BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prosa fiksi merupakan karya sasta yang sangat digemari oleh masyarakat. Karya sastra tersebut adalah cerpen dan novel. Novel sangat digemari karena ceritanya yang menarik, yang menceritakan kehidupan sehari – hari dan konflik – konflik yang terjadi dalam masyarakat umum. Begitu pula dengan cerpen.
Novel dibangun dari berbagai unsur yang saling berhubungan satu dengan yang lain sehingga menjadi karya sastra yang bermakna. Oleh karena itu, tiap unsur pembangun novel hanya akan bermakna bila ada kaitannya dengan keseluruhan unsur pembangun dalam novel tersebut.
Unsur – unsur pembangun novel berupa unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Menurut Nurgiantoro (2002 : 23), unsur intrinsik sebuah karya sastra merupakan unsur – unsur yang secara langsung turut membangun cerita. Kepaduan yang dimaksud adalah tema, alur, latar, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Novel Libby karya Langit Kresna Hariadi memiliki keistimewaan dan memiliki perbedaan dari novel lain. Keistimewaannya adalah alur cerita yang merupakan pencerminan dunia realitas yang dialami oleh manusia di tengah – tengah masyarakat, sehingga ceritanya benar – benar hidup. Penggambaran kompleksitas tokohnya begitu tertata seakan terjadi di dunia nyata. Novel Libby karya Langit Kresna Hariadi merupakan karyanya yang pertama yang diterbitkan tahun 2003.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dibahasa ialah bagaimanakah struktur novel Libby karya Langit Kresna Hariadi?
C. Tujuan
“Kajian Struktural Novel Libby Karya Langit Kresna Hariadi” bertujuan untuk mendeskripsikan struktur novel Libby karya Langit Kresna Hariadi. Struktur novel meliputi : tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.
BAB II
KAJIAN TEORI
Teori yang digunakan dalam kajian ini adalah teori struktural. Oleh karena itu, pada bagian selanjutnya akan dipaparkan tentang berbagai teori struktural yang pada intinya struktur karya sastra yang meliputi : tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan pusat pengisahan.
Novel merupakan karya sastra yang bermakna. Novel tidak sekedar merupakan serangkaian tulisan yang mengisahkan sebuah cerita parjalanan hidup seseorang, tapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur– unsur yang padu. Kajian struktural merupakan kajian pertama sebelum diterapkan kajian yang lain. Tanpa kajian struktural, kebulatan makna intrinsik dalam suatu karya sastra tidak dapat ditangkap.
Menurut Raminah Baribin (1985 : 52), unsur pembangun fiksi terdiri dari : perwatakan, tema dan amanat, alur, latar dan gaya bahasa, pusat pengisahan.
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini (1991 : 37), unsur pembentuk cerita rekaan yaitu alur, tokoh cerita, tema cerita, latar cerita, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur pembentuk novel yang paling penting meliputi tema, tokoh, alur, sudut pandang, dan latar. Unsur – unsur pembentuk novel tersebut akan diuraikan di bawah ini.
a. Tema
Berasal dari kata tithnai (bahasa Yunani) yang berarti menempatkan, meletakkan. Jadi, menurut arti katanya “tema” berarti sesuatu yang diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan (Gorys Keraf, 1984 : 107).
Menurut Raminah Baribin, (1985 : 59 – 60)
Tema merupakan gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi.
Menurut Hartoko dan Rahmanto, (Nurgiantoro, 2002 : 68)
Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuat karya sastra dan yang terkandung dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan – persamaan atau perbedaan – perbedaan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tema adalah gagasan utama atau gagasan sentral pada sebuah cerita atau karya sastra yang selalu berkaitan dengan masalah kehidupan manusia.
Cara menentukan tema itu sendiri dengan mencari masalah-masalah yang ada dalam karya sastra dari setiap bab-nya. Masalah merupakan sarana untuk membangun tema sehingga timbul beberapa masalah untuk mendukung tema.
b. Tokoh dan Penokohan
Menurut Abrams (1981 : 20), tokoh adalah orang-orang yang menampilkan suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembaca dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Tokoh cerita dalam sebuah fiksi dibedakan :
1. Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian.
2. Tokoh Tambahan
Tokoh Tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama.
3. Tokoh Protagonis
Tokoh Protoganis adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini ialah tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai pandangan kita, harapan-harapan kita, dan merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.
4. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik atau ketegangan.
c. Alur
Staton (1965 : 14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Abrams (1998:137) mengemukakan bahwa alur merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yang sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.
Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2002 : 149-150) membedakan tahapan alur yang menjadi lima bagian, yaitu :
1. Tahap Penyituasian
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita yang berkaitan dengan lahap-tahap selanjutnya.
2. Tahap Pemunculan Konflik
Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.
3. Tahap Peningkatan Konflik
Tahap ini berisi konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dapat juga disebut sebagai peningkatan konflik
4. Tahap Klimaks
Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik puncak.
5. Tahap Penyesuaian
Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang sedang terjadi. Lebih tepatnya penyelesaian, konflik-konflik yang diberi jalan keluar, atau cerita akhir.
d. Latar
Abrams (1981-175) mengemukakan bahwa latar adalah landas tumpu, penyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkaran sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiantoro, 2002: 216).
Nurgiantoro (2002 : 227) membedakan latar menjadi tiga unsur pokok yaitu:
1. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra seperti desa, sungai, jalan, hutan, kota, ruang, dan lain-lain. Dari latar tempat ini dapat tercermin tata nilai, tradisi masyarakat, tingkah laku, suasana, dan hal-hal berpengaruh lainnya.
2. Latar waktu menyaran pada “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra, misalnya tahun, musim, hari dan jam, tanggal, bulan. Saat terjadi biasanya berhubungan dengan waktu factual dan aktual.
3. Latar Sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Penulis berpendapat bahwa latar adalah suatu tempat terjadinya peristiwa dalam karya sastra yang meliputi tempat, waktu, dan sosial. Berdasar strata sosial, latar sosial dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Status Sosial Tinggi
b. Status Sosial Menengah
c. Status Sosial Rendah
e. Sudut Pandang
Sudut padang merupakan titik pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005 : 18). Ada dua metode penceritaan dalam pusat pengisahan ini, yaitu :
a. Metode aku, yakni aku bercerita tentang dirinya sendiri (aku kadang oleh pembaca diidentikan dengan pengarangnya).
b. Metode dia / ia, artinya pengarang tidak tampak hadir dalam cerita tetapi dia berkedudukan sebagai yang serba tahu.
BAB III
PENYAJIAN DAN APLIKASI DATA
A. Penyajian Data
Novel Libby karya Langit Kresna Hariadi terdiri atas 427 halaman, diterbitkan oleh Tinta, didistribusikan oleh CV. Qalam, Yogyakarta, November tahun 2003. Novel Libby terdiri dari 20 bagian yang terpisah, tapi antar bagian tersebut masih berkaitan.
Novel Libby karya Langit Kresna Hariadi memiliki keistimewaan dan memiliki perbedaan dari novel lain. Keistimewaannya adalah alur cerita yang merupakan pencerminan dunia realitas yang dialami oleh manusia di tengah – tengah masyarakat, sehingga ceritanya benar – benar hidup. Penggambaran kompleksitas tokohnya begitu tertata seakan terjadi di dunia nyata. Selain itu, di dalam novel ini juga disertakan biografi pengarang secara lengkap sehingga pembaca mengetahui latar belakang pengarangnya di dalam menulis novel ini.
Sebelum pada pokok pembahasan mengenai unsur struktur dalam novel Libby karya Langit Kresna Hariadi, telah disajikan data. Adapun data struktur novel Libby tampak sebagai berikut.
a. Tema
Tema adalah gagasan utama atau gagasan sentral pada sebuah cerita atau karya sastra yang selalu berkaitan dengan masalah kehidupan manusia. Tema merupakan keseluruhan yang didukung oleh cerita, dan tema selalu berkaitan dengan pengalaman manusia. Masalah merupakan sarana untuk membangun tema itu sendiri.
Berbagai masalah dalam novel Libby dapat dikelompok menjadi tujuh, yaitu masalah kurangnya kasih sayang orang tua, masalah petualangan Ebby, masalah kegagalan Ebby dalam percintaan, masalah percobaan pemerkosaan, masalah kegagalan Pak Subrasta dalam pekerjaan dan rumah tangganya, masalah keputusan Ebby untuk menikahi Vicky Audi, dan masalah korupsi yang dilakukan Markonina.
Tema cerita dalam novel Libby adalah keinginan seseorang untuk mendapatkan seorang istri dengan cara yang luar biasa dan penuh tantangan. Dengan begitu ia berharap dapat hidup normal.
” Diusia remajaku ketika oleh kakekku aku dikirim bersekolah di Malang, aku selalu dihantui oleh pertanyaan yang menyakitkan, mengapa aku memiliki kakek tanpa memiliki orang tua” (Libby : 30)
“Aku dilahirkan hanya untuk ditinggalkan ibu kandungku ke negeri Belanda, ibuku kesemsem pada seorang bule yang mengikutinya. Ayahku, kuketahui belakangan ketika menghembuskan nafas terakhir” (Libby : 116)
“Apa yang kau lakukan itu hakmu, sebagaimana kau bisa berteriak lantang tubuhmu adalah milikmu sendiri sehingga kau bebas berbuat apa saja. Kepergianmu dengan laki-laki itu privasimu yang aku tak akan mengganggu gugat. Sebaliknya aku bersyukur karena melihat sisi lain dari dirimu dengan mata telanjang. Daripada aku terlanjur menjadi suamimu akan tetapi dibelakangku kau mengkhianatiku” (Libby : 48)
“Kulakukan semua itu oleh banyak alasan, pertama aku mengidap insomnia, sulit tidur sengantuk apapun atau setelah apapun …. Yang kedua, aku sudah dua puluh lima tahun. Rasanya sudah waktunya aku memiliki seorang istri, yang menurut angan-angan idealku harus kudapatkan dengan cara luar biasa, melalui pengalaman yang luar biasa” (Libby : 9)
“Itulah awal keterlibatanku dengan keluarga Pak Subrata, keluarga yang memang ruwet dan sangat layak menjadi alasan Pak Subrata tidak betah di rumah. Sesampainya di stasiun tujuan, aku sudah berniat memisahkan diri dari lelaki tua itu, namun ia memaksaku ikut pulang ke rumahnya” (Libby : 18)
“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)
“Pucat pasi Endang Ratna yang membenahi diri. Dengan menyeringai aneh, Andri yang kupergoki nyaris memperkosa ngeloyor begitu saja seolah tak terjadi apapun” (Libby : 88)
“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan” (Libby : 89)
“Dimataku, perilaku Vicky Audi manusiawi karena namanya juga manusia. Ia hanya korban dari laki-laki. Dalam hal HIV yang diidapnya, ia hanya korban dari laki-laki. Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seseorang yang menerima vonis mati” (Libby : 310)
“Kalau tidak korupsi, mana bisa aku punya mobil mewah dan rumah mewah, apa lagi aku lakukan itu semua selama lima tahun tanpa ketahuan. Setiap bulan berhasil kutilap uang senilai sepuluh juta, padahal telah berlangsung lima tahun lebih (Libby : 230-231)
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku cerita dalam karya sastra. Keseluruhan tokoh dalam novel Libby berjumlah tiga puluh dua tokoh. Tokoh utama novel ada empat tokoh. Tokoh yang akan dianalisis berdasarkan karakternya yaitu Ebby Farrhay, Jesica Diandra, Pak Subrata dan Vicky Audi. Keempat tokoh tersebut secara garis besar menjadi subjek dan pencerita yang diceritakan.
“Di atas karpet di ruang garasi yang disediakan untukku, aku hamparkan kain sajjadah dan kusujudkan kepalaku ke hadapan Illahi. Sungguh apa yang aku lakukan itu hal yang bersifat rutinitas bagiku …” (Libby : 21)
“Esok siangnya, setelah urusanku dengan Mr. Yap Kun Lie kuselesaikan dengan tuntas sampai pada mengantarkannya kembali ke bandara, dengan ditemani Pak Subrata aku ambil ruko yang dikontrakkan itu” (Libby : 147)
“Di pintu masuk aku membantu ibu-ibu yang butuh pertolongan menaikkan beras murah yang harus dinaikkan ke kendaraanya” (Libby : 150)
“Mohon izin untuk menyampaikan hal penting kepada Bapak sekeluarga” (Libby : 264)
“Tetapi aku menggeleng tegas, setegas aku mengayunkan langkah ikut berebut berjejal-jejal didorong dan balas mendorong ….” (Libby : 8)
“Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seorang yang sudah divonis mati” (Libby : 130)
“Diseperempat abad dari usiaku yang telah dua puluh lima tahun, benakku sempat diganduli pertanyaan atas dimana mereka atau seperti apa wajah mereka” (Libby : 3)
“Kakekku adalah ayah dan ibu bagiku …… Ia yang mewariskan kepadaku harta berlimpah, dan oleh karenanya aku tak pantas berada di kereta ini, kereta kelas murahan” (Libby : 7)
“Mohon izin untuk menyampaikan hal penting kepada Bapak sekeluarga. Kataku santun” (Libby : 264)
“Anak paling bungsu bernama Jesic, dia lebih cantik dari kakaknya yang aku lihat …..” (Libby : 76)
“Aku hanya memilih yang aku suka, uang bagiku bukan yang utama, seks itu sendiri yang utama” (Libby : 155)
“Kalau begitu aku ingin jalan-jalan ke Paris” (Libby : 218)
“Ucapan gadis jalang itu benar-benar membuatku terperangah, apa lagi ketika ia melakukan perbuatan yang benar-benar gila. Gadis itu akan menelanjangi dirinya sendiri” (Libby : 291)
“Semua pembantu yang tidak tahu apa-apa diprovokasi, Ratna dimusuhi,sampai-sampai Libby saja bisa membedakan mana orang yang hatinya tulus dan mana yang bukan” (Libby : 409-410)
“Pak Subrata marah dan sekarang sedang mendekatkan ujung pistol ke kepala Andi” (Libby : 96)
“Apabila orang itu menarik picu, akan berlubang tulang tengkoraknya dan cukup untuk menjadi alasan mengantarkannya ke pintu gerbang kematian” (Libby : 133)
“Pemberontakanku yang didorong atas tanggung jawab dan nasib sekian ratus bawahanku di medan pertempuran” (Libby : 137)
“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)
“Pak Subrata menangis bercucuran ketika sujud di hamparan sajadah, hal yang rupanya sudah lama sekali tidak dilakukannya. Didorong oleh hilangnya kepercayaan akibat musibah bertubi-tubi menimpanya” (Libby : 163)
“Dengan cueknya, gadis berusia dua puluhan tahun yang keluar dari mobil melenggang masuk kedalam rumah. Lampunya. Teriak Pak Subrata mengagetkanku. Gadis itu balik lagi. Aku harus memasukkan mobil ke garasi, balasnya dengan suara tak kalah keras” (Libby : 24)
“Anak kedua perempuan bernama Vicky, si cantik berambut pendek bercelana jeans dengan kacamata hitam yang siang tadi berada di ruang lobi hotel ini pula entah dalam rangka menunggu atau menemani siapa. Yang mengagetkanku ketika Ratna menyebut Vicky inilah tulang punggung keluarga yang membanting tulang mencari uang dengan menjual diri, yang menjadi ayam panggang yang siap disantap siapa saja yang menghendakinya” (Libby : 76)
“Diletakkannya uang diatas meja, tanpa membalikkan badan Vicky Audi melangkah meninggalkan kamar hotel yang setelah tertutup sempurna, dari luar tidak akan bisa kembali lagi” (Libby : 214)
“Aku amat tertegun ketika beberapa becak melaju ia minta berhenti, ia keluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya uang lembaran dua puluhan ribu untuk seorang pengemis yang berpapasan jalan dengannya” (Libby : 226)
“Vicky Audi telah selesai shalatnya dan merapikan mukena yang dikenakannya …..” (Libby : 246)
“Dengan segala penyesalan Vicky mencium lututku, mencium kedua tanganku, dan memelukku, tangisan kian menjadi” (Libby : 326)
“Jawab istriku amat sabar dengan membetulkan letak dasiku. Dimaafkan kekeliruannya, nanti aku akan menegur” (Libby : 410)
c. Alur
Alur adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan terjadinya peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita.
Alur novel Libby adalah alur campuran, yaitu alur yang menceritakan peristiwa – peristiwa gabungan dari alur progresif dan alur regresif.
“Diusia remajaku ketika oleh kakekku aku dikirim bersekolah di Malang, aku selalu dihantui oleh pertanyaan yang menyakitkan, mengapa aku memiliki kakek tanpa memiliki orang tua” (Libby : 30)
“Itulah awal keterlibatanku dengan keluarga Pak Subrata, keluarga yang memang ruwet dan sangat layak menjadi alasan Pak Subrata tidak betah di rumah. Sesampainya di stasiun tujuan, aku sudah berniat memisahkan diri dari lelaki tua itu, namun ia memaksaku ikut pulang ke rumahnya” (Libby : 18)
“Pucat pasi Endang Ratna yang membenahi diri. Dengan menyeringai aneh, Andri yang kupergoki nyaris memperkosa ngeloyor begitu saja seolah tak terjadi apapun” (Libby : 88)
“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan” (Libby : 89)
“Kalau tidak korupsi, mana bisa aku punya mobil mewah dan rumah mewah, apa lagi aku lakukan itu semua selama lima tahun tanpa ketahuan. Setiap bulan berhasil kutilap uang senilai sepuluh juta, padahal telah berlangsung lima tahun lebih” (Libby : 230-231)
“Esok siangnya, setelah urusanku dengan Mr. Yap Kun Lie kuselesaikan dengan tuntas sampai pada mengantarkannya kembali ke bandara, dengan ditemani Pak Subrata aku ambil ruko yang dikontrakkan itu” (Libby : 147)
“Diseperempat abad dari usiaku yang telah dua puluh lima tahun, benakku sempat diganduli pertanyaan atas dimana mereka atau seperti apa wajah mereka” (Libby : 3)
“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan. Pemuda itu ternyata bukan hanya memperkosa tetapi juga memfitnah” (Libby : 89)
“Apabila orang itu menarik picu, akan berlubang tulang tengkoraknya dan cukup untuk menjadi alasan mengantarkannya ke pintu gerbang kematian” (Libby : 133)
“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)
“Soal tantangan, bukanlah Vicky Audi memberikan tantangan lebih mengerikan, ia pelacur dalam arti sebenarnya, ia mengidap HIV. Tantangan mana yang lebih dasyat dari pada menempatkan diri di sebelah gadis sarat masalah ini, yang didalam gua gurbanya sedang berkembang janin yang tidak diketahui dari siapa benihnya, yang dialirkan darahnya ada virus pembunuh yang belum pernah ditemukan obatnya” (Libby : 246)
“Pemeriksaan terdahulu menggunakan cara tes yang tidak akurat, setelah dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti menggunakan metode yang paling peka, hasilnya negatif” (Libby : 400)
“Untuk apa aku hidup kalau Vicky mati, atau terpaksa aku harus melewati pintu gerbang yang sama untuk bisa kembali merebut istriku” (Libby : 422)
d. Latar
Latar adalah suatu lingkungan atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar pada novel Libby terbagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat novel Libby terjadi di Indonesia. Latar waktu novel Libby terjadi pada jaman modern seperti sekarang. Latar sosial novel Libby sebagian besar adalah status sosial tinggi.
“Kuberukan sulut untuknya atas apa yang dilakukannya, namun kereta terlanjur melaju, semakin cepat dan semakin cepat” (Libby : 8)
“Diatas karpet ruang garasi yang disediakan untukku, kuhamparkan kain sajadah dan kusujudkan kepalaku ke hadapan Illahi” (Libby : 21)
“Kusebutkan hotel yang aku tempati yang ternyata sangat surprise karena Winda berada di hotel yang sama” (Libby : 28)
“Dalam tahap awal, Pak Subrata didukung keluarganya akan mengelola mini market …” (Libby : 150)
“Pak Subrata menangis bercucuran ketika sujud di hamparan sajadah, hal yang rupanya sudah lama sekali tidak dilakukannya. Didorong oleh hilangnya kepercayaan akibat musibah bertubi-tubi menimpanya” (Libby : 163)
“Disini, Surabaya. Dengan orang HK aku punya proyek …. ”(Libby : 253)
“Aku memberikan pikiranku melayang kemana-mana saat akhirnya pesawat tiba di Jakarta” (Libby : 380)
“Wajah orang itu melemparku ke wajah lain, wajah beberapa bulan lalu ketika ku hadiri sebulan acara kematian” (Libby : 59)
“Jam sepuluh aku terbangun dengan penat dan sedikit kejang masih terus” (Libby : 159)
“Satu jam menunggu nyaris membuatku jemu, namun akhirnya objekku dating juga” (Libby : 203)
“Alamak, ditempat macam itu nanti aku dipersilahkan beristirahat, padahal aku seorang direktur sebuah perusahaan raksasa, aku membawahi karyawan yang ribuan jumlahnya membentang dari berbagai bisnis, mulai dari pusat perkulaan sampai bidang agrobisnis” (Libby : 20)
“Kuajak Pak Subrata naik ke lantai dua ke fasilitas penthouse yang kudiami” (Libby : 115)
“Meski aku kaya raya, Vicky tetap tidak silau dengan kekayaanku, ia tetap konsisten dengan sikapnya” (Libby : 402)
e. Sudut Pandang
Sudut padang atau pusat pengisahan merupakan titik pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005 : 18). Ada dua metode penceritaan dalam pusat pengisahan ini, yaitu : (1) Metode aku, yakni aku bercerita tentang dirinya sendiri (aku kadang oleh pembaca diidentikan dengan pengarangnya), dan (2) Metode dia – an, artinya pengarang tidak tampak hadir dalam cerita tetapi dia berkedudukan sebagai yang serba tahu, cerita yang dikisahkan adalah cerita mereka.
“Tetapi aku menggeleng tegas, setegas aku mengayunkan langkah ikut berebut berjejal-jejal didorong dan balas mendorong ….” (Libby : 8)
“Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seorang yang sudah divonis mati” (Libby : 130)
“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan. Pemuda itu ternyata bukan hanya memperkosa tetapi juga memfitnah” (Libby : 89)
“Aku dilahirkan hanya untuk ditinggalkan ibu kandungku ke negeri Belanda, ibuku kesemsem pada seorang bule yang mengikutinya. Ayahku, kuketahui belakangan ketika menghembuskan nafas terakhir” (Libby : 116)
“Aku amat tertegun ketika beberapa becak melaju ia minta berhenti, ia keluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya uang lembaran dua puluhan ribu untuk seorang pengemis yang berpapasan jalan dengannya” (Libby : 226)
“Dimataku, perilaku Vicky Audi manusiawi karena namanya juga manusia. Ia hanya korban dari laki-laki. Dalam hal HIV yang diidapnya, ia hanya korban dari laki-laki. Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seseorang yang menerima vonis mati” (Libby : 310)
“Anak paling bungsu bernama Jesic, dia lebih cantik dari kakaknya yang aku lihat …..” (Libby : 76)
B. Aplikasi Data
a. Tema
Berbagai macam masalah dalam novel Libby dapat dikelompokkan, diantaranya :
1. Kurangnya Kasih Sayang Orang Tua
Ebby (tokoh utama) sejak kecil diasuh oleh kakeknya sehingga tidak pernah mengenal kedua orang tuanya. Ebby juga lahir di luar nikah sehingga tidak pernah mendapat kasih sayang kedua orang tuanya.
“Aku dilahirkan hanya untuk ditinggalkan ibu kandungku ke negeri Belanda, ibuku kesemsem pada seorang bule yang mengikutinya. Ayahku, kuketahui belakangan ketika menghembuskan nafas terakhir” (Libby : 116)
2. Kegagalan Ebby Dalam Percintaan
Ebby berkeinginan untuk mempunyai seorang istri yang masih perawan dan sempurna. Ebby memutuskan bertunangan dengan Melia Fammi, mahasiswi yang dikenalnya waktu berkunjung bisnis ke Jawa Tengah. Tapi, Ebby merasa tidak suka ketika Melia Fammi ternyata membohonginya.
“Apa yang kau lakukan itu hakmu, sebagaimana kau bisa berteriak lantang tubuhmu adalah milikmu sendiri sehingga kau bebas berbuat apa saja. Kepergianmu dengan laki-laki itu privasimu yang aku tak akan mengganggu gugat. Sebaliknya aku bersyukur karena melihat sisi lain dari dirimu dengan mata telanjang. Daripada aku terlanjur menjadi suamimu akan tetapi dibelakangku kau mengkhianatiku” (Libby : 48)
3. Pertualangan Ebby
Ebby, seorang direktur sebuah perusahaan raksasa. Karena kesibukannya, menyebabkan ia kehilangan waktu untuk dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk berpetualang dengan menaiki kereta murahan sekelas ekonomi dengan bermacam alasan, diantaranya ia mengidap penyakit insomnia dan sudah waktunya ia mencari seorang istri yang sesuai dengan impiannya. Didalam kereta itu ia berkenalan dengan Pak Subrata dan secara tidak langsung Pak Subrata ikut terlibat dalam masalah yang dihadapinya.
“Kulakukan semua itu oleh banyak alasan, pertama aku mengidap insomnia, sulit tidur sengantuk apapun atau setelah apapun …. Yang kedua, aku sudah dua puluh lima tahun. Rasanya sudah waktunya aku memiliki seorang istri, yang menurut angan-angan idealku harus kudapatkan dengan cara luar biasa, melalui pengalaman yang luar biasa” (Libby : 9)
“Itulah awal keterlibatanku dengan keluarga Pak Subrata, keluarga yang memang ruwet dan sangat layak menjadi alasan Pak Subrata tidak betah di rumah. Sesampainya di stasiun tujuan, aku sudah berniat memisahkan diri dari lelaki tua itu, namun ia memaksaku ikut pulang ke rumahnya” (Libby : 18)
4. Kegagalan Pak Subrata Dalam Pekerjaan dan Rumah Tangganya
Pak Subrata, seorang laki-laki berusia sekitar 50 tahunan. Seorang ayah dari tiga anak. Dulunya seorang tentara, berpangkat Mayor sehingga ia memutuskan untuk pension. Tetapi, ada yang lebih menyakitkan hatinya, yaitu ketika ia melihat sendiriistrinya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Ini juga bersamaan dengan hancurnya bisnis Pak Subrata karena tertipu. Kejadian itu mengakibatkan putra pertamanya, Andri dikeluarkan dari sekolah karena narkoba, anak keduanya Vicky menjadi seorang pelacur demi menghidupi keluarganya.
“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)
5. Percobaan Pemerkosaan Terhadap Ratna
Ratna, keponakan Pak Subrata dari Maros. Gadis berjilbab dan seorang yang sangat taat beribadah. Selama mencari pekerjaan ia tinggal di rumah pamannya. Sejak Ratna diberi pekerjaan oleh Ebby, Ratna memutuskan untuk mencari kos karena perlakuan saudara sepupunya, Andri yang mencoba memperkosanya. Hal itu juga dibuktikan sendiri olel Ebby sewaktu ia menginap di rumah Pak Subrata karena Ebby juga difitnah oleh Andri.
“Pucat pasi Endang Ratna yang membenahi diri. Dengan menyeringai aneh, Andri yang kupergoki nyaris memperkosa ngeloyor begitu saja seolah tak terjadi apapun” (Libby : 88)
“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan” (Libby : 89)
6. Keputusan Ebby Menikahi Vicky Audi
Ebby yang memilih Vicky dari pada Jesic. Ebby merasa kakak beradik itu memiliki sifat yang berbeda. Vicky seorang gadis yang baik hati, penolong, mau beribadah, dan lebih memiliki kriteria istri yang diinginkan Ebby. Vicky berasal dari lembah nista yang ingin ia bombing sesuai dengan keinginannya.
“Dimataku, perilaku Vicky Audi manusiawi karena namanya juga manusia. Ia hanya korban dari laki-laki. Dalam hal HIV yang diidapnya, ia hanya korban dari laki-laki. Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seseorang yang menerima vonis mati” (Libby : 310)
7. Korupsi yang Dilakukan Makonina
Makonina adalah seorang pegawai perusahaan besar. Ia juga sangat dekat dengan Jesic. Ketika Makonina berkunjung ke rumah Pak Subrata, ia berkenalan dengan Ebby. Markonina bercerita dengan bangga bahwa ia telah menggelapkan uang perusahaannya untuk memupuk kekayaannya sendiri.
“Kalau tidak korupsi, mana bisa aku punya mobil mewah dan rumah mewah, apa lagi aku lakukan itu semua selama lima tahun tanpa ketahuan. Setiap bulan berhasil kutilap uang senilai sepuluh juta, padahal telah berlangsung lima tahun lebih” (Libby : 230-231)
Tema cerita dalam novel Libby adalah keinginan seseorang untuk mendapatkan seorang istri dengan cara yang luar biasa dan penuh tantangan. Keinginan itu muncul dilator belakangi kisah hidup Ebby yang selalu mengalami kegagalan. Seiring dengan kematangan usia dan berlandaskan agama. Ebby lebih meniatkan hidupnya dengan beribadah, sehingga segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan norma agama. Ebby lebih memilih Vicky dengan segala kekurangan dan masalah yang dihadapinya untuk dijadikan istri. Dengan begitu ia hidup normal berlandaskan agama seperti manusia lainnya.
b. Tokoh dan Penokohan
Keseluruhan tokoh dalam novel Libby berjumlah tiga puluh dua tokoh. Tokoh utama novel ada empat tokoh. Tokoh yang akan dianalisis berdasarkan karakternya yaitu Ebby Farrhay, Jesica Diandra, Pak Subrata dan Vicky Audi. Keempat tokoh tersebut secara garis besar menjadi subjek dan pencerita yang diceritakan.
Selain tokoh utama, ada tokoh tambahan yaitu Winda, Ratna, Om Wim, Kakek Ebby, Bu Subrata, Andri, Pembantu Bu Subrata, Aviva, Ida Erawati, Gunawan, Dokter Rustam, Pak Togar, Pak Ciryllus, Ibu Mia, Dokter Jayasabha, Markonina, Om Zarus, Fammi, Takari, Murai, Mas Suwarsono, Mr. Yap Kun Lie, Suhisma, Mr. Kim, Cak Kadir, Cak Giman, Riska, Ariwati, Sutrimo, Sudami, Jaya, dan Libby. Pengarang sengaja tidak menerangkan secara detail perwatakan tiap-tiap tokoh. Ada juga tokoh yang tidak disebutkan nama karena oleh pengarang dianggap sebagai tokoh khayalan atau bayangan.
Penokohan
1. Ebby Farrhay (Ebby)
Tokoh yang sopan, taat beribadah, baik hati, dan penolong. Secara fisik tokoh Ebby tidak digambarkan oleh pengarang, namun kita dapat menggambarkan tokoh Ebby melalui tindakan, dan sikap yang ditampilkan. Hal itu tampak pada kutipan berikut :
“Di atas karpet di ruang garasi yang disediakan untukku, aku hamparkan kain sajjadah dan kusujudkan kepalaku ke hadapan Illahi. Sungguh apa yang aku lakukan itu hal yang bersifat rutinitas bagiku …” (Libby : 21)
“Esok siangnya, setelah urusanku dengan Mr. Yap Kun Lie kuselesaikan dengan tuntas sampai pada mengantarkannya kembali ke bandara, dengan ditemani Pak Subrata aku ambil ruko yang dikontrakkan itu” (Libby : 147)
“Di pintu masuk aku membantu ibu-ibu yang butuh pertolongan menaikkan beras murah yang harus dinaikkan ke kendaraanya” (Libby : 150)
“Mohon izin untuk menyampaikan hal penting kepada Bapak sekeluarga” (Libby : 264)
Ebby mempunyai sifat yang berkemauan keras, suka tantangan dan berpetualang. Ini digambarkan pada saat keinginannya naik kereta murahan kelas ekonomi itu. Selain ttu juga dapat dilihat saat Ebby bersikeras untuk menikahi Vicky.
“Tetapi aku menggeleng tegas, setegas aku mengayunkan langkah ikut berebut berjejal-jejal didorong dan balas mendorong ….” (Libby : 8)
“Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seorang yang sudah divonis mati” (Libby : 130)
Ebby adalah seorang yang ditinggal oleh kedua orang tuanya. Ia diasuh oleh kakeknya. Ia juga diwarisi seluruh kekayaan kakeknya sehingga ia menjabat sebagai direktur sebuah perusahaan raksasa.
“Diseperempat abad dari usiaku yang telah dua puluh lima tahun, benakku sempat diganduli pertanyaan atas dimana mereka atau seperti apa wajah mereka” (Libby : 3)
“Kakekku adalah ayah dan ibu bagiku …… Ia yang mewariskan kepadaku harta berlimpah, dan oleh karenanya aku tak pantas berada di kereta ini, kereta kelas murahan” (Libby : 7)
“Mohon izin untuk menyampaikan hal penting kepada Bapak sekeluarga. Kataku santun” (Libby : 264)
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Ebby Farrhay mempunyai sifat baik hati, penolong, perhatian, taat beribadah, sopan, suka tantangan dan berkemauan keras.
2. Jesica Diandra
Anak bungsu dari Pak Subrata. Gadis cantik, tapi angkuh, sombong dan tidak punya malu.
“Anak paling bungsu bernama Jesic, dia lebih cantik dari kakaknya yang aku lihat …..” (Libby : 76)
“Aku hanya memilih yang aku suka, uang bagiku bukan yang utama, seks itu sendiri yang utama” (Libby : 155)
“Kalau begitu aku ingin jalan-jalan ke Paris” (Libby : 218)
“Ucapan gadis jalang itu benar-benar membuatku terperangah, apa lagi ketika ia melakukan perbuatan yang benar-benar gila. Gadis itu akan menelanjangi dirinya sendiri” (Libby : 291)
Jesic juga sangat suka memprovokasi dan memusuhi orang yang tidak disukainya, meski saudaranya sendiri.
“Semua pembantu yang tidak tahu apa-apa diprovokasi, Ratna dimusuhi,sampai-sampai Libby saja bisa membedakan mana orang yang hatinya tulus dan mana yang bukan” (Libby : 409-410)
3. Pak Subrata
Pak Subrata, seorang laki-laki berusia sekitar setengah abad, bermain catur adalah hobinya. Seorang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Tapi, ia seorang yang gagal dalam rumah tangga dan pekerjaan. Mudah putus asa karena beban yang terlalu berat sehingga ia lari dari masalah dan naik kereta api. Ia mantan tentara yang mempunyai sifat keras dalam mendidik anak-anaknya. Ia juga pernah berniat bunuh diri karena beratnya masalah yang dipikulnya.
“Pak Subrata marah dan sekarang sedang mendekatkan ujung pistol ke kepala Andi” (Libby : 96)
“Apabila orang itu menarik picu, akan berlubang tulang tengkoraknya dan cukup untuk menjadi alasan mengantarkannya ke pintu gerbang kematian” (Libby : 133)
“Pemberontakanku yang didorong atas tanggung jawab dan nasib sekian ratus bawahanku di medan pertempuran” (Libby : 137)
“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)
Setelah mendapat pertolongan dengan dibukanya mini market membuat Pak Subrata menemukan kembali semangat dan kepercayaannya terhadap Tuhan.
“Pak Subrata menangis bercucuran ketika sujud di hamparan sajadah, hal yang rupanya sudah lama sekali tidak dilakukannya. Didorong oleh hilangnya kepercayaan akibat musibah bertubi-tubi menimpanya” (Libby : 163)
Dapat disimpulkan bahwa tokoh Pak Subrata mempunyai sifat pemarah, mudah putus asa, keras, dan bertanggung jawab.
4. Vicky Audi
Anak kedua Pak Subrata. Secara fisik digambarkan sebagai seorang gadis cantik. Ia terpaksa menjadi pelacur Karen untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia juga berani terhadap orang tua.
“Dengan cueknya, gadis berusia dua puluhan tahun yang keluar dari mobil melenggang masuk kedalam rumah. Lampunya. Teriak Pak Subrata mengagetkanku. Gadis itu balik lagi. Aku harus memasukkan mobil ke garasi, balasnya dengan suara tak kalah keras” (Libby : 24)
“Anak kedua perempuan bernama Vicky, si cantik berambut pendek bercelana jeans dengan kacamata hitam yang siang tadi berada di ruang lobi hotel ini pula entah dalam rangka menunggu atau menemani siapa. Yang mengagetkanku ketika Ratna menyebut Vicky inilah tulang punggung keluarga yang membanting tulang mencari uang dengan menjual diri, yang menjadi ayam panggang yang siap disantap siapa saja yang menghendakinya” (Libby : 76)
Meski pelacur, Vicky tidak mau menerima bayaran tanpa melakukan pekerjaan apapun.
“Diletakkannya uang diatas meja, tanpa membalikkan badan Vicky Audi melangkah meninggalkan kamar hotel yang setelah tertutup sempurna, dari luar tidak akan bisa kembali lagi” (Libby : 214)
Selain itu, Vicky juga mau mengerjakan shalat dan membantu orang-orang miskin.
“Aku amat tertegun ketika beberapa becak melaju ia minta berhenti, ia keluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya uang lembaran dua puluhan ribu untuk seorang pengemis yang berpapasan jalan dengannya” (Libby : 226)
“Vicky Audi telah selesai shalatnya dan merapikan mukena yang dikenakannya …..” (Libby : 246)
Setelah menikah dengan Ebby, Vicky memiliki perasaan kasih sayang. Ia juga seorang istri yang setia, pemaaf, sabar, dan sangat perhatian.
“Dengan segala penyesalan Vicky mencium lututku, mencium kedua tanganku, dan memelukku, tangisan kian menjadi” (Libby : 326)
“Jawab istriku amat sabar dengan membetulkan letak dasiku. Dimaafkan kekeliruannya, nanti aku akan menegur” (Libby : 410)
c. Alur
Stanton (1965 : 14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Abrams (1998:137) mengemukakan bahwa alur merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yang sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.
Tasrif (dalam Nurgiyantoro, 2002 : 149-150) membedakan tahapan alur yang menjadi lima bagian, yaitu :
1. Tahap Penyituasian
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita yang berkaitan dengan lahap-tahap selanjutnya. Tahap situation pada novel Libby adalah pengarang memperkenalkan tokoh Ebby. Ebby yang melakukan petualangan dengan kereta kelas murahan karena banyak alasan. Dan Ebby pun berkenalan dengan Pak Subrata dan keluarganya.
“Itulah awal keterlibatanku dengan keluarga Pak Subrata, keluarga yang memang ruwet dan sangat layak menjadi alasan Pak Subrata tidak betah di rumah. Sesampainya di stasiun tujuan, aku sudah berniat memisahkan diri dari lelaki tua itu, namun ia memaksaku ikut pulang ke rumahnya” (Libby : 18)
2. Tahap Pemunculan Konflik
Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap konflik dalam novel ini adalah pengarang menceritakan upaya pemerkosaan yang dilakukan Andri terhadap Ratna yang digagalkan Ebby.
“Pucat pasi Endang Ratna yang membenahi diri. Dengan menyeringai aneh, Andri yang kupergoki nyaris memperkosa ngeloyor begitu saja seolah tak terjadi apapun” (Libby : 88)
Selain itu juga terjadi konflik ketika Andri memutar balikkan fakta sehingga Ebby dituduh melakukan hal itu.
“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan. Pemuda itu ternyata bukan hanya memperkosa tetapi juga memfitnah” (Libby : 89)
3. Tahap Peningkatan Konflik
Tahap ini berisi konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dapat juga disebut sebagai peningkatan konflik. Ini terjadi ketika Pak Subrata melakukan percobaan bunuh diri karena berbagai macam dan beratnya masalaah yang sedang dihadapi.
“Apabila orang itu menarik picu, akan berlubang tulang tengkoraknya dan cukup untuk menjadi alasan mengantarkannya ke pintu gerbang kematian” (Libby : 133)
“Dalam situasi bangkrut dan amat terlecehkan oleh perbuatan istriku itu, aku kehilangan kontrol pada perilaku anakku sendiri. Andri dipecat dari sekolahnya karena narkoba, kegemarannya pada obat-obatan itu memperparah kesulitan keuangan rumah tangga yang pada ujungnya menyudutkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika Vicky Audi anak gadisku kedua dengan terang-terangan menceburkan diri ke lembah hitam” (Libby : 142)
4. Tahap Klimaks
Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik puncak. Puncak peristiwa ini adalahpada saat Ebby lebih memilih menikah dengan Vicky Audi dari pada adiknya, meski ia seorang pelacur yang sedang hamil dan mengidap HIV.
“Soal tantangan, bukanlah Vicky Audi memberikan tantangan lebih mengerikan, ia pelacur dalam arti sebenarnya, ia mengidap HIV. Tantangan mana yang lebih dasyat dari pada menempatkan diri di sebelah gadis sarat masalah ini, yang didalam gua gurbanya sedang berkembang janin yang tidak diketahui dari siapa benihnya, yang dialirkan darahnya ada virus pembunuh yang belum pernah ditemukan obatnya” (Libby : 246)
5. Tahap Penyesuaian
Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang sedang terjadi. Lebih tepatnya penyelesaian, konflik-konflik yang diberi jalan keluar, atau cerita akhir. Tahap penyelesaian dalam novel ini adalah pemeriksaan ulang penyakit HIV yang diderita Vicky, yang hasilnya ternyata negatif. Tapi, Vicky akhirnya meninggal dunia bukan karena virus HIV, melainkan kecelakaan yang membuat Ebby merasa sangat kehilangan dan sedih.
“Pemeriksaan terdahulu menggunakan cara tes yang tidak akurat, setelah dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti menggunakan metode yang paling peka, hasilnya negatif” (Libby : 400)
“Untuk apa aku hidup kalau Vicky mati, atau terpaksa aku harus melewati pintu gerbang yang sama untuk bisa kembali merebut istriku” (Libby : 422)
d. Latar
Abrams (1981-175) mengemukakan bahwa latar adalah landas tumpu, penyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkaran sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiantoro, 2002: 216).
Nurgiantoro (2002 : 227) membedakan latar menjadi tiga unsur pokok yaitu:
1. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra seperti desa, sungai, jalan, hutan, kota, ruang, dan lain-lain. Dari latar tempat ini dapat tercermin tata nilai, tradisi masyarakat, tingkah laku, suasana, dan hal-hal berpengaruh lainnya. Peristiwa yang terjadi pada novel Libby bertempat di kereta, rumah, garasi, hotel, masjid, mini market, pesawat, rumah sakit, Surabaya, Bali, Jakarta.
“Kuberukan sulut untuknya atas apa yang dilakukannya, namun kereta terlanjur melaju, semakin cepat dan semakin cepat” (Libby : 8)
“Diatas karpet ruang garasi yang disediakan untukku, kuhamparkan kain sajadah dan kusujudkan kepalaku ke hadapan Illahi” (Libby : 21)
“Kusebutkan hotel yang aku tempati yang ternyata sangat surprise karena Winda berada di hotel yang sama” (Libby : 28)
“Dalam tahap awal, Pak Subrata didukung keluarganya akan mengelola mini market …” (Libby : 150)
“Pak Subrata menangis bercucuran ketika sujud di hamparan sajadah, hal yang rupanya sudah lama sekali tidak dilakukannya. Didorong oleh hilangnya kepercayaan akibat musibah bertubi-tubi menimpanya” (Libby : 163)
“Disini, Surabaya. Dengan orang HK aku punya proyek ….”(Libby : 253)
“Aku memberikan pikiranku melayang kemana-mana saat akhirnya pesawat tiba di Jakarta” (Libby : 380)
dll ….
2. Latar waktu menyaran pada “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra, misalnya tahun, musim, hari dan jam, tanggal, bulan. Saat terjadi biasanya berhubungan dengan waktu faktual dan aktual.
“Wajah orang itu melemparku ke wajah lain, wajah beberapa bulan lalu ketika ku hadiri sebulan acara kematian” (Libby : 59)
“Jam sepuluh aku terbangun dengan penat dan sedikit kejang masih terus” (Libby : 159)
“Satu jam menunggu nyaris membuatku jemu, namun akhirnya objekku dating juga” (Libby : 203)
3. Latar Sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Penulis berpendapat bahwa latar adalah suatu tempat terjadinya peristiwa dalam karya sastra yang meliputi tempat, waktu, dan sosial. Berdasar strata sosial, latar sosial dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Status Sosial Tinggi
b. Status Sosial Menengah
c. Status Sosial Rendah
Status sosial novel Libby sebagian besar adalah Status sosial tinggi. Tokoh-tokohnya hidup dalam kehidupan modern, berpendidikan tinggi, bekerja di luar negeri.
“Alamak, ditempat macam itu nanti aku dipersilahkan beristirahat, padahal aku seorang direktur sebuah perusahaan raksasa, aku membawahi karyawan yang ribuan jumlahnya membentang dari berbagai bisnis, mulai dari pusat perkulaan sampai bidang agrobisnis” (Libby : 20)
“Kuajak Pak Subrata naik ke lantai dua ke fasilitas penthouse yang kudiami” (Libby : 115)
“Meski aku kaya raya, Vicky tetap tidak silau dengan kekayaanku, ia tetap konsisten dengan sikapnya” (Libby : 402)
e. Sudut Pandang
Sudut padang merupakan titik pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005 : 18). Ada dua metode penceritaan dalam pusat pengisahan ini, yaitu :
1. Metode aku, yakni aku bercerita tentang dirinya sendiri (aku kadang oleh pembaca diidentikan dengan pengarangnya). Tapi aku dalam cerita ini identik dengan tokoh utama, yaitu Ebby.
“Tetapi aku menggeleng tegas, setegas aku mengayunkan langkah ikut berebut berjejal-jejal didorong dan balas mendorong ….” (Libby : 8)
“Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seorang yang sudah divonis mati” (Libby : 130)
“Aku segera menggigil gemetar, itu suara Andri yang dengan sengaja bermaksud memutarbalikkan keadaan. Pemuda itu ternyata bukan hanya memperkosa tetapi juga memfitnah” (Libby : 89)
“Aku dilahirkan hanya untuk ditinggalkan ibu kandungku ke negeri Belanda, ibuku kesemsem pada seorang bule yang mengikutinya. Ayahku, kuketahui belakangan ketika menghembuskan nafas terakhir” (Libby : 116)
“Aku amat tertegun ketika beberapa becak melaju ia minta berhenti, ia keluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya uang lembaran dua puluhan ribu untuk seorang pengemis yang berpapasan jalan dengannya” (Libby : 226)
2. Metode dia / ia, artinya pengarang tidak tampak hadir dalam cerita tetapi dia berkedudukan sebagai yang serba tahu.
“Dimataku, perilaku Vicky Audi manusiawi karena namanya juga manusia. Ia hanya korban dari laki-laki. Dalam hal HIV yang diidapnya, ia hanya korban dari laki-laki. Itu sebabnya aku minta perkawinanku dengan Vicky Audi jangan dilihat secara berlebihan. Aku hanya beribadah, aku hanya bermaksud membahagiakan seseorang yang menerima vonis mati” (Libby : 310)
“Anak paling bungsu bernama Jesic, dia lebih cantik dari kakaknya yang aku lihat …..” (Libby : 76)
Kaitan Antar Struktur Novel Libby Karya Langit Kresna Hariadi
Kaitan tema dengan judul novel adalah Libby sebagai judul novel ini yang memunculkan tema “keinginan seseorang untuk mendapatkan seorang istri dengan cara yang luar biasa dan penuh tantangan agar dapat hidup secara normal”. Libby adalah nama seorang anak dari Ebby Farrhay dan Vicky Audi. Libby bukan merupakan tokoh utama dalam novel ini, tapi Libby merupakan rangkaian perjalanan tokoh yang penuh dengan masalah dan pemecahannya, sehingga dengan kelahiran Libby melengkapi kebahagiaan tokoh Ebby dan Vicky. Semenjak Ebby menikah dengan Vicky sampai Libby lahir mempunyai segi positif karena selain niat Ebby yang memilih menikah dengan Vicky untuk ibadah, sejak itu Ebby lebih mudah meraih tidur dan hidup normal seperti orang pada umumnya. Jadi, judul novel ini dapat memunculkan tema dari novel tersebut berdasarkan masalah – masalah yang ada dalam isi cerita novel tersebut.
Kaitan latar dengan tokoh adalah latar merupakan tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial yang terjadi pada tokoh dalam novel tersebut. Tempat menceritakan “dimana” para tokoh itu berada dalam suatu cerita. Hubungan waktu menceritakan “kapan” para tokoh itu mengalami peristiwa – peristiwa dalam hidupnya. Lingkungan sosial merupakan tempat yang mendukung keberadaan para tokoh.
Kaitan tokoh dengan alur cerita adalah tokoh merupakan pelaku dari cerita yang diceritakan dan alur merupakan rentetan peristiwa – peristiwa yang terjadi dan dialami oleh para tokoh dalam novel tersebut. Peristiwa yang dialami oleh tokoh Ebby, Vicky, dan lain – lain membentuk suatu rangkaian sebab – akibat, yang disebut sebagai alur. Peristiwa tersebut terjadi disuatu tempat, dan tokoh – tokohnya mempunyai status sosial yang berbeda, dan cerita itu dikisahkan oleh seorang tokoh utama yang menceritakan dirinya dan lingkungannya.
Dengan demikian, antara tokoh, alur, latar, dan pusat pengisahan berkaitan erat. Dengan kata lain, unsure struktur yang satu dengan yang lain keberadaannya tidak dapat dipisahkan, tetapi membentuk satu paduan cerita yang utuh dan menyajikan makna dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat diambil manfaatnya.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur struktur dalam novel Libby karya Langit Kresna Hariadi meliputi ; tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan pusat pengisahan.
Tema dalam novel Libby mengenai keinginan seseorang untuk mendapatkan seorang istri dengan cara yang luar biasa dan penuh tantangan agar dapat hidup secara normal. Alur dalam novel ini adalah alur campuran karena peristiwa – peristiwa yang terjadi merupakan golongan dari alur progresif dan regresif.
Latar pada novel Libby terdiri atas : latar waktu, latar social, dan latar tempat. Latar tempat berada di kota besar, tepatnya di Surabaya dan Jakarta. Latar waktu terjadi pada masa modern, dalam waktu pagi, siang, dan malam hari. Sedangkan latar sosial mengenal adanya stratifikasi sosial, yakni : adanya kelas sosial tinggi, dan kelas sosial bawah. Kelas sosial tinggi tampak pada diri Ebby yang seorang direktur, konglomerat dan pewaris tunggal perusahaan raksasa. Sedangkan kelas sosial bawah tampak pada diri Vicky Audi yang berprofesi sebagai pelacur.
Adapun tokoh yang diceritakan dalam novel Libby mempunyai karakter – karakter yang tercipta dari lingkungan yang bermoral, tetapi kurang kasih sayang. Tokoh utamanya : Ebby Farrhay, sedangkan tokoh tambahannya : Pak Subrasta, Vicky Audi, Jesica Diandra, dan Ratna.
Pusat pengisahannya menggunakan metode orang pertama tunggal (aku). Aku dalam novel ini sebagai tokoh utama bernama Ebby Farrhay. Aku menceritakan kisah hidupnya, sampai menikah dengan Vicky Audi sampai melahirkan seorang anak yang diberi nama Libby. Aku sebagai tokoh utama berkedudukan sebagai yang serba tahu dari keseluruhan cerita ini.
Hubungan antar unsur dalam struktur tampak padu dan membentuk kesatuan makna. Sebagai contoh misalnya : judul dengan tema yang saling berkaitan erat karena Libby adalah anak dari hasil perjuangan cinta Ebby dan Vicky. Peristiwa dalam novel ini bermuara pada kisah cinta Ebby dan Vicky. Tempat peristiwanya di Surabaya dan Jakarta. Adapun pencerita adalah tokoh utamanya yang mengalami peristiwa – peristiwa dalam cerita tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hubungan antar unsur dalam novel ini saling terkait dan membentuk keterpaduan cerita yang satu dengan yang lain.
B. Saran
1. Bagi pembaca agar dapat memahami makna karya sastra dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, khususnya novel Libby karya Langit Kresna Hariadi. Nilai yang baik dapat diambil sebagai bekal hidup bermasyarakat, dan nilai yang kurang baik dapat diambil sebagai bahan renungan untuk proses perbaikan diri.
2. Bagi saya, ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan kelengkapan referensi sebuah novel.
DAFTAR PUSTAKA
Hariadi, Langit Kresna. 2003. Libby. Yogyakarta, CV. Qalam.
Wahyuningtyas, Sri. 2006. Teori Aplikasi Sastra. FKIP, PBSI : Universitas Muhammadiyah Purworejo
Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka
www.google.com//kajian struktural pada novel
www.wilkemedia.com//kajian struktural novel
Suharsini, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Sumardjo, Jakob dan Saini. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Teew. A. 1986. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengakajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Wellek, Rene dan Werren, Austin. 1990. Teori Kesusastraan. Orlando. Florida. Harcourt Brace Javanovich Publishers. Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Sumardjo, Jakob. 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : Nurcahya.
LAMPIRAN
Sinopsis Cerita
Ebby Farhay adalah seorang pria dewasa berusia dua puluh lima tahun yang sejak kecil diasuh oleh kakeknya karena kedua orang tuanya telah meninggalkannya. Kakeknya yang kaya raya telah mewariskan seluruh hartanya kebada Ebby.
Di sebuah stasiun, Ebby menumpang kereta murahan yang penuh sesak, ia tetap memaksakan kehendaknya walau Winda telah berusaha untuk mencegahnya. Disana Ebby melihat sosok laki-laki dan teringat beberapa bulan lalu ia menghadiri sebuah acara kematian. Kematian orang itu ternyata ayah kandung Ebby yang tak pernah dikenalnya. Seminggu setelah laki-laki itu meninggal, Om Win memperkenalkan tamu seorang wanita bersama keluarganya. Dia adalah ibu kandung Ebby. Ebby telah ditinggalkan ibu kandungnya karena ibunya lebih memilih hidup bersama seorang bule Belanda. Ebby melakukan petualangan naik kereta api murahan karena ia ingin hidup normal terbebas dari penyakit insomnia dan sudah waktunya ia memiliki seorang istri yang sesuai dengan angan idealnya melalui pengalaman luar biasa ini.
Didalam kereta Ebby berkenalan dengan Pak Subrasta yang memaksa Ebby untuk ikut pulang ke rumahnya. Karena sesuatu hal, Ebby meninggalkan rumah Pak Subrasta dan memilih tinggal di hotel termahal di Surabaya. Winda ternyata telah berada di hotel yang sama dengan Ebby. Keduanya bertemu untuk urusan pekerjaan dan saling bertukar pengalaman. Ebby bercerita kepada Winda tentang kebodohan yang dilakukan oleh tunangannya, Melia Fammi dengan Om Zarus. Hal itu membuat Ebby merubah pikirannya tentang criteria seorang wanita yang diidamkannya.
Pagi itu Ebby menemui rekan bisnis, Mr. Yap. Kemudian Ebby pergi ke lokasi bazaar, ia bertemu dengan Endang Ratna keponakan Pak Subrasta yang sedang bingung mencari pekerjaan. Ebby membantu Ratna dengan memberinya pekerjaan dan menyuruh Ratna untuk menyembunyikan identitas yang sebenarnya kepada keluarga Pak Subrasta.
Ketika Ebby bertamu ke rumah Pak Subrasta, ia diajak pergi ke pasar malam. Sepulangnya Ebby sangat bahagia dan tertidur lelap. Lalu Ebby terbangun karena dikejutkan oleh suara orang meronta. Ebby langsung menuju ke sumber suara, dan Ebby telah menggagalkan rencana pemerkosaan yang dilakukan Andri terhadap Ratna. Dengan pandainya Andri memutar balikkan fakta dan menuduh Ebby yang melakukan hal itu. Setelah itu, Ebby dan Ratna meninggalkan rumah Pak Subrasta. Uang dan telepon genggam Ebby ternyata telah hilang. Setelah Ebby menelpon, ternyata yang mengangkat Jesic dan meminta bertemu untuk menjelaskan kejadian sebenarnya.
Jesic bercerita bahwa Pak Subrasta telah mengetahui bahwa pelakunya adalah Andri karena sudah yang kedua kalinya ia lakukan. Andri jugalah yang telah menghamili pembantunya. Oleh karena itu, Pak Subrasta sedang mengacungkan pistol ke kepala Andri dan membuat Andri kabur dari rumah. Hari berikutnya, Pak Subrasta dan Jesic menemui Ebby di hotel tempat ia menginap. Pak Subrasta mengembalikan uang dan telepon genggamnya. Setelah bercakap-cakap, Ebby pun melaksanakan shalat. Lalu Ebby pergi bersama Jesic melihat keindahan kota Surabaya. Hal itu melihat Jesic senang. Ebby mengantar Jesic pulang ke rumahnya dan kembali ke hotel.
Setiba di hotel, Ebby terkajut melihat Pak Subrasta yang memegang pistol di keningnya hendak bunuh diri. Ebby berusaha menggagalkannya. Pak Subrasta bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya dan yang membuat ia ingin bunuh diri. Pak Subrasta menyuru Ebby menyimpan pistol miliknya.
Esok paginya, Ebby yang ditemani Pak Subrasta mengambil ruko yang dikontrakkan di dekat rumah Pak Subrasta. Dengan bantuan Ebby sore itu minimarket Pak Subrasta sudah jadi, lengkap dengan isinya. Bersamaan dengan itu, Ebby juga pindah dari hotel dan memilih tinggal di kontrakan untuk menghilangkan kecurigaan Pak Subrasta.
Ketika Ebby membantu Pak Subrasta di minimarket, ia bertemu dengan sahabat lamanya, Ida Erawati. Mereka saling bercakap-cakap tentang banyak hal. Pak Subrasta yang merasa kuwalahan menghadapi pembeli yang begitu banyak, akhirnya memutuskan untuk mengambil pegawai untuk membantunya.
Jesic memutarbalikkan fakta, ia berbicara kepada orang tuanya bahwa Ebby telah mengajaknya nonton bersama. Ebby berhasil merubah cara berpakaian Jesic, tapi tidak untuk perilakunya yang tidak mencerminkan pakaiannya itu.
Sewaktu Ebby shalat istigharoh, ia meniatkan hidupnya untuk beribadah sehingga ia memutuskan untuk memilih menikahi orang yang bermasalah dan mengentaskannya dali kubangan. Bekas pelacurpun, baginya tidak masalah asalkan bukan kebalikannya. Malam itu Ebby memutuskan untuk melamar Jesic pada Pak Subrasta. Pak Subrasta yang bersifat bijak menyarankan Ebby untuk mempertimbangkan niatnya terlebih dahulu dan Ebbypun menurutinya. Pikiran Ebby yang tertuju pada anak kedua Pak Subrasta (Vicky Audi) yang berprofesi sebagai pelacur dan telah mengidap HIV membuat Ebby ingin melakukan sesuatu untuk menghentikannya.
Malam itu Ebby langkap dengan kumis dan rambut palsunya untuk menyamar telah berada di hotel dan menyuruh pelayan hotel memanggil Vicky Audi. Tak lama menunggu, Vicky datang dan dengan professional langsung mengajak Ebby, tapi Ebby menolaknya dan bercerita panjang lebar tentang dirinya. Untuk menyempurnakan aktingnya, Ebby melakukan adegan percobaan bunuh diri dengan pistol dan membuat Vicky sangat ketakutan. Vicky yang tadinya ingin melarikan diri, kemudian ia berubah pikiran dan menyadarkan Ebby agar tidak melakukan niatnya itu. Setelah Ebby sadar, Vicky pun keluar dari kamar hotel dengan meletakkan uang pemberian Ebby di meja dan bergegas pergi meninggalkan hotel.
Ebby kembali ke kontrakannya, ternyata Jasic telah lama menantinya. Selesai Ebby shalat, Jesic merengek miminta dibelikan sebuah mobil ataupun meminta uang untuk pergi jalan-jalan ke luar negeri, tapi dengan tegas Ebby menolaknya. Ebby merasa tak habis piker terhadap sikap Jesic yang tak mau lagi berbicara padanya.
Ebby yang merasa canggung ketika melihat Andri telah kembali ke rumah Pak Subrasta. Dengan seenaknya ia mengambil barang-barang di minimarket ayahnya tanpa membayar. Berbeda dengan Vicky yang mau membayar, meskipun minimarket itu milik ayahnya sendiri.
Ebby sangat terkejut ketika Vicky mau membantu orang lain dengan mengeluarkan uang dua puluh ribuan yang diberikan kepada pengemis. Ebby melihat kesan berbeda pada diri Vicky yang dulu dengan sekarang.
Ebby yang sedang menemani Pak Subrasta membuat papan nama untuk minimarketnya, dikejutkan datangnya seorang laki-laki teman Jesic. Dia bernama Markonina. Dengan bangganya Markonina mengaku telah melakukan korupsi di perusahaan tempat ia bekerja. Jesic pun pergi bersama Markonina.
Ketika Ebby dan Pak Subrasta meneruskan mengerjakan pembuatan papan nama, suara Vicky yang sedang muntah-muntah mengganggu mereka. Melihat Pak Subrasta hanya diam saja, Ebby langsung membawa pergi Vicky dengan taksi menuju ke tempat dokter Rustam. Ebby sangat terkejut ketika dokter Rustam memberitahukan bahwa Vicky sedang hamil empat bulan dan Vicky tidak ingin orang tuanya tahu tentang keadaannya. Dan ini membuat Ebby memutuskan untuk membawa Vicky ke kontrakannya.
Sesampainya di kontrakan, Ebby melihat pemandangan yang begitu indah ketika Vicky sedang shalat. Hal itu membuat Ebby terharu hingga meneteskan air mata. Vicky kini lebih menyita perhatian Ebby dibandingkan dengan dengan adiknya. Ebby berpikir ulang bahwa Vicky lebih memberikan tantangan yang mengerikan, ia seorang pelacur yang sedang hamil dan tengah mengidap HIV. Ebby mulai ragu terhadap pilihannya pda Jesic dan bergeser perhatiannya pada kakaknya. Ebby semakin yakin ketika Bu Subrasta datang membawakan makanan untuk Vicky dan bercerita kalau Jesic belum pulang hingga sekarang.
Siang itu Ebby dikejutkan oleh sebuah mobil yang berhenti di depan minimarket, yang ia kenali milik Markonina, tapi yang mengendarai adalah Jesic yang entah kenapa, ia kembali menyalakan mobil itu dan pergi. Beberapa saat kemudia, datang sebuah mobil yang ternyata di dalamnya Ida Erawati yang datang mengundang Ebby karena suaminya sudah pulang. Mereka bertiga bertemu di sebuah restoran. Ebby terkejut karena suami Ida adalah teman semasa kuliahnya dulu. Mereka saling bercakap-cakap tentang banyak hal. Berkaitan dengan rencana bisnis bersama Mr. Kim yang mengalamikesulitan keuangan, Ebby akan mengambil alih kepemilikan pabrik itu. Ebby memberikan tugas khusus kepada Gunawan untuk menyelidiki Markonina yang bekerja di pabrik yang diambil alih oleh Ebby itu.
Malam harinya sewaktu Pak Subrasta beserta keluarganya berkumpul Ebby mengutarakan niatnya untuk melamar Vicky, Pak Subrasta dan keluarganya sangat kaget dengan keputusan Ebby. Vicky yang tidak percaya akan hal itu menanyakan ulang kepada Ebby, dan dengan tegas Ebby mengangguk. Setelah Pak Subrasta memutuskan lusa malam Ebby akan menikahi Vicky, Ebby menelpon Pk Togas untuk memberitahukan pernikahannya kepada kalangan terbatas dan para top eksekutif yang lain.
Malam itu Ebby dikejutkan dengan kedatangan Jesic yang merasa tidak terima atas keputusan Ebby yang lebih memilih kakaknya. Jesic yang menginginkan Ebby, melakukan hal-hal diluar dugaan dengan menelanjangi dirinya sendiri dengan ekspresi khas penari telanjang. Ebby mencegah perbuatan Jesic dan mengacungkan pistol kearah Jesic, membuat Jesic ketakutan dan pergi meninggalkan kontrakan Ebby dengan meninggalkan kunci kontrakan Ebby.
Pagi itu, Ebby dibangunkan oleh Vicky yang siap untuk menjadi calon istrinya dengan membawakan sarapan. Vicky yang telah sadar dan ingin hidup dari uang halal meminta pendapat Ebby tentang pengambilan uang dan menyumbangkannya kepada mereka yang berhak menerima. Vicky yang dibantu kasir bank mengutarakan keinginannya untuk menutup rekeningnya. Uang pengambilan Vicky lebih dari seratus juta beserta bunga yang disimpan dalam tas. Vicky sangat kaget ketika Ebby membukakan rekening baru untuknya. Ebby juga memberikan jumlah uang yang sama dengan yang diambil Vicky sebagai uang belanja untuknya.
Sesampai di hotel, Ebby menggandeng tangan Vicky, mereka mendapat ucapan selamat dari top eksekutif yang telah hadir dalam ruang itu. Ebby dan Vicky terkejut ketika memandang salah satu sudut setumpuk kado tertata rapi, beserta kue tar yang siap dipotong. Ternyata hari ini Ebby berulang tahun. Bagi Ebby hari itu mempunyai arti yang luar biasa buatnya karena tanggalnya jatuh bersamaan dengan hari pernikahannya. Setelah acara makan-makan selesai, Ebby memperkenalkan Vicky sebagai calon istrinya. Vicky yang bersiap-siap untuk acara nanti malam diantar Ebby ke luar hotel. Lalu Ebby kembali ke Bali Room, ia menceritakan perihal calon istrinya yang tengah hamil dan mengidap HIV. Kemudian suasana menjadi hening, penuh dengan haru dan sedih.
Malam harinya, Ebby bersama dengan iringannya menuju rumah Pak Subrasta yang dipantau Ratna. Upacara pernikahan Ebby dan Vicky berlangsung lancer, namun tidak seperti pada upacara pernikahan pada umumnya, tetapi pernikahan mereka diiringi dengan hujan tangis.
Malam pertama mereka hanya dihiasi dengan hujan tangis dan rasa bersalah Vicky, tapi dengan tegarnya Ebby membimbing Vicky dan menguatkan hatinya. Vicky menyatakan bahwa ia mencintai Ebby, begitu pula sebaliknya. Rasa itu tumbuh dan bersemi diantara mereka sehingga membuat mereka tak ingin berpisah. Ebby telah memutuskan untuk melakukan kewajibannya sebagai suami setelah anaknya lahir dan ia juga tidak akan takut apabila nanti ia harus tertular.
Vicky bercerita pada Ebby bahwa sebelum pernikahan mereka, siang harinya Andri telah menikahi pembantunya yang dihamilinya. Jesic telah bekerja menjadi sekretaris Markonina di perusahaan tempat Markonina bekerja.
Sebelum berangkat berbulan madu ke Bali, Ebby dan Vicky berpamitan dengan Pak Subrasta dan istrinya. Pak Subrasta dan istrinya sangat senang ketika mereka menjelaskan rencana untuk memboyong Vicky ke Jakarta.
Setiba di Bali dengan pesawat, mereka berkeliling melihat objek wisata yang ada disana. Ebby mendapat laporan dari Winda, ia pun langsung membuka komputer lipatnya. Vicky yang tidak tau apa-apa mendadak bertanya pada Ebby tentang siapa nama orang tuanya dan apa pekerjaannya. Gunawan menelpon Ebby melaporkan tugas yang berhasil ia lakukan. Ebby menjelaskan pada Vicky yang sedang penasaran mengenai bukti yang telah didapat melalui Gunawan tentang siapa sebenarnya Markonina. Ebby menyuruh Vicky tidak usah mencemaskan Jesic, karna ia hanya pegawai baru.
Mereka berdua kembali ke Surabaya dengan pesawat, dan sampailah di pabrik. Ebby berpidato, dalam pidatonya Ebby memecat Markonina dan Rissa yang terbukti telah melakukan korupsi.
Ebby mengajak Jesic dan mertuanya ke rumahnya yang di Jakarta. Mereka semua terpukau ketika melihat rumah Ebby yang begitu besar dan sangat indah. Ketika sedang makan malam, dokter Jayasaba dating untuk memeriksa Vicky dan mengambil sampel darahnya untuk diteliti. Setelah menunaikan salat dua rakaat, mereka berdoa semoga Vicky tidak mengidap HIV. Dokter Jayasaba menyampaikan kabar baik pada Ebby dan Vicky, setelah diteliti berulang-ulang dari sampel darah Vicky hasilnya negatif. Vicky dan Ebby sangat senang, Pak Subrasta dan istrinya ikut bahagia dan mereka tidak dapat menahan air matanya, tapi berbeda dengan Jesic yang hanya biasa saja mendengar kabar itu.
Ebby membawa istri dan seluruh keluarga Pak Subrasta kecuali Jesic, beserta Ratna dan beberapa karyawan kantor untuk menunaikan ibadah umroh. Vicky melahirkan anak perempuan yang diberi nama Libby Farhay. Ebby sangat saying pada Libby anaknya.
Kedatangan Jesicke rumah Ebby sangat tidak diharapkan karena sikap Jesic yang suka memprovokasi dan memusuhi orang membuat Ebby merasa tidak nyaman. Dengan persetujuan Ebby, Vicky berangkat ke Surabaya bersama anak dan pembantunya. Ketika di kantor, perasaan Ebby terasa tidak enak dan setelah mendapat telepon Ebby langsung bergegas ke bandara dan pergi ke Surabaya. Ebby menuju ruang VIP, ia melihat istrinya berbaring tak sadarkan diri. Ebby sangat sedih dan menyalahkan Jesic atas kejadian yang menimpa istrinya. Ebby mencoba menyadarkan Vicky. Ebby melakukan perbuatan di luar kesadaran ketika melihat istri yang sangat dicintainya telah meninggal. Akan tetapi, perbuatan Ebby itu dicegah oleh Aviva. Seketika itu juga terdengar suara tangis Libby yang keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar