. Kajian struktural merupakan kajian pertama sebelum diterapkan kajian yang lain. Tanpa kajian struktural, kebulatan makna intrinsik dalam suatu karya sastra tidak dapat ditangkap.
Menurut Raminah Baribin (1985 : 52), unsur pembangun fiksi terdiri dari : perwatakan, tema dan amanat, alur, latar dan gaya bahasa, pusat pengisahan.
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini (1991 : 37), unsur pembentuk cerita rekaan yaitu alur, tokoh cerita, tema cerita, latar cerita, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur pembentuk novel yang paling penting meliputi tema, tokoh, alur, sudut pandang, dan latar. Unsur – unsur pembentuk novel tersebut akan diuraikan di bawah ini.


a. Tema
Berasal dari kata tithnai (bahasa Yunani) yang berarti menempatkan, meletakkan. Jadi, menurut arti katanya “tema” berarti sesuatu yang diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan (Gorys Keraf, 1984 : 107).

 Menurut Raminah Baribin, (1985 : 59 – 60)
Tema merupakan gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi.
 Menurut Hartoko dan Rahmanto, (Nurgiantoro, 2002 : 68)
Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuat karya sastra dan yang terkandung dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan – persamaan atau perbedaan – perbedaan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tema adalah gagasan utama atau gagasan sentral pada sebuah cerita atau karya sastra yang selalu berkaitan dengan masalah kehidupan manusia.
Cara menentukan tema itu sendiri dengan mencari masalah-masalah yang ada dalam karya sastra dari setiap bab-nya. Masalah merupakan sarana untuk membangun tema sehingga timbul beberapa masalah untuk mendukung tema.

b. Tokoh dan Penokohan
Menurut Abrams (1981 : 20), tokoh adalah orang-orang yang menampilkan suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembaca dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Tokoh cerita dalam sebuah fiksi dibedakan :
1. Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian.
2. Tokoh Tambahan
Tokoh Tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama.
3. Tokoh Protagonis
Tokoh Protoganis adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini ialah tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai pandangan kita, harapan-harapan kita, dan merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.
4. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik atau ketegangan.

c. Alur
Staton (1965 : 14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Abrams (1998:137) mengemukakan bahwa alur merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yang sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.
Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2002 : 149-150) membedakan tahapan alur yang menjadi lima bagian, yaitu :
1. Tahap Penyituasian
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita yang berkaitan dengan lahap-tahap selanjutnya.
2. Tahap Pemunculan Konflik
Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.


3. Tahap Peningkatan Konflik
Tahap ini berisi konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dapat juga disebut sebagai peningkatan konflik
4. Tahap Klimaks
Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik puncak.
5. Tahap Penyesuaian
Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang sedang terjadi. Lebih tepatnya penyelesaian, konflik-konflik yang diberi jalan keluar, atau cerita akhir.

d. Latar
Abrams (1981-175) mengemukakan bahwa latar adalah landas tumpu, penyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkaran sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiantoro, 2002: 216).
Nurgiantoro (2002 : 227) membedakan latar menjadi tiga unsur pokok yaitu:
1. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra seperti desa, sungai, jalan, hutan, kota, ruang, dan lain-lain. Dari latar tempat ini dapat tercermin tata nilai, tradisi masyarakat, tingkah laku, suasana, dan hal-hal berpengaruh lainnya.
2. Latar waktu menyaran pada “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra, misalnya tahun, musim, hari dan jam, tanggal, bulan. Saat terjadi biasanya berhubungan dengan waktu factual dan aktual.
3. Latar Sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Penulis berpendapat bahwa latar adalah suatu tempat terjadinya peristiwa dalam karya sastra yang meliputi tempat, waktu, dan sosial. Berdasar strata sosial, latar sosial dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Status Sosial Tinggi
b. Status Sosial Menengah
c. Status Sosial Rendah

e. Sudut Pandang
Sudut padang merupakan titik pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005 : 18). Ada dua metode penceritaan dalam pusat pengisahan ini, yaitu :
a. Metode aku, yakni aku bercerita tentang dirinya sendiri (aku kadang oleh pembaca diidentikan dengan pengarangnya).
b. Metode dia / ia, artinya pengarang tidak tampak hadir dalam cerita tetapi dia berkedudukan sebagai yang serba tahu.





















BAB III
PENYAJIAN DAN APLIKASI DATA

A. Penyajian Data
Novel Libby karya Langit Kresna Hariadi terdiri atas 427 halaman, diterbitkan oleh Tinta, didistribusikan oleh CV. Qalam, Yogyakarta, November tahun 2003. Novel Libby terdiri dari 20 bagian yang terpisah, tapi antar bagian tersebut masih berkaitan.
Novel Libby karya Langit Kresna Hariadi memiliki keistimewaan dan memiliki perbedaan dari novel lain. Keistimewaannya adalah alur cerita yang merupakan pencerminan dunia realitas yang dialami oleh manusia di tengah – tengah masyarakat, sehingga ceritanya benar – benar hidup. Penggambaran kompleksitas tokohnya begitu tertata seakan terjadi di dunia nyata. Selain itu, di dalam novel ini juga disertakan biografi pengarang secara lengkap sehingga pembaca mengetahui latar belakang pengarangnya di dalam menulis novel ini.
Sebelum pada pokok pembahasan mengenai unsur struktur dalam novel Libby karya Langit Kresna Hariadi, telah disajikan data. Adapun data struktur novel Libby tampak sebagai berikut.
a. Tema
Tema adalah gagasan utama atau gagasan sentral pada sebuah cerita atau karya sastra yang selalu berkaitan dengan masalah kehidupan manusia. Tema merupakan keseluruhan yang didukung oleh cerita, dan tema selalu berkaitan dengan pengalaman manusia. Masalah merupakan sarana untuk membangun tema itu sendiri.
Berbagai masalah dalam novel Libby dapat dikelompok menjadi tujuh, yaitu masalah kurangnya kasih sayang orang tua, masalah petualangan Ebby, masalah kegagalan Ebby dalam percintaan, masalah percobaan pemerkosaan, masalah kegagalan Pak Subrasta dalam pekerjaan dan rumah tangganya, masalah keputusan Ebby untuk menikahi Vicky Audi, dan masalah korupsi yang dilakukan Markonina.
Tema cerita dalam novel Libby adalah keinginan seseorang untuk mendapatkan seorang istri dengan cara yang luar biasa dan penuh tantangan. Dengan begitu ia berharap dapat hidup normal.

” Diusia remajaku ketika oleh kakekku aku dikirim bersekolah di Malang, aku selalu dihantui oleh pertanyaan yang menyakitkan, mengapa aku memiliki kakek tanpa memiliki orang tua” (Libby : 30)

“Aku dilahirkan hanya untuk ditinggalkan ibu kandungku ke negeri Belanda, ibuku kesemsem pada seorang bule yang mengikutinya. Ayahku, kuketahui belakangan ketika menghembuskan nafas terakhir” (Libby : 116)

“Apa yang kau lakukan itu hakmu, sebagaimana kau bisa berteriak lantang tubuhmu adalah milikmu sendiri sehingga kau bebas berbuat apa saja. Kepergianmu dengan laki-laki itu privasimu yang aku tak akan mengganggu gugat. Sebaliknya aku bersyukur karena melihat sisi lain dari dirimu dengan mata telanjang. Daripada aku terlanjur menjadi suamimu akan tetapi dibelakangku kau mengkhianatiku” (Libby : 48)

“Kulakukan semua itu oleh banyak alasan, pertama aku mengidap insomnia, sulit tidur sengantuk apapun atau setelah apapun …. Yang kedua, aku sudah dua puluh lima tahun. Rasanya sudah waktunya aku memiliki seorang istri, yang menurut angan-angan idealku harus kudapatkan dengan cara luar biasa, melalui pengalaman yang luar biasa” (Libby : 9)

“Itulah awal keterlibatanku dengan keluarga Pak Subrata, keluarga yang memang ruwet dan sangat layak menjadi alasan Pak Subrata tidak betah di rumah. Sesampainya di stasiun tujuan, aku sudah berniat memisahkan diri dari lelaki tua itu, namun ia memaksaku ikut pulang ke rumahnya” (Libby : 18)

“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)

“Pucat pasi Endang Ratna yang membenahi diri. Dengan menyeringai aneh, Andri yang kupergoki nyaris memperkosa ngeloyor begitu saja seolah tak terjadi apapun” (Libby : 88)

“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan” (Libby : 89)

“Dimataku, perilaku Vicky Audi manusiawi karena namanya juga manusia. Ia hanya korban dari laki-laki. Dalam hal HIV yang diidapnya, ia hanya korban dari laki-laki. Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seseorang yang menerima vonis mati” (Libby : 310)

“Kalau tidak korupsi, mana bisa aku punya mobil mewah dan rumah mewah, apa lagi aku lakukan itu semua selama lima tahun tanpa ketahuan. Setiap bulan berhasil kutilap uang senilai sepuluh juta, padahal telah berlangsung lima tahun lebih (Libby : 230-231)


b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku cerita dalam karya sastra. Keseluruhan tokoh dalam novel Libby berjumlah tiga puluh dua tokoh. Tokoh utama novel ada empat tokoh. Tokoh yang akan dianalisis berdasarkan karakternya yaitu Ebby Farrhay, Jesica Diandra, Pak Subrata dan Vicky Audi. Keempat tokoh tersebut secara garis besar menjadi subjek dan pencerita yang diceritakan.

“Di atas karpet di ruang garasi yang disediakan untukku, aku hamparkan kain sajjadah dan kusujudkan kepalaku ke hadapan Illahi. Sungguh apa yang aku lakukan itu hal yang bersifat rutinitas bagiku …” (Libby : 21)

“Esok siangnya, setelah urusanku dengan Mr. Yap Kun Lie kuselesaikan dengan tuntas sampai pada mengantarkannya kembali ke bandara, dengan ditemani Pak Subrata aku ambil ruko yang dikontrakkan itu” (Libby : 147)

“Di pintu masuk aku membantu ibu-ibu yang butuh pertolongan menaikkan beras murah yang harus dinaikkan ke kendaraanya” (Libby : 150)

“Mohon izin untuk menyampaikan hal penting kepada Bapak sekeluarga” (Libby : 264)

“Tetapi aku menggeleng tegas, setegas aku mengayunkan langkah ikut berebut berjejal-jejal didorong dan balas mendorong ….” (Libby : 8)

“Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seorang yang sudah divonis mati” (Libby : 130)

“Diseperempat abad dari usiaku yang telah dua puluh lima tahun, benakku sempat diganduli pertanyaan atas dimana mereka atau seperti apa wajah mereka” (Libby : 3)

“Kakekku adalah ayah dan ibu bagiku …… Ia yang mewariskan kepadaku harta berlimpah, dan oleh karenanya aku tak pantas berada di kereta ini, kereta kelas murahan” (Libby : 7)

“Mohon izin untuk menyampaikan hal penting kepada Bapak sekeluarga. Kataku santun” (Libby : 264)

“Anak paling bungsu bernama Jesic, dia lebih cantik dari kakaknya yang aku lihat …..” (Libby : 76)

“Aku hanya memilih yang aku suka, uang bagiku bukan yang utama, seks itu sendiri yang utama” (Libby : 155)

“Kalau begitu aku ingin jalan-jalan ke Paris” (Libby : 218)

“Ucapan gadis jalang itu benar-benar membuatku terperangah, apa lagi ketika ia melakukan perbuatan yang benar-benar gila. Gadis itu akan menelanjangi dirinya sendiri” (Libby : 291)
“Semua pembantu yang tidak tahu apa-apa diprovokasi, Ratna dimusuhi,sampai-sampai Libby saja bisa membedakan mana orang yang hatinya tulus dan mana yang bukan” (Libby : 409-410)

“Pak Subrata marah dan sekarang sedang mendekatkan ujung pistol ke kepala Andi” (Libby : 96)

“Apabila orang itu menarik picu, akan berlubang tulang tengkoraknya dan cukup untuk menjadi alasan mengantarkannya ke pintu gerbang kematian” (Libby : 133)

“Pemberontakanku yang didorong atas tanggung jawab dan nasib sekian ratus bawahanku di medan pertempuran” (Libby : 137)

“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)

“Pak Subrata menangis bercucuran ketika sujud di hamparan sajadah, hal yang rupanya sudah lama sekali tidak dilakukannya. Didorong oleh hilangnya kepercayaan akibat musibah bertubi-tubi menimpanya” (Libby : 163)

“Dengan cueknya, gadis berusia dua puluhan tahun yang keluar dari mobil melenggang masuk kedalam rumah. Lampunya. Teriak Pak Subrata mengagetkanku. Gadis itu balik lagi. Aku harus memasukkan mobil ke garasi, balasnya dengan suara tak kalah keras” (Libby : 24)

“Anak kedua perempuan bernama Vicky, si cantik berambut pendek bercelana jeans dengan kacamata hitam yang siang tadi berada di ruang lobi hotel ini pula entah dalam rangka menunggu atau menemani siapa. Yang mengagetkanku ketika Ratna menyebut Vicky inilah tulang punggung keluarga yang membanting tulang mencari uang dengan menjual diri, yang menjadi ayam panggang yang siap disantap siapa saja yang menghendakinya” (Libby : 76)

“Diletakkannya uang diatas meja, tanpa membalikkan badan Vicky Audi melangkah meninggalkan kamar hotel yang setelah tertutup sempurna, dari luar tidak akan bisa kembali lagi” (Libby : 214)

“Aku amat tertegun ketika beberapa becak melaju ia minta berhenti, ia keluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya uang lembaran dua puluhan ribu untuk seorang pengemis yang berpapasan jalan dengannya” (Libby : 226)

“Vicky Audi telah selesai shalatnya dan merapikan mukena yang dikenakannya …..” (Libby : 246)

“Dengan segala penyesalan Vicky mencium lututku, mencium kedua tanganku, dan memelukku, tangisan kian menjadi” (Libby : 326)

“Jawab istriku amat sabar dengan membetulkan letak dasiku. Dimaafkan kekeliruannya, nanti aku akan menegur” (Libby : 410)


c. Alur
Alur adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan terjadinya peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita.
Alur novel Libby adalah alur campuran, yaitu alur yang menceritakan peristiwa – peristiwa gabungan dari alur progresif dan alur regresif.

“Diusia remajaku ketika oleh kakekku aku dikirim bersekolah di Malang, aku selalu dihantui oleh pertanyaan yang menyakitkan, mengapa aku memiliki kakek tanpa memiliki orang tua” (Libby : 30)

“Itulah awal keterlibatanku dengan keluarga Pak Subrata, keluarga yang memang ruwet dan sangat layak menjadi alasan Pak Subrata tidak betah di rumah. Sesampainya di stasiun tujuan, aku sudah berniat memisahkan diri dari lelaki tua itu, namun ia memaksaku ikut pulang ke rumahnya” (Libby : 18)

“Pucat pasi Endang Ratna yang membenahi diri. Dengan menyeringai aneh, Andri yang kupergoki nyaris memperkosa ngeloyor begitu saja seolah tak terjadi apapun” (Libby : 88)

“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan” (Libby : 89)

“Kalau tidak korupsi, mana bisa aku punya mobil mewah dan rumah mewah, apa lagi aku lakukan itu semua selama lima tahun tanpa ketahuan. Setiap bulan berhasil kutilap uang senilai sepuluh juta, padahal telah berlangsung lima tahun lebih” (Libby : 230-231)

“Esok siangnya, setelah urusanku dengan Mr. Yap Kun Lie kuselesaikan dengan tuntas sampai pada mengantarkannya kembali ke bandara, dengan ditemani Pak Subrata aku ambil ruko yang dikontrakkan itu” (Libby : 147)

“Diseperempat abad dari usiaku yang telah dua puluh lima tahun, benakku sempat diganduli pertanyaan atas dimana mereka atau seperti apa wajah mereka” (Libby : 3)

“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan. Pemuda itu ternyata bukan hanya memperkosa tetapi juga memfitnah” (Libby : 89)

“Apabila orang itu menarik picu, akan berlubang tulang tengkoraknya dan cukup untuk menjadi alasan mengantarkannya ke pintu gerbang kematian” (Libby : 133)

“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)

“Soal tantangan, bukanlah Vicky Audi memberikan tantangan lebih mengerikan, ia pelacur dalam arti sebenarnya, ia mengidap HIV. Tantangan mana yang lebih dasyat dari pada menempatkan diri di sebelah gadis sarat masalah ini, yang didalam gua gurbanya sedang berkembang janin yang tidak diketahui dari siapa benihnya, yang dialirkan darahnya ada virus pembunuh yang belum pernah ditemukan obatnya” (Libby : 246)

“Pemeriksaan terdahulu menggunakan cara tes yang tidak akurat, setelah dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti menggunakan metode yang paling peka, hasilnya negatif” (Libby : 400)

“Untuk apa aku hidup kalau Vicky mati, atau terpaksa aku harus melewati pintu gerbang yang sama untuk bisa kembali merebut istriku” (Libby : 422)



d. Latar
Latar adalah suatu lingkungan atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar pada novel Libby terbagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat novel Libby terjadi di Indonesia. Latar waktu novel Libby terjadi pada jaman modern seperti sekarang. Latar sosial novel Libby sebagian besar adalah status sosial tinggi.

“Kuberukan sulut untuknya atas apa yang dilakukannya, namun kereta terlanjur melaju, semakin cepat dan semakin cepat” (Libby : 8)

“Diatas karpet ruang garasi yang disediakan untukku, kuhamparkan kain sajadah dan kusujudkan kepalaku ke hadapan Illahi” (Libby : 21)

“Kusebutkan hotel yang aku tempati yang ternyata sangat surprise karena Winda berada di hotel yang sama” (Libby : 28)

“Dalam tahap awal, Pak Subrata didukung keluarganya akan mengelola mini market …” (Libby : 150)

“Pak Subrata menangis bercucuran ketika sujud di hamparan sajadah, hal yang rupanya sudah lama sekali tidak dilakukannya. Didorong oleh hilangnya kepercayaan akibat musibah bertubi-tubi menimpanya” (Libby : 163)

“Disini, Surabaya. Dengan orang HK aku punya proyek …. ”(Libby : 253)

“Aku memberikan pikiranku melayang kemana-mana saat akhirnya pesawat tiba di Jakarta” (Libby : 380)

“Wajah orang itu melemparku ke wajah lain, wajah beberapa bulan lalu ketika ku hadiri sebulan acara kematian” (Libby : 59)

“Jam sepuluh aku terbangun dengan penat dan sedikit kejang masih terus” (Libby : 159)

“Satu jam menunggu nyaris membuatku jemu, namun akhirnya objekku dating juga” (Libby : 203)

“Alamak, ditempat macam itu nanti aku dipersilahkan beristirahat, padahal aku seorang direktur sebuah perusahaan raksasa, aku membawahi karyawan yang ribuan jumlahnya membentang dari berbagai bisnis, mulai dari pusat perkulaan sampai bidang agrobisnis” (Libby : 20)

“Kuajak Pak Subrata naik ke lantai dua ke fasilitas penthouse yang kudiami” (Libby : 115)

“Meski aku kaya raya, Vicky tetap tidak silau dengan kekayaanku, ia tetap konsisten dengan sikapnya” (Libby : 402)

e. Sudut Pandang
Sudut padang atau pusat pengisahan merupakan titik pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005 : 18). Ada dua metode penceritaan dalam pusat pengisahan ini, yaitu : (1) Metode aku, yakni aku bercerita tentang dirinya sendiri (aku kadang oleh pembaca diidentikan dengan pengarangnya), dan (2) Metode dia – an, artinya pengarang tidak tampak hadir dalam cerita tetapi dia berkedudukan sebagai yang serba tahu, cerita yang dikisahkan adalah cerita mereka.

“Tetapi aku menggeleng tegas, setegas aku mengayunkan langkah ikut berebut berjejal-jejal didorong dan balas mendorong ….” (Libby : 8)

“Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seorang yang sudah divonis mati” (Libby : 130)

“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan. Pemuda itu ternyata bukan hanya memperkosa tetapi juga memfitnah” (Libby : 89)

“Aku dilahirkan hanya untuk ditinggalkan ibu kandungku ke negeri Belanda, ibuku kesemsem pada seorang bule yang mengikutinya. Ayahku, kuketahui belakangan ketika menghembuskan nafas terakhir” (Libby : 116)

“Aku amat tertegun ketika beberapa becak melaju ia minta berhenti, ia keluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya uang lembaran dua puluhan ribu untuk seorang pengemis yang berpapasan jalan dengannya” (Libby : 226)

“Dimataku, perilaku Vicky Audi manusiawi karena namanya juga manusia. Ia hanya korban dari laki-laki. Dalam hal HIV yang diidapnya, ia hanya korban dari laki-laki. Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seseorang yang menerima vonis mati” (Libby : 310)

“Anak paling bungsu bernama Jesic, dia lebih cantik dari kakaknya yang aku lihat …..” (Libby : 76)


B. Aplikasi Data
a. Tema
Berbagai macam masalah dalam novel Libby dapat dikelompokkan, diantaranya :

1. Kurangnya Kasih Sayang Orang Tua
Ebby (tokoh utama) sejak kecil diasuh oleh kakeknya sehingga tidak pernah mengenal kedua orang tuanya. Ebby juga lahir di luar nikah sehingga tidak pernah mendapat kasih sayang kedua orang tuanya.

“Aku dilahirkan hanya untuk ditinggalkan ibu kandungku ke negeri Belanda, ibuku kesemsem pada seorang bule yang mengikutinya. Ayahku, kuketahui belakangan ketika menghembuskan nafas terakhir” (Libby : 116)

2. Kegagalan Ebby Dalam Percintaan
Ebby berkeinginan untuk mempunyai seorang istri yang masih perawan dan sempurna. Ebby memutuskan bertunangan dengan Melia Fammi, mahasiswi yang dikenalnya waktu berkunjung bisnis ke Jawa Tengah. Tapi, Ebby merasa tidak suka ketika Melia Fammi ternyata membohonginya.

“Apa yang kau lakukan itu hakmu, sebagaimana kau bisa berteriak lantang tubuhmu adalah milikmu sendiri sehingga kau bebas berbuat apa saja. Kepergianmu dengan laki-laki itu privasimu yang aku tak akan mengganggu gugat. Sebaliknya aku bersyukur karena melihat sisi lain dari dirimu dengan mata telanjang. Daripada aku terlanjur menjadi suamimu akan tetapi dibelakangku kau mengkhianatiku” (Libby : 48)



3. Pertualangan Ebby
Ebby, seorang direktur sebuah perusahaan raksasa. Karena kesibukannya, menyebabkan ia kehilangan waktu untuk dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk berpetualang dengan menaiki kereta murahan sekelas ekonomi dengan bermacam alasan, diantaranya ia mengidap penyakit insomnia dan sudah waktunya ia mencari seorang istri yang sesuai dengan impiannya. Didalam kereta itu ia berkenalan dengan Pak Subrata dan secara tidak langsung Pak Subrata ikut terlibat dalam masalah yang dihadapinya.

“Kulakukan semua itu oleh banyak alasan, pertama aku mengidap insomnia, sulit tidur sengantuk apapun atau setelah apapun …. Yang kedua, aku sudah dua puluh lima tahun. Rasanya sudah waktunya aku memiliki seorang istri, yang menurut angan-angan idealku harus kudapatkan dengan cara luar biasa, melalui pengalaman yang luar biasa” (Libby : 9)

“Itulah awal keterlibatanku dengan keluarga Pak Subrata, keluarga yang memang ruwet dan sangat layak menjadi alasan Pak Subrata tidak betah di rumah. Sesampainya di stasiun tujuan, aku sudah berniat memisahkan diri dari lelaki tua itu, namun ia memaksaku ikut pulang ke rumahnya” (Libby : 18)

4. Kegagalan Pak Subrata Dalam Pekerjaan dan Rumah Tangganya
Pak Subrata, seorang laki-laki berusia sekitar 50 tahunan. Seorang ayah dari tiga anak. Dulunya seorang tentara, berpangkat Mayor sehingga ia memutuskan untuk pension. Tetapi, ada yang lebih menyakitkan hatinya, yaitu ketika ia melihat sendiriistrinya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Ini juga bersamaan dengan hancurnya bisnis Pak Subrata karena tertipu. Kejadian itu mengakibatkan putra pertamanya, Andri dikeluarkan dari sekolah karena narkoba, anak keduanya Vicky menjadi seorang pelacur demi menghidupi keluarganya.

“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)

5. Percobaan Pemerkosaan Terhadap Ratna
Ratna, keponakan Pak Subrata dari Maros. Gadis berjilbab dan seorang yang sangat taat beribadah. Selama mencari pekerjaan ia tinggal di rumah pamannya. Sejak Ratna diberi pekerjaan oleh Ebby, Ratna memutuskan untuk mencari kos karena perlakuan saudara sepupunya, Andri yang mencoba memperkosanya. Hal itu juga dibuktikan sendiri olel Ebby sewaktu ia menginap di rumah Pak Subrata karena Ebby juga difitnah oleh Andri.

“Pucat pasi Endang Ratna yang membenahi diri. Dengan menyeringai aneh, Andri yang kupergoki nyaris memperkosa ngeloyor begitu saja seolah tak terjadi apapun” (Libby : 88)

“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan” (Libby : 89)

6. Keputusan Ebby Menikahi Vicky Audi
Ebby yang memilih Vicky dari pada Jesic. Ebby merasa kakak beradik itu memiliki sifat yang berbeda. Vicky seorang gadis yang baik hati, penolong, mau beribadah, dan lebih memiliki kriteria istri yang diinginkan Ebby. Vicky berasal dari lembah nista yang ingin ia bombing sesuai dengan keinginannya.

“Dimataku, perilaku Vicky Audi manusiawi karena namanya juga manusia. Ia hanya korban dari laki-laki. Dalam hal HIV yang diidapnya, ia hanya korban dari laki-laki. Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seseorang yang menerima vonis mati” (Libby : 310)

7. Korupsi yang Dilakukan Makonina
Makonina adalah seorang pegawai perusahaan besar. Ia juga sangat dekat dengan Jesic. Ketika Makonina berkunjung ke rumah Pak Subrata, ia berkenalan dengan Ebby. Markonina bercerita dengan bangga bahwa ia telah menggelapkan uang perusahaannya untuk memupuk kekayaannya sendiri.

“Kalau tidak korupsi, mana bisa aku punya mobil mewah dan rumah mewah, apa lagi aku lakukan itu semua selama lima tahun tanpa ketahuan. Setiap bulan berhasil kutilap uang senilai sepuluh juta, padahal telah berlangsung lima tahun lebih” (Libby : 230-231)

Tema cerita dalam novel Libby adalah keinginan seseorang untuk mendapatkan seorang istri dengan cara yang luar biasa dan penuh tantangan. Keinginan itu muncul dilator belakangi kisah hidup Ebby yang selalu mengalami kegagalan. Seiring dengan kematangan usia dan berlandaskan agama. Ebby lebih meniatkan hidupnya dengan beribadah, sehingga segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan norma agama. Ebby lebih memilih Vicky dengan segala kekurangan dan masalah yang dihadapinya untuk dijadikan istri. Dengan begitu ia hidup normal berlandaskan agama seperti manusia lainnya.

b. Tokoh dan Penokohan
Keseluruhan tokoh dalam novel Libby berjumlah tiga puluh dua tokoh. Tokoh utama novel ada empat tokoh. Tokoh yang akan dianalisis berdasarkan karakternya yaitu Ebby Farrhay, Jesica Diandra, Pak Subrata dan Vicky Audi. Keempat tokoh tersebut secara garis besar menjadi subjek dan pencerita yang diceritakan.
Selain tokoh utama, ada tokoh tambahan yaitu Winda, Ratna, Om Wim, Kakek Ebby, Bu Subrata, Andri, Pembantu Bu Subrata, Aviva, Ida Erawati, Gunawan, Dokter Rustam, Pak Togar, Pak Ciryllus, Ibu Mia, Dokter Jayasabha, Markonina, Om Zarus, Fammi, Takari, Murai, Mas Suwarsono, Mr. Yap Kun Lie, Suhisma, Mr. Kim, Cak Kadir, Cak Giman, Riska, Ariwati, Sutrimo, Sudami, Jaya, dan Libby. Pengarang sengaja tidak menerangkan secara detail perwatakan tiap-tiap tokoh. Ada juga tokoh yang tidak disebutkan nama karena oleh pengarang dianggap sebagai tokoh khayalan atau bayangan.

Penokohan
1. Ebby Farrhay (Ebby)
Tokoh yang sopan, taat beribadah, baik hati, dan penolong. Secara fisik tokoh Ebby tidak digambarkan oleh pengarang, namun kita dapat menggambarkan tokoh Ebby melalui tindakan, dan sikap yang ditampilkan. Hal itu tampak pada kutipan berikut :

“Di atas karpet di ruang garasi yang disediakan untukku, aku hamparkan kain sajjadah dan kusujudkan kepalaku ke hadapan Illahi. Sungguh apa yang aku lakukan itu hal yang bersifat rutinitas bagiku …” (Libby : 21)

“Esok siangnya, setelah urusanku dengan Mr. Yap Kun Lie kuselesaikan dengan tuntas sampai pada mengantarkannya kembali ke bandara, dengan ditemani Pak Subrata aku ambil ruko yang dikontrakkan itu” (Libby : 147)

“Di pintu masuk aku membantu ibu-ibu yang butuh pertolongan menaikkan beras murah yang harus dinaikkan ke kendaraanya” (Libby : 150)

“Mohon izin untuk menyampaikan hal penting kepada Bapak sekeluarga” (Libby : 264)

Ebby mempunyai sifat yang berkemauan keras, suka tantangan dan berpetualang. Ini digambarkan pada saat keinginannya naik kereta murahan kelas ekonomi itu. Selain ttu juga dapat dilihat saat Ebby bersikeras untuk menikahi Vicky.

“Tetapi aku menggeleng tegas, setegas aku mengayunkan langkah ikut berebut berjejal-jejal didorong dan balas mendorong ….” (Libby : 8)

“Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seorang yang sudah divonis mati” (Libby : 130)

Ebby adalah seorang yang ditinggal oleh kedua orang tuanya. Ia diasuh oleh kakeknya. Ia juga diwarisi seluruh kekayaan kakeknya sehingga ia menjabat sebagai direktur sebuah perusahaan raksasa.

“Diseperempat abad dari usiaku yang telah dua puluh lima tahun, benakku sempat diganduli pertanyaan atas dimana mereka atau seperti apa wajah mereka” (Libby : 3)

“Kakekku adalah ayah dan ibu bagiku …… Ia yang mewariskan kepadaku harta berlimpah, dan oleh karenanya aku tak pantas berada di kereta ini, kereta kelas murahan” (Libby : 7)

“Mohon izin untuk menyampaikan hal penting kepada Bapak sekeluarga. Kataku santun” (Libby : 264)

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Ebby Farrhay mempunyai sifat baik hati, penolong, perhatian, taat beribadah, sopan, suka tantangan dan berkemauan keras.


2. Jesica Diandra
Anak bungsu dari Pak Subrata. Gadis cantik, tapi angkuh, sombong dan tidak punya malu.

“Anak paling bungsu bernama Jesic, dia lebih cantik dari kakaknya yang aku lihat …..” (Libby : 76)

“Aku hanya memilih yang aku suka, uang bagiku bukan yang utama, seks itu sendiri yang utama” (Libby : 155)

“Kalau begitu aku ingin jalan-jalan ke Paris” (Libby : 218)

“Ucapan gadis jalang itu benar-benar membuatku terperangah, apa lagi ketika ia melakukan perbuatan yang benar-benar gila. Gadis itu akan menelanjangi dirinya sendiri” (Libby : 291)

Jesic juga sangat suka memprovokasi dan memusuhi orang yang tidak disukainya, meski saudaranya sendiri.

“Semua pembantu yang tidak tahu apa-apa diprovokasi, Ratna dimusuhi,sampai-sampai Libby saja bisa membedakan mana orang yang hatinya tulus dan mana yang bukan” (Libby : 409-410)

3. Pak Subrata
Pak Subrata, seorang laki-laki berusia sekitar setengah abad, bermain catur adalah hobinya. Seorang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Tapi, ia seorang yang gagal dalam rumah tangga dan pekerjaan. Mudah putus asa karena beban yang terlalu berat sehingga ia lari dari masalah dan naik kereta api. Ia mantan tentara yang mempunyai sifat keras dalam mendidik anak-anaknya. Ia juga pernah berniat bunuh diri karena beratnya masalah yang dipikulnya.

“Pak Subrata marah dan sekarang sedang mendekatkan ujung pistol ke kepala Andi” (Libby : 96)

“Apabila orang itu menarik picu, akan berlubang tulang tengkoraknya dan cukup untuk menjadi alasan mengantarkannya ke pintu gerbang kematian” (Libby : 133)

“Pemberontakanku yang didorong atas tanggung jawab dan nasib sekian ratus bawahanku di medan pertempuran” (Libby : 137)

“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)

Setelah mendapat pertolongan dengan dibukanya mini market membuat Pak Subrata menemukan kembali semangat dan kepercayaannya terhadap Tuhan.

“Pak Subrata menangis bercucuran ketika sujud di hamparan sajadah, hal yang rupanya sudah lama sekali tidak dilakukannya. Didorong oleh hilangnya kepercayaan akibat musibah bertubi-tubi menimpanya” (Libby : 163)

Dapat disimpulkan bahwa tokoh Pak Subrata mempunyai sifat pemarah, mudah putus asa, keras, dan bertanggung jawab.
4. Vicky Audi
Anak kedua Pak Subrata. Secara fisik digambarkan sebagai seorang gadis cantik. Ia terpaksa menjadi pelacur Karen untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia juga berani terhadap orang tua.

“Dengan cueknya, gadis berusia dua puluhan tahun yang keluar dari mobil melenggang masuk kedalam rumah. Lampunya. Teriak Pak Subrata mengagetkanku. Gadis itu balik lagi. Aku harus memasukkan mobil ke garasi, balasnya dengan suara tak kalah keras” (Libby : 24)

“Anak kedua perempuan bernama Vicky, si cantik berambut pendek bercelana jeans dengan kacamata hitam yang siang tadi berada di ruang lobi hotel ini pula entah dalam rangka menunggu atau menemani siapa. Yang mengagetkanku ketika Ratna menyebut Vicky inilah tulang punggung keluarga yang membanting tulang mencari uang dengan menjual diri, yang menjadi ayam panggang yang siap disantap siapa saja yang menghendakinya” (Libby : 76)

Meski pelacur, Vicky tidak mau menerima bayaran tanpa melakukan pekerjaan apapun.

“Diletakkannya uang diatas meja, tanpa membalikkan badan Vicky Audi melangkah meninggalkan kamar hotel yang setelah tertutup sempurna, dari luar tidak akan bisa kembali lagi” (Libby : 214)

Selain itu, Vicky juga mau mengerjakan shalat dan membantu orang-orang miskin.

“Aku amat tertegun ketika beberapa becak melaju ia minta berhenti, ia keluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya uang lembaran dua puluhan ribu untuk seorang pengemis yang berpapasan jalan dengannya” (Libby : 226)

“Vicky Audi telah selesai shalatnya dan merapikan mukena yang dikenakannya …..” (Libby : 246)

Setelah menikah dengan Ebby, Vicky memiliki perasaan kasih sayang. Ia juga seorang istri yang setia, pemaaf, sabar, dan sangat perhatian.

“Dengan segala penyesalan Vicky mencium lututku, mencium kedua tanganku, dan memelukku, tangisan kian menjadi” (Libby : 326)

“Jawab istriku amat sabar dengan membetulkan letak dasiku. Dimaafkan kekeliruannya, nanti aku akan menegur” (Libby : 410)

c. Alur
Stanton (1965 : 14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Abrams (1998:137) mengemukakan bahwa alur merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yang sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.
Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2002 : 149-150) membedakan tahapan alur yang menjadi lima bagian, yaitu :
1. Tahap Penyituasian
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita yang berkaitan dengan lahap-tahap selanjutnya. Tahap situation pada novel Libby adalah pengarang memperkenalkan tokoh Ebby. Ebby yang melakukan petualangan dengan kereta kelas murahan karena banyak alasan. Dan Ebby pun berkenalan dengan Pak Subrata dan keluarganya.

“Itulah awal keterlibatanku dengan keluarga Pak Subrata, keluarga yang memang ruwet dan sangat layak menjadi alasan Pak Subrata tidak betah di rumah. Sesampainya di stasiun tujuan, aku sudah berniat memisahkan diri dari lelaki tua itu, namun ia memaksaku ikut pulang ke rumahnya” (Libby : 18)

2. Tahap Pemunculan Konflik
Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap konflik dalam novel ini adalah pengarang menceritakan upaya pemerkosaan yang dilakukan Andri terhadap Ratna yang digagalkan Ebby.

“Pucat pasi Endang Ratna yang membenahi diri. Dengan menyeringai aneh, Andri yang kupergoki nyaris memperkosa ngeloyor begitu saja seolah tak terjadi apapun” (Libby : 88)

Selain itu juga terjadi konflik ketika Andri memutar balikkan fakta sehingga Ebby dituduh melakukan hal itu.

“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan. Pemuda itu ternyata bukan hanya memperkosa tetapi juga memfitnah” (Libby : 89)

3. Tahap Peningkatan Konflik
Tahap ini berisi konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dapat juga disebut sebagai peningkatan konflik. Ini terjadi ketika Pak Subrata melakukan percobaan bunuh diri karena berbagai macam dan beratnya masalaah yang sedang dihadapi.

“Apabila orang itu menarik picu, akan berlubang tulang tengkoraknya dan cukup untuk menjadi alasan mengantarkannya ke pintu gerbang kematian” (Libby : 133)

“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)

4. Tahap Klimaks
Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik puncak. Puncak peristiwa ini adalahpada saat Ebby lebih memilih menikah dengan Vicky Audi dari pada adiknya, meski ia seorang pelacur yang sedang hamil dan mengidap HIV.

“Soal tantangan, bukanlah Vicky Audi memberikan tantangan lebih mengerikan, ia pelacur dalam arti sebenarnya, ia mengidap HIV. Tantangan mana yang lebih dasyat dari pada menempatkan diri di sebelah gadis sarat masalah ini, yang didalam gua gurbanya sedang berkembang janin yang tidak diketahui dari siapa benihnya, yang dialirkan darahnya ada virus pembunuh yang belum pernah ditemukan obatnya” (Libby : 246)

5. Tahap Penyesuaian
Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang sedang terjadi. Lebih tepatnya penyelesaian, konflik-konflik yang diberi jalan keluar, atau cerita akhir. Tahap penyelesaian dalam novel ini adalah pemeriksaan ulang penyakit HIV yang diderita Vicky, yang hasilnya ternyata negatif. Tapi, Vicky akhirnya meninggal dunia bukan karena virus HIV, melainkan kecelakaan yang membuat Ebby merasa sangat kehilangan dan sedih.

“Pemeriksaan terdahulu menggunakan cara tes yang tidak akurat, setelah dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti menggunakan metode yang paling peka, hasilnya negatif” (Libby : 400)
“Untuk apa aku hidup kalau Vicky mati, atau terpaksa aku harus melewati pintu gerbang yang sama untuk bisa kembali merebut istriku” (Libby : 422)


d. Latar
Abrams (1981-175) mengemukakan bahwa latar adalah landas tumpu, penyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkaran sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiantoro, 2002: 216).
Nurgiantoro (2002 : 227) membedakan latar menjadi tiga unsur pokok yaitu:
1. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra seperti desa, sungai, jalan, hutan, kota, ruang, dan lain-lain. Dari latar tempat ini dapat tercermin tata nilai, tradisi masyarakat, tingkah laku, suasana, dan hal-hal berpengaruh lainnya. Peristiwa yang terjadi pada novel Libby bertempat di kereta, rumah, garasi, hotel, masjid, mini market, pesawat, rumah sakit, Surabaya, Bali, Jakarta.

“Kuberukan sulut untuknya atas apa yang dilakukannya, namun kereta terlanjur melaju, semakin cepat dan semakin cepat” (Libby : 8)

“Diatas karpet ruang garasi yang disediakan untukku, kuhamparkan kain sajadah dan kusujudkan kepalaku ke hadapan Illahi” (Libby : 21)

“Kusebutkan hotel yang aku tempati yang ternyata sangat surprise karena Winda berada di hotel yang sama” (Libby : 28)

“Dalam tahap awal, Pak Subrata didukung keluarganya akan mengelola mini market …” (Libby : 150)

“Pak Subrata menangis bercucuran ketika sujud di hamparan sajadah, hal yang rupanya sudah lama sekali tidak dilakukannya. Didorong oleh hilangnya kepercayaan akibat musibah bertubi-tubi menimpanya” (Libby : 163)

“Disini, Surabaya. Dengan orang HK aku punya proyek ….”(Libby : 253)

“Aku memberikan pikiranku melayang kemana-mana saat akhirnya pesawat tiba di Jakarta” (Libby : 380)

dll ….

2. Latar waktu menyaran pada “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra, misalnya tahun, musim, hari dan jam, tanggal, bulan. Saat terjadi biasanya berhubungan dengan waktu faktual dan aktual.

“Wajah orang itu melemparku ke wajah lain, wajah beberapa bulan lalu ketika ku hadiri sebulan acara kematian” (Libby : 59)

“Jam sepuluh aku terbangun dengan penat dan sedikit kejang masih terus” (Libby : 159)

“Satu jam menunggu nyaris membuatku jemu, namun akhirnya objekku dating juga” (Libby : 203)

3. Latar Sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Penulis berpendapat bahwa latar adalah suatu tempat terjadinya peristiwa dalam karya sastra yang meliputi tempat, waktu, dan sosial. Berdasar strata sosial, latar sosial dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Status Sosial Tinggi
b. Status Sosial Menengah
c. Status Sosial Rendah
Status sosial novel Libby sebagian besar adalah Status sosial tinggi. Tokoh-tokohnya hidup dalam kehidupan modern, berpendidikan tinggi, bekerja di luar negeri.

“Alamak, ditempat macam itu nanti aku dipersilahkan beristirahat, padahal aku seorang direktur sebuah perusahaan raksasa, aku membawahi karyawan yang ribuan jumlahnya membentang dari berbagai bisnis, mulai dari pusat perkulaan sampai bidang agrobisnis” (Libby : 20)

“Kuajak Pak Subrata naik ke lantai dua ke fasilitas penthouse yang kudiami” (Libby : 115)

“Meski aku kaya raya, Vicky tetap tidak silau dengan kekayaanku, ia tetap konsisten dengan sikapnya” (Libby : 402)


e. Sudut Pandang
Sudut padang merupakan titik pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005 : 18). Ada dua metode penceritaan dalam pusat pengisahan ini, yaitu :
1. Metode aku, yakni aku bercerita tentang dirinya sendiri (aku kadang oleh pembaca diidentikan dengan pengarangnya). Tapi aku dalam cerita ini identik dengan tokoh utama, yaitu Ebby.

“Tetapi aku menggeleng tegas, setegas aku mengayunkan langkah ikut berebut berjejal-jejal didorong dan balas mendorong ….” (Libby : 8)

“Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seorang yang sudah divonis mati” (Libby : 130)

“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan. Pemuda itu ternyata bukan hanya memperkosa tetapi juga memfitnah” (Libby : 89)

“Aku dilahirkan hanya untuk ditinggalkan ibu kandungku ke negeri Belanda, ibuku kesemsem pada seorang bule yang mengikutinya. Ayahku, kuketahui belakangan ketika menghembuskan nafas terakhir” (Libby : 116)

“Aku amat tertegun ketika beberapa becak melaju ia minta berhenti, ia keluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya uang lembaran dua puluhan ribu untuk seorang pengemis yang berpapasan jalan dengannya” (Libby : 226)

2. Metode dia / ia, artinya pengarang tidak tampak hadir dalam cerita tetapi dia berkedudukan sebagai yang serba tahu.

“Dimataku, perilaku Vicky Audi manusiawi karena namanya juga manusia. Ia hanya korban dari laki-laki. Dalam hal HIV yang diidapnya, ia hanya korban dari laki-laki. Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seseorang yang menerima vonis mati” (Libby : 310)

“Anak paling bungsu bernama Jesic, dia lebih cantik dari kakaknya yang aku lihat …..” (Libby : 76)




 Kaitan Antar Struktur Novel Libby Karya Langit Kresna Hariadi

Kaitan tema dengan judul novel adalah Libby sebagai judul novel ini yang memunculkan tema “keinginan seseorang untuk mendapatkan seorang istri dengan cara yang luar biasa dan penuh tantangan agar dapat hidup secara normal”. Libby adalah nama seorang anak dari Ebby Farrhay dan Vicky Audi. Libby bukan merupakan tokoh utama dalam novel ini, tapi Libby merupakan rangkaian perjalanan tokoh yang penuh dengan masalah dan pemecahannya, sehingga dengan kelahiran Libby melengkapi kebahagiaan tokoh Ebby dan Vicky. Semenjak Ebby menikah dengan Vicky sampai Libby lahir mempunyai segi positif karena selain niat Ebby yang memilih menikah dengan Vicky untuk ibadah, sejak itu Ebby lebih mudah meraih tidur dan hidup normal seperti orang pada umumnya. Jadi, judul novel ini dapat memunculkan tema dari novel tersebut berdasarkan masalah – masalah yang ada dalam isi cerita novel tersebut.
Kaitan latar dengan tokoh adalah latar merupakan tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial yang terjadi pada tokoh dalam novel tersebut. Tempat menceritakan “dimana” para tokoh itu berada dalam suatu cerita. Hubungan waktu menceritakan “kapan” para tokoh itu mengalami peristiwa – peristiwa dalam hidupnya. Lingkungan sosial merupakan tempat yang mendukung keberadaan para tokoh.
Kaitan tokoh dengan alur cerita adalah tokoh merupakan pelaku dari cerita yang diceritakan dan alur merupakan rentetan peristiwa – peristiwa yang terjadi dan dialami oleh para tokoh dalam novel tersebut. Peristiwa yang dialami oleh tokoh Ebby, Vicky, dan lain – lain membentuk suatu rangkaian sebab – akibat, yang disebut sebagai alur. Peristiwa tersebut terjadi disuatu tempat, dan tokoh – tokohnya mempunyai status sosial yang berbeda, dan cerita itu dikisahkan oleh seorang tokoh utama yang menceritakan dirinya dan lingkungannya.
Dengan demikian, antara tokoh, alur, latar, dan pusat pengisahan berkaitan erat. Dengan kata lain, unsure struktur yang satu dengan yang lain keberadaannya tidak dapat dipisahkan, tetapi membentuk satu paduan cerita yang utuh dan menyajikan makna dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat diambil manfaatnya.












BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur struktur dalam novel Libby karya Langit Kresna Hariadi meliputi ; tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan pusat pengisahan.
Tema dalam novel Libby mengenai keinginan seseorang untuk mendapatkan seorang istri dengan cara yang luar biasa dan penuh tantangan agar dapat hidup secara normal. Alur dalam novel ini adalah alur campuran karena peristiwa – peristiwa yang terjadi merupakan golongan dari alur progresif dan regresif.
Latar pada novel Libby terdiri atas : latar waktu, latar social, dan latar tempat. Latar tempat berada di kota besar, tepatnya di Surabaya dan Jakarta. Latar waktu terjadi pada masa modern, dalam waktu pagi, siang, dan malam hari. Sedangkan latar sosial mengenal adanya stratifikasi sosial, yakni : adanya kelas sosial tinggi, dan kelas sosial bawah. Kelas sosial tinggi tampak pada diri Ebby yang seorang direktur, konglomerat dan pewaris tunggal perusahaan raksasa. Sedangkan kelas sosial bawah tampak pada diri Vicky Audi yang berprofesi sebagai pelacur.
Adapun tokoh yang diceritakan dalam novel Libby mempunyai karakter – karakter yang tercipta dari lingkungan yang bermoral, tetapi kurang kasih sayang. Tokoh utamanya : Ebby Farrhay, sedangkan tokoh tambahannya : Pak Subrasta, Vicky Audi, Jesica Diandra, dan Ratna.
Pusat pengisahannya menggunakan metode orang pertama tunggal (aku). Aku dalam novel ini sebagai tokoh utama bernama Ebby Farrhay. Aku menceritakan kisah hidupnya, sampai menikah dengan Vicky Audi sampai melahirkan seorang anak yang diberi nama Libby. Aku sebagai tokoh utama berkedudukan sebagai yang serba tahu dari keseluruhan cerita ini.
Hubungan antar unsur dalam struktur tampak padu dan membentuk kesatuan makna. Sebagai contoh misalnya : judul dengan tema yang saling berkaitan erat karena Libby adalah anak dari hasil perjuangan cinta Ebby dan Vicky. Peristiwa dalam novel ini bermuara pada kisah cinta Ebby dan Vicky. Tempat peristiwanya di Surabaya dan Jakarta. Adapun pencerita adalah tokoh utamanya yang mengalami peristiwa – peristiwa dalam cerita tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hubungan antar unsur dalam novel ini saling terkait dan membentuk keterpaduan cerita yang satu dengan yang lain.

B. Saran
1. Bagi pembaca agar dapat memahami makna karya sastra dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, khususnya novel Libby karya Langit Kresna Hariadi. Nilai yang baik dapat diambil sebagai bekal hidup bermasyarakat, dan nilai yang kurang baik dapat diambil sebagai bahan renungan untuk proses perbaikan diri.
2. Bagi saya, ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan kelengkapan referensi sebuah novel.





















DAFTAR PUSTAKA

Hariadi, Langit Kresna. 2003. Libby. Yogyakarta, CV. Qalam.

Wahyuningtyas, Sri. 2006. Teori Aplikasi Sastra. FKIP, PBSI : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka

www.google.com//kajian struktural pada novel

www.wilkemedia.com//kajian struktural novel

Suharsini, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Sumardjo, Jakob dan Saini. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Teew. A. 1986. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengakajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Wellek, Rene dan Werren, Austin. 1990. Teori Kesusastraan. Orlando. Florida. Harcourt Brace Javanovich Publishers. Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Sumardjo, Jakob. 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : Nurcahya.
LAMPIRAN
Sinopsis Cerita

Ebby Farhay adalah seorang pria dewasa berusia dua puluh lima tahun yang sejak kecil diasuh oleh kakeknya karena kedua orang tuanya telah meninggalkannya. Kakeknya yang kaya raya telah mewariskan seluruh hartanya kebada Ebby.
Di sebuah stasiun, Ebby menumpang kereta murahan yang penuh sesak, ia tetap memaksakan kehendaknya walau Winda telah berusaha untuk mencegahnya. Disana Ebby melihat sosok laki-laki dan teringat beberapa bulan lalu ia menghadiri sebuah acara kematian. Kematian orang itu ternyata ayah kandung Ebby yang tak pernah dikenalnya. Seminggu setelah laki-laki itu meninggal, Om Win memperkenalkan tamu seorang wanita bersama keluarganya. Dia adalah ibu kandung Ebby. Ebby telah ditinggalkan ibu kandungnya karena ibunya lebih memilih hidup bersama seorang bule Belanda. Ebby melakukan petualangan naik kereta api murahan karena ia ingin hidup normal terbebas dari penyakit insomnia dan sudah waktunya ia memiliki seorang istri yang sesuai dengan angan idealnya melalui pengalaman luar biasa ini.
Didalam kereta Ebby berkenalan dengan Pak Subrasta yang memaksa Ebby untuk ikut pulang ke rumahnya. Karena sesuatu hal, Ebby meninggalkan rumah Pak Subrasta dan memilih tinggal di hotel termahal di Surabaya. Winda ternyata telah berada di hotel yang sama dengan Ebby. Keduanya bertemu untuk urusan pekerjaan dan saling bertukar pengalaman. Ebby bercerita kepada Winda tentang kebodohan yang dilakukan oleh tunangannya, Melia Fammi dengan Om Zarus. Hal itu membuat Ebby merubah pikirannya tentang criteria seorang wanita yang diidamkannya.
Pagi itu Ebby menemui rekan bisnis, Mr. Yap. Kemudian Ebby pergi ke lokasi bazaar, ia bertemu dengan Endang Ratna keponakan Pak Subrasta yang sedang bingung mencari pekerjaan. Ebby membantu Ratna dengan memberinya pekerjaan dan menyuruh Ratna untuk menyembunyikan identitas yang sebenarnya kepada keluarga Pak Subrasta.
Ketika Ebby bertamu ke rumah Pak Subrasta, ia diajak pergi ke pasar malam. Sepulangnya Ebby sangat bahagia dan tertidur lelap. Lalu Ebby terbangun karena dikejutkan oleh suara orang meronta. Ebby langsung menuju ke sumber suara, dan Ebby telah menggagalkan rencana pemerkosaan yang dilakukan Andri terhadap Ratna. Dengan pandainya Andri memutar balikkan fakta dan menuduh Ebby yang melakukan hal itu. Setelah itu, Ebby dan Ratna meninggalkan rumah Pak Subrasta. Uang dan telepon genggam Ebby ternyata telah hilang. Setelah Ebby menelpon, ternyata yang mengangkat Jesic dan meminta bertemu untuk menjelaskan kejadian sebenarnya.
Jesic bercerita bahwa Pak Subrasta telah mengetahui bahwa pelakunya adalah Andri karena sudah yang kedua kalinya ia lakukan. Andri jugalah yang telah menghamili pembantunya. Oleh karena itu, Pak Subrasta sedang mengacungkan pistol ke kepala Andri dan membuat Andri kabur dari rumah. Hari berikutnya, Pak Subrasta dan Jesic menemui Ebby di hotel tempat ia menginap. Pak Subrasta mengembalikan uang dan telepon genggamnya. Setelah bercakap-cakap, Ebby pun melaksanakan shalat. Lalu Ebby pergi bersama Jesic melihat keindahan kota Surabaya. Hal itu melihat Jesic senang. Ebby mengantar Jesic pulang ke rumahnya dan kembali ke hotel.
Setiba di hotel, Ebby terkajut melihat Pak Subrasta yang memegang pistol di keningnya hendak bunuh diri. Ebby berusaha menggagalkannya. Pak Subrasta bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya dan yang membuat ia ingin bunuh diri. Pak Subrasta menyuru Ebby menyimpan pistol miliknya.
Esok paginya, Ebby yang ditemani Pak Subrasta mengambil ruko yang dikontrakkan di dekat rumah Pak Subrasta. Dengan bantuan Ebby sore itu minimarket Pak Subrasta sudah jadi, lengkap dengan isinya. Bersamaan dengan itu, Ebby juga pindah dari hotel dan memilih tinggal di kontrakan untuk menghilangkan kecurigaan Pak Subrasta.
Ketika Ebby membantu Pak Subrasta di minimarket, ia bertemu dengan sahabat lamanya, Ida Erawati. Mereka saling bercakap-cakap tentang banyak hal. Pak Subrasta yang merasa kuwalahan menghadapi pembeli yang begitu banyak, akhirnya memutuskan untuk mengambil pegawai untuk membantunya.
Jesic memutarbalikkan fakta, ia berbicara kepada orang tuanya bahwa Ebby telah mengajaknya nonton bersama. Ebby berhasil merubah cara berpakaian Jesic, tapi tidak untuk perilakunya yang tidak mencerminkan pakaiannya itu.
Sewaktu Ebby shalat istigharoh, ia meniatkan hidupnya untuk beribadah sehingga ia memutuskan untuk memilih menikahi orang yang bermasalah dan mengentaskannya dali kubangan. Bekas pelacurpun, baginya tidak masalah asalkan bukan kebalikannya. Malam itu Ebby memutuskan untuk melamar Jesic pada Pak Subrasta. Pak Subrasta yang bersifat bijak menyarankan Ebby untuk mempertimbangkan niatnya terlebih dahulu dan Ebbypun menurutinya. Pikiran Ebby yang tertuju pada anak kedua Pak Subrasta (Vicky Audi) yang berprofesi sebagai pelacur dan telah mengidap HIV membuat Ebby ingin melakukan sesuatu untuk menghentikannya.
Malam itu Ebby langkap dengan kumis dan rambut palsunya untuk menyamar telah berada di hotel dan menyuruh pelayan hotel memanggil Vicky Audi. Tak lama menunggu, Vicky datang dan dengan professional langsung mengajak Ebby, tapi Ebby menolaknya dan bercerita panjang lebar tentang dirinya. Untuk menyempurnakan aktingnya, Ebby melakukan adegan percobaan bunuh diri dengan pistol dan membuat Vicky sangat ketakutan. Vicky yang tadinya ingin melarikan diri, kemudian ia berubah pikiran dan menyadarkan Ebby agar tidak melakukan niatnya itu. Setelah Ebby sadar, Vicky pun keluar dari kamar hotel dengan meletakkan uang pemberian Ebby di meja dan bergegas pergi meninggalkan hotel.
Ebby kembali ke kontrakannya, ternyata Jasic telah lama menantinya. Selesai Ebby shalat, Jesic merengek miminta dibelikan sebuah mobil ataupun meminta uang untuk pergi jalan-jalan ke luar negeri, tapi dengan tegas Ebby menolaknya. Ebby merasa tak habis piker terhadap sikap Jesic yang tak mau lagi berbicara padanya.
Ebby yang merasa canggung ketika melihat Andri telah kembali ke rumah Pak Subrasta. Dengan seenaknya ia mengambil barang-barang di minimarket ayahnya tanpa membayar. Berbeda dengan Vicky yang mau membayar, meskipun minimarket itu milik ayahnya sendiri.
Ebby sangat terkejut ketika Vicky mau membantu orang lain dengan mengeluarkan uang dua puluh ribuan yang diberikan kepada pengemis. Ebby melihat kesan berbeda pada diri Vicky yang dulu dengan sekarang.
Ebby yang sedang menemani Pak Subrasta membuat papan nama untuk minimarketnya, dikejutkan datangnya seorang laki-laki teman Jesic. Dia bernama Markonina. Dengan bangganya Markonina mengaku telah melakukan korupsi di perusahaan tempat ia bekerja. Jesic pun pergi bersama Markonina.
Ketika Ebby dan Pak Subrasta meneruskan mengerjakan pembuatan papan nama, suara Vicky yang sedang muntah-muntah mengganggu mereka. Melihat Pak Subrasta hanya diam saja, Ebby langsung membawa pergi Vicky dengan taksi menuju ke tempat dokter Rustam. Ebby sangat terkejut ketika dokter Rustam memberitahukan bahwa Vicky sedang hamil empat bulan dan Vicky tidak ingin orang tuanya tahu tentang keadaannya. Dan ini membuat Ebby memutuskan untuk membawa Vicky ke kontrakannya.
Sesampainya di kontrakan, Ebby melihat pemandangan yang begitu indah ketika Vicky sedang shalat. Hal itu membuat Ebby terharu hingga meneteskan air mata. Vicky kini lebih menyita perhatian Ebby dibandingkan dengan dengan adiknya. Ebby berpikir ulang bahwa Vicky lebih memberikan tantangan yang mengerikan, ia seorang pelacur yang sedang hamil dan tengah mengidap HIV. Ebby mulai ragu terhadap pilihannya pda Jesic dan bergeser perhatiannya pada kakaknya. Ebby semakin yakin ketika Bu Subrasta datang membawakan makanan untuk Vicky dan bercerita kalau Jesic belum pulang hingga sekarang.
Siang itu Ebby dikejutkan oleh sebuah mobil yang berhenti di depan minimarket, yang ia kenali milik Markonina, tapi yang mengendarai adalah Jesic yang entah kenapa, ia kembali menyalakan mobil itu dan pergi. Beberapa saat kemudia, datang sebuah mobil yang ternyata di dalamnya Ida Erawati yang datang mengundang Ebby karena suaminya sudah pulang. Mereka bertiga bertemu di sebuah restoran. Ebby terkejut karena suami Ida adalah teman semasa kuliahnya dulu. Mereka saling bercakap-cakap tentang banyak hal. Berkaitan dengan rencana bisnis bersama Mr. Kim yang mengalamikesulitan keuangan, Ebby akan mengambil alih kepemilikan pabrik itu. Ebby memberikan tugas khusus kepada Gunawan untuk menyelidiki Markonina yang bekerja di pabrik yang diambil alih oleh Ebby itu.
Malam harinya sewaktu Pak Subrasta beserta keluarganya berkumpul Ebby mengutarakan niatnya untuk melamar Vicky, Pak Subrasta dan keluarganya sangat kaget dengan keputusan Ebby. Vicky yang tidak percaya akan hal itu menanyakan ulang kepada Ebby, dan dengan tegas Ebby mengangguk. Setelah Pak Subrasta memutuskan lusa malam Ebby akan menikahi Vicky, Ebby menelpon Pk Togas untuk memberitahukan pernikahannya kepada kalangan terbatas dan para top eksekutif yang lain.
Malam itu Ebby dikejutkan dengan kedatangan Jesic yang merasa tidak terima atas keputusan Ebby yang lebih memilih kakaknya. Jesic yang menginginkan Ebby, melakukan hal-hal diluar dugaan dengan menelanjangi dirinya sendiri dengan ekspresi khas penari telanjang. Ebby mencegah perbuatan Jesic dan mengacungkan pistol kearah Jesic, membuat Jesic ketakutan dan pergi meninggalkan kontrakan Ebby dengan meninggalkan kunci kontrakan Ebby.
Pagi itu, Ebby dibangunkan oleh Vicky yang siap untuk menjadi calon istrinya dengan membawakan sarapan. Vicky yang telah sadar dan ingin hidup dari uang halal meminta pendapat Ebby tentang pengambilan uang dan menyumbangkannya kepada mereka yang berhak menerima. Vicky yang dibantu kasir bank mengutarakan keinginannya untuk menutup rekeningnya. Uang pengambilan Vicky lebih dari seratus juta beserta bunga yang disimpan dalam tas. Vicky sangat kaget ketika Ebby membukakan rekening baru untuknya. Ebby juga memberikan jumlah uang yang sama dengan yang diambil Vicky sebagai uang belanja untuknya.
Sesampai di hotel, Ebby menggandeng tangan Vicky, mereka mendapat ucapan selamat dari top eksekutif yang telah hadir dalam ruang itu. Ebby dan Vicky terkejut ketika memandang salah satu sudut setumpuk kado tertata rapi, beserta kue tar yang siap dipotong. Ternyata hari ini Ebby berulang tahun. Bagi Ebby hari itu mempunyai arti yang luar biasa buatnya karena tanggalnya jatuh bersamaan dengan hari pernikahannya. Setelah acara makan-makan selesai, Ebby memperkenalkan Vicky sebagai calon istrinya. Vicky yang bersiap-siap untuk acara nanti malam diantar Ebby ke luar hotel. Lalu Ebby kembali ke Bali Room, ia menceritakan perihal calon istrinya yang tengah hamil dan mengidap HIV. Kemudian suasana menjadi hening, penuh dengan haru dan sedih.
Malam harinya, Ebby bersama dengan iringannya menuju rumah Pak Subrasta yang dipantau Ratna. Upacara pernikahan Ebby dan Vicky berlangsung lancer, namun tidak seperti pada upacara pernikahan pada umumnya, tetapi pernikahan mereka diiringi dengan hujan tangis.
Malam pertama mereka hanya dihiasi dengan hujan tangis dan rasa bersalah Vicky, tapi dengan tegarnya Ebby membimbing Vicky dan menguatkan hatinya. Vicky menyatakan bahwa ia mencintai Ebby, begitu pula sebaliknya. Rasa itu tumbuh dan bersemi diantara mereka sehingga membuat mereka tak ingin berpisah. Ebby telah memutuskan untuk melakukan kewajibannya sebagai suami setelah anaknya lahir dan ia juga tidak akan takut apabila nanti ia harus tertular.
Vicky bercerita pada Ebby bahwa sebelum pernikahan mereka, siang harinya Andri telah menikahi pembantunya yang dihamilinya. Jesic telah bekerja menjadi sekretaris Markonina di perusahaan tempat Markonina bekerja.
Sebelum berangkat berbulan madu ke Bali, Ebby dan Vicky berpamitan dengan Pak Subrasta dan istrinya. Pak Subrasta dan istrinya sangat senang ketika mereka menjelaskan rencana untuk memboyong Vicky ke Jakarta.
Setiba di Bali dengan pesawat, mereka berkeliling melihat objek wisata yang ada disana. Ebby mendapat laporan dari Winda, ia pun langsung membuka komputer lipatnya. Vicky yang tidak tau apa-apa mendadak bertanya pada Ebby tentang siapa nama orang tuanya dan apa pekerjaannya. Gunawan menelpon Ebby melaporkan tugas yang berhasil ia lakukan. Ebby menjelaskan pada Vicky yang sedang penasaran mengenai bukti yang telah didapat melalui Gunawan tentang siapa sebenarnya Markonina. Ebby menyuruh Vicky tidak usah mencemaskan Jesic, karna ia hanya pegawai baru.
Mereka berdua kembali ke Surabaya dengan pesawat, dan sampailah di pabrik. Ebby berpidato, dalam pidatonya Ebby memecat Markonina dan Rissa yang terbukti telah melakukan korupsi.
Ebby mengajak Jesic dan mertuanya ke rumahnya yang di Jakarta. Mereka semua terpukau ketika melihat rumah Ebby yang begitu besar dan sangat indah. Ketika sedang makan malam, dokter Jayasaba dating untuk memeriksa Vicky dan mengambil sampel darahnya untuk diteliti. Setelah menunaikan salat dua rakaat, mereka berdoa semoga Vicky tidak mengidap HIV. Dokter Jayasaba menyampaikan kabar baik pada Ebby dan Vicky, setelah diteliti berulang-ulang dari sampel darah Vicky hasilnya negatif. Vicky dan Ebby sangat senang, Pak Subrasta dan istrinya ikut bahagia dan mereka tidak dapat menahan air matanya, tapi berbeda dengan Jesic yang hanya biasa saja mendengar kabar itu.
Ebby membawa istri dan seluruh keluarga Pak Subrasta kecuali Jesic, beserta Ratna dan beberapa karyawan kantor untuk menunaikan ibadah umroh. Vicky melahirkan anak perempuan yang diberi nama Libby Farhay. Ebby sangat saying pada Libby anaknya.
Kedatangan Jesicke rumah Ebby sangat tidak diharapkan karena sikap Jesic yang suka memprovokasi dan memusuhi orang membuat Ebby merasa tidak nyaman. Dengan persetujuan Ebby, Vicky berangkat ke Surabaya bersama anak dan pembantunya. Ketika di kantor, perasaan Ebby terasa tidak enak dan setelah mendapat telepon Ebby langsung bergegas ke bandara dan pergi ke Surabaya. Ebby menuju ruang VIP, ia melihat istrinya berbaring tak sadarkan diri. Ebby sangat sedih dan menyalahkan Jesic atas kejadian yang menimpa istrinya. Ebby mencoba menyadarkan Vicky. Ebby melakukan perbuatan di luar kesadaran ketika melihat istri yang sangat dicintainya telah meninggal. Akan tetapi, perbuatan Ebby itu dicegah oleh Aviva. Seketika itu juga terdengar suara tangis Libby yang keras.
Powered By Blogger