Laman

AYOOOO GABUNG SEGERA!!!!!

TABUNGAN HEBOH Ayo segera gabung dan dapatkan Apple IPad bagi 5 member pertama yang memenuhi syarat

Selasa, 25 Mei 2010

Kumpulan Puisi kelas A angkatan 2007 PBSI UMPurworejo


Arti Hadirmu
Karya, Agus setyawan

Ketika ku termenung sendiri
Di penghujung malam hening
Datanglah engkau angin membelai wajahku
Lirih terdengar engkau membisikan kata

Jangan kau merasa sendiri
Aku selalu ada di dalam hatimu
Menemani setiap langkahmu
Sungguhkah..

Karena kutakan bisa jalani semua
Hidup tanpamu aku kan lemah
Jangan kau pergi tinggalkan aku
Tetaplah di sini untuk diriku

Tuhan inilah aku selalu berbuat dosa
Tuhan inilah aku selalu lemah rapuh
Tuhan inilah aku selalu mohon Ampun-Mu
Tuhan aku berserah padamu

Purworejo,18 Maret 2010









Piluku
Karya, Agus Setyawan

Air hujan masih menetes
Menemani hatiku yang penuh senyap
Sukma perih bak teriris pisau
Menyayat pilu daku rasakan
Hidup penuh lika-liku
Tak tentu kakiku melangkah
Senyum bahagia hanyalah kiasan
Tak pernah nyata aku rasakan
Apa salah daku selama ini
Hingga kenyataan seperti ini aku rasakan
Kemana harus aku bawa luka ini
Harus pada siapa aku mengadu
Tiap jejaku hanyalah keheningan
Terhempas ku kedalam pusaran sunyi
Dimana jalan harus daku lalui
Tuk menggapai cahayaMU
Inikah kesendirianku
Tak ada tempat untuku mengadu
Begitu hinakah daku
Hingga dikau menjauhiku
Semua tak pernah mengerti akan diri ini
Daku hanya berteman dengan kesedihan
Tapi aku percaya ILLAHI masih sayang daku
Ku harapkan cahayaNYA kan menyapaku
Hingga daku takan pernah merasa sunyi
Dalam keheningan ini

Purworejo, 24 Maret 2010

Kau
Karya, Asih Dwi Puspitasari

Bimbang yang tak jua kutemukan jawaban
Kau indah tapi tak bisa membuatku tersenyum
Kau lembut tapi senantiasa melukai hatiku
Hatiku yang selalu mencintaimu

Tak pernah ku hiraukan jarak yang jauh
Aku berjalan untuk menemukanmu
Berusaha menggapai cintamu
Namun, kau menghilang dengan kesenanganmu
Dengan ego yang membelenggu hati kecilmu

Tak mampukah kau merasakan tulusnya cintaku?
Tak dapatkah sedetik saja kau meluangkan waktumu untukku?
Kejam……
Aku sungguh tak menyangka hatimu sekeras batu
Tapi aku tak pernah menyesal
Mencintaimu…..

Purworejo, 17 Maret 2010












Teruntuk Ibu
Karya, Asih Dwi Puspitasari

Ibu…
Tangan lembutmu selalu hadir untuk membelai ku
Senyuman mu hadir untuk memacu semangat dalam jiwa ku
Tak ada keraguan untuk tiap titik peluhmu
Tak ada keraguan untuk tiap tetes air matamu
Air mata yang kau tumpahkan ketika resah menungguku pulang
Air mata yang kau cucurkan ketika melihat ku tergolek tak berdaya
karena sakit yang mendera ku

Ibu….
Kau tak pernah lelah dan takkan lelah berkorban
Demi melihat senyum di kedua bibirku
Walau kau begitu tahu
Aku selalu mengecawakan mu
Aku sia-siakan pengorbananmu itu

Ibu…
Meski aku bukanlah anak yang pantas kau banggakan
Dan meski aku sering membohongi ibu
Tapi aku ingin mengucapkan satu hal
Yang jujur dan tulus dari hatiku
Bahwa,
aku sayang ibu…..
Terima kasih ibu…

Purworejo, 17 Maret 2010


Asa-ku
Karya, Desfia Annisa Lutfiati

Suatu malam aku bermimpi
berada dalam sebuah istana
bayang itu seakan nyata
Seketika aku terperanjat
itu sebuah ilusi
kau yang dulu nyata
detik ini hilang
jalan lain ku tempuh
hanya dengan restu ku melangkah
ini adalah kenyataan
hati ini meronta
Kau tahu asa itu masih ada

Purworejo, 18 Maret 2010

















Sebuah Kepedihan
Karya, Desfia Annisa Lutfiati

Malam mengambang di atas kepedihan,
jenuh,
merasa tak berarti
dan ku hanya di sini,
Sepi…
Hati mulai menentukan sikap
Mencoba berbuat dari keterbatasan
Tapi,,,
terkurung seperti ayam di kandang
hanya bisa berkokok
mengabarkan,
dan tak ada yang peduli
apa mau ku dan kau
Bertambah bintang pun lari,
bulan tak ku jumpai,
dan bayu menusuk pori
Apa yang harus aku lakukan?
Atau lampaui jarakkatulistiwa?
Apa aku mampu?
Tak mungkin…

Loano, 24 Maret 2010









Rasa Ini
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Menguak sebuah figur indah
Tertegun akan pesonanya
Terbuai oleh indahnya
Terjaga oleh terjalnya

Saat asa itu menjadi nyata
Yang lain masih terbayang entah kemana
Akankah semua kan terwujut
Aku ingat akan curamnya
Hanya diam yang ku bisa

Semua warna itu
Telah ku rekam dalam mata
Menyajikan sekuntum bunga
Wanginya merasuk dada, meluluhkan hati

Hanya ada dua rasa
Perih dan bahagia

Purworejo, 15 Maret 2010











Kebahagiaan
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Darah, jiwa dan raga
Membentuk manusia
Untuk merasakan sedih dan bahagia
Membawa tawa dan air mata

Menangislah saat sedih merangkulmu
Tertawalah ketika bahagia mendekapmu
Kau tahu kau ada disini
Menangislah bersamaku
Tertawalah bersamaku

Purworejo, 10 Maret 2010



















Kerinduan
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Awan hitam
Yang merangkulmu
Akan terhempas
Saat kau tertawa

Berikan sebuah senyum
Pada hati yang merindumu
Dekaplah saat ia rapuh
Hangatmu akan mendamaikan hati

Tatkala kepedihan merangkulmu
Rasakan seluruh pedihnya
Sejenak renungkan artinya
Temukan maknanya

Saat pedih itu hilang
Akan kau nikmati
Apa itu arti bahagia

Purworejo, 20 Maret 2010

Keindahan Cinta
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Malam tanpa bintang
Tak menjadi suram
Tetap terasa megah
Laksana istana terindah

Perasaan bahagia dunia
Yang mendekap dada
Semua hanya ada terang
Bagaikan cahaya sang surya

Semua karena keindahan cinta
Yang mendekap erat setiap jiwa
Membuai lembut raga
Melukis indah ayumu
Berikan seuntas rasa indah

Purworejo, 5 Maret 2010














Keajaiban
Karya, Dian Ekawaty Puspitasari

Desir ombak dipantai indah kurasakan
Angin dan pohon nyiur menyapa kedatanganku
Melambai mengatakan selamat datang
Hamparan pasir yang begitu luas

Pemandangan yang membuat ku terkagum-kagum
Tak pernah ku bayangkan ini kan terjadi
Gulungan ombak besar menyapu

Allahu Akbar…… Allahu Akbar
Suara takbir menggema
Tangis itu membanjiri dunia
Tidak ada yang perduli

Tuhan …..bantulah dan kuatkanlah
Bukalah jalanmu Tuhan
Hamba lalai akan perintahmu
Kau pantas berikan ini padaku Tuhan

Purworejo, 19 Maret 2010

Bertepuk Sebelah Tangan
Karya, Duriyatun Z

Menatap dirimu dalam bola mataku
Akan tergambar di bola mataku ini
Wajah kasihku
Desiran kalbu menyeringai
Tak ada dirimu dalam bola mata itu
Seakan membangunkan diriku dalam lamunan

Kucoba sekali lagi
Mengukir namaku
Dalam hatimu
Namun tak mudah menggoresnya
Karena kerasnya hatimu

Betapapun hatiku terpikat
Oleh sosok terang dalam kegelapan
Yang telah menghidupkan sinar redupku
Dan menghangatkan hati dan perasaanku
Namun, cahaya itu tertutup kalbu
Karena cinta yang tak pernah tersentuh
Oleh debar jantung kasihku

Purworejo, 23 Maret 2010









Perpisahan Kasih Dan Sahabat
Karya, Duriyatun Z

Walaupun kasih dan sahabat akan pergi
Namun, cinta ini kan tetap tumbuh dalam hati
Walaupun kebersamaan kan terhenti
Namun, cinta dan kasih mereka akan tetap abadi

Kan kubawa cahaya cinta dan kasihmu
Kemanapun kaki ini melangkah
Agar dapat menerangi jalan hidupku

Saat ku sendiri, kan ku ingat cintamu
Agar ku tak merasa sendiri
Bila ku rindukan dirimu
Kan kulihat bintang di langit, ku bayangkan senyum manismu
Kan ku simpan dalam hatiku
Kujadikan bintang paling terang dalam hatiku
Kan ku jaga selalu cahaya cintamu

Purworejo, 21 Maret 2010













Hati Yang Kau Sakiti
Karya, Duriyatun Z

Demi langit yang kuberi cinta dan kasih
Kau balas dengan duri
Demi hati yang kuberi cinta dan kasih
Kau tusuk lubang hatiku dengan duri
Ku pejamkan mata
Menahan sakit dalam jiwa

Kumenangisi tubuhku
Yang kini lumpuh tak berdaya
Karena duri yang kau tanamkan
Kuarungi setiap deritaku
Dalam kisah cintaku

Purworejo, 22 Maret 2010











Seketika Itu
Karya, Dyah Wachyuningsih

Perang dalam hati, kebimbangan menyeruak
Selimuti jiwa suci
Gemuruh nafsu, kobaran amarah
Redupkan cahaya wajahku
Seketika itu
Hidupku sirna

Allahu Akbar … Allohu Akbar …
Suara takbir menggema
Detak nadi, menghujam jantung
Jeritan hati tak terbendung
Seketika itu
Hatiku koma

Suara adzan, lantunan ayat suci
Seketika itu menyadarkanku
Dan aku hidup lagi
Dalam lindunganNya

Purworejo, 24 Maret 2010











Merindukan-Mu
Karya, Dyah Wachyuningsih

Malam yang sepi
Ku terpaksa seorang diri
Hatiku terasa gundah, gelisah
Cahaya lilin tak mampu
Menerangi gelapnya relung hatiku

Kucoba raih sebongkah kasih sayangMu
Tak kudapatkan
Hatiku menjerit
Jiwaku meronta
Mataku menangis
Menyesali kehampaan hidupku tanpaMu
Aku merindukanmu Tuhan
Kau dimana …?

Tuhan
Kirimkan aku seberkas cahyaMu
Tuk terangi jiwaku
Saat jiwaku terus mencari
Seuntai kasih sayangMu
Bulan dan bintang tersenyum padaku
Ya, itulah kekuasaanMu
kekuasaanMu kan mampu menahan
gejolak dan rindu di jiwaku

Purworejo, 24 Maret 2010


Cinta
Karya, Eko Kustantyani

Kau adalah anugerah -Nya
Kau adalah cahaya -Nya
Tiada terkira
Tiada terhitung

Cinta yang abadi
Cinta yang bersemi
Cinta yang tulus
Dan cinta yang sejati

Itu semua karunia -Nya
Yang harus kita terima
Dan harus kita jaga
Sampai hari kelak kan tiba

Dengan datangnya cinta
Yang membuat kita senang
Tak ada kata lain
Selain cinta dari –Nya

Purworejo, 8 Januari 2005









Harapan
Karya, Eko Kustantyani

Ku ingin seperti dulu lagi
Selalu ingin bersamamu
Dan tak ingin pisah denganmu
Yang selalu menghiburku

Ku rasakan hangatnya belaianm
Yang tak ku dapatkan hari ini
Ku harap kau bisa memahami
Rasa yang ada di diriku

Tapi sekarang kau telah pergi
Meninggalkan aku sendiri
Tanpa kehadirannu disini
Hatiku terasa hampa dan tak berarti

Purworejo, 22 Maret 2010













Syukurku
Karya, Eko Kustantyani

Hujan turun menyirami persada
Air mengalir menggenangi samudera
Pertiwi pun bercengkerama
Langkah kecil mulai ada

Tapi........
Tak terucap kata syukur
Terbungkam oleh takabur yang menggebu
Taqwaku bahwa aku nomor satu
Itulah selimut yang membanggakanku

Ya Tuhanku
Ampunilah kesalahan ini
Sungguh besar nikmat yang kau beri
Tak bisa dihitung dengan jari dan lidi
Tak bisa diukur oleh benang dan tali

Apalah hamba ini
Seorang mahluk yang tak berani
Lebih kecil dari bakteri
Terkikis mentari pastilah mati

Sungguh….
Engkaulah yang maha agung
Sujudku hanya kepadamu

Purworejo, 17 Maret 2010

Terbalut Satu Mimpi
Karya, Eka Setiawan

Tanpa mata meraba jalan bertapak,
Berjalan diikuti jejak jejak kehidupan yang padam.
Hasratku lemah, mimpiku punah.
Bukan angan yang terbelalak.

Dalam putaran roda waktu,
Tak terbendung rona muka kebohongan.
Belari menuju puncak bertajuk ilmu.
Suka duka bersama,
Berpijak pada bebatuan yang tak stabil.

Tertunjuk satu mimpi yang samar,
Namun batinku berkeyakinan
Mimpiku tak berujung,
Namun jalanku pasti.

Dunia menungguku,
Pendidikan memeluku erat.
Dan ilmu yang akan ku amalkan membuka pintunya lebar-lebar.

Satu bertebaran, riang menyambut dunia baru.
Mimpiku, berpadu dan menjadi satu.

Purworejo, 24 Maret 2010







Kotak Dalam Otoritas
Karya, Eka Setiawan

Pagi buta memeluk anak manusia,
Kokok ayam jantan menampar muka kehidupan.
Ketika tak setetespun pencerah dalam hati.
Terbutakan oleh cerahnya celah-celah merebak.
Tubuh tergontai menaklukan makna.
Betapa rasanya hidup terbelenggu hampa.

Dan itu pula,
Anak manusia yang menganggap dirinya paling benar
Begitu saja memvonis buruk sesamanya,
Hanya dari pancaran visual.

Kami tahu
Kami berkotak-kotak tanpa alasan pasti,
Tanpa sehelai benangpun mengikat antara kotak-kotak tadi.

Aku terluka,
Kita saling berdampingan dalam satu kuali besar,
Tapi tirai-tirai besi tak membuat kita satu.

Tubuhku terhempas ditampar gambaran sisa-sisa kolonialisme.
Tubuh besar ini berkotak-kotak pada suatu sistem otoritas sempurna.
Kami bukan boneka, kami ingin satu.

Aku sendiri berteriak,
Lepaskan tali-talimu yang melilit ide-ide kami.
Lagi itu, lingkaran merah mencoba menguasai, mendominasi dan memonopoli pergerakan.



Kami ingin satukan diri.
Tanpa terbagi menjadi kotak-kotak setan dalam rangkaian lingkaran merah.
Kita berdampingan, kita saudara,
Kenapa harus tirai besi membagi-bagi kita, memecah belah, menyembunyikan taring kita.

Berfikirlah,
Raihlah cinta dan damai, dengan peduli pada sesama.

Purworejo, 24 Maret 2010

Kenangan Abadi
Karya, Dwi Pradito

Hari berganti hari
Siang dan malam hanya ada dirimu
Bersama denganmu
Hidupku akan selalu bahagia

Bayangan wajahmu selalu hadir
Di setiap aku menjalani kehidupan ini
Untuk menemani jiwa dan ragaku
Tanpa mengenal batas waktu

Saat hati ini sedang suka dan duka
Engkaupun selalu hadir dalam kalbuku
Takkan hilang walau diterpa rasa
Hanya satu kau di hatiku

Engkau datang mengintai hidup
Engkau datang mengintai rasa
Satu hati satu jiwa
Perasaan dalam hati kurasakan
Kepadamu seorang bidadari hati

Kepada kamu ku berharap
Namun semua tentang dirimu
Hanya bisa ku kenang abadi
Dalam perjalanan hidupku selamanya

Kutoarjo, 19 maret 2010




Kerinduan
Karya, Dwi Pradito

Aku tak ingin melepaskanmu
Walau hanya untuk sesaat
Tak kan kebiarkan kau pergi dariku
Meninggalkan rasa yang begitu dalam

Setiap hari aku berkata pada hati
Besok masih adakah waktu
Tuk selalu ada dalam kenyataanku
Hanya waktu yang bisa menjawab

Nyatanya aku tak pernah bisa sempat
Ragaku selalu saja terlebih dahulu
Sehingga asa dan rasa itu selalu ada
Dapatkah waktu menjelaskan semua ini

Hingga sekali di setiap harinya
Kerinduan itu semakin bertambah berat
Semua ini hanya kulakukan untukmu
Satu hanya untuk kehidupanmu

Kutoarjo, 22 maret 2010










Anak kecil
Karya, Febry Hernanto

Ku tatap wajahnya yang penuh impian
Hanya keceriaan yang nampak diwajahnya
Bermain bebas tanpa ada orang yang melarang
Tak ada sediktpun beban dibenaknya

Tubuhnya yang mungil kan menjadi harapan
Harapan yang dimpikan orang tuanya
Roda selalu berputar…Zamanpun berganti …
Tubuhnya yang mungil berubah menjadi besar
Tak ada waktu untuk bermain lagi
Yang ada hanya berfikir…

Berfikir untuk merencanakan harapan
Harapan yang dinginkan orang tuanya dulu
Untuk menjadi orang yang berguna…

Purworejo, 24 Maret 2010













Kesetiaan
Karya, Febry Hernanto

Kata-kata yang kau katakan pada ku
Selalu teringat dalam pikiranku
Membuat ku selalu yakin
Dalam hati ku selalu berkata “dia miliku…”

Meski banyak orang yang datang menghasut
Aku tetap percaya dengan kata-kata mu
Yang selalu hadir kala aku bimbang

Gajah dimata tidak tampak
Namun semut disebrang tampak
Meski ada orang yang datang mencintai
Aku menolak karena meski kau jauh
Kau selalu ada di hati ku….

Purworejo, 24 Maret 2010






Puisiku
Karya, Edi Qurniawan

Kadang hidup tak seperti yang kami harapkan
Ilmu yang kami cari bisa berubah jadi misteri
Ilmu yang kami harapkan terhalang oleh uang
Mereka bekerja karena materi bukan dari hati
Mungkin karena mereka lebih tahu dan serba tahu
atau kebanyakan makan buku
Ilmu yang kami tahu jauh dari yang kami mau
mengkin anda lebih dari tahu

Prembun, 24 Maret 2010. 20:25



















Bukan tak mampu
Karya, Edi Qurniawan

Cinta tidaklah buta karna cinta memiliki mata
Tapi berdosakah bila ku ungkapkan bahwa aku jatuh cinta
Kepada dirinya yang tlah berpunya

Ku sadari semua itu bagiku pilu
Izinkanlah diri ini mengagumimu
Walau tak mungkin lagi memilikimu

Maafkanlah bila cinta ini suatu dosa
Sungguh diriku tiada mengapa
Rasa ini kan tetep kujaga
Semoga kau mengerti apa yang kurasa

Pituruh, 22 Maret 2010

Kepala Kaki Menjerit
Karya, Dwi Ganjar Kartikawati

Dua pertiga tiga zaman telah terbaring menjadi keruh
jangan merasa berdaya diperkosa bengkoknya masa
nurani berpijar membuka kebisuan alam
menafsirkan kepala merongrong menjelma kaki.

Gambar yang cacat mencatat sempitnya gerak
melompat tabiat kaki dijelmakan kepala
lemaskan asa meraih panji hidup
kerangka menari memikat pengisi perut yang terkikis.

Terpaan badai nan merobek tekad
ada langit, bintang tampak, sapaan mentari
tak hirau lekas kumenatapnya sampai melewati kesepian
merangkak menyusuri dinding gema kehidupan
mengais umpan bau keringat tengik dari sisa kepala kaki saudagar.

Purworejo, 17 Maret 2010













Pernah Ada
Karya, Dwi Ganjar Kartikawati

Kau yang pernah ada
dari awal aku jumpa
saat kau bersama menata
kasih dalam satu jendela.

Satu lagu untuk kau dara
dimalam sunyi nan gelap ku mencipta
sajak lagu kepadamu jua
ini lagu selalu tercipta.

Dulu aku merasa kaulah satu dara
yang hanya bisa aku merana
membayang jika kau milikku mencinta
namun semua pernah ada dalam jiwa.

Tak pernah kumiliki
meski saat ini kau dimiliki
tapi dialah kasihmu yang kau kasihi
saat ini ku hanya pernah ada dihati.

Purworejo, 17 Maret 2010









Tatkala Nyawa Tersenyum
Karya, Dwi Ganjar Kartikawati

Ku teruskan langkah demi hidupku
walau tuhan senantiasa membantah kehadiranku
aku lemah tak bertulang merangkai sajak
menunggu kesopanan umat menikam jagat.

Inilah rakyat jelata menunggu binasa
menatap sang muka cacat
rendah nyawa tersenyum penuh bisa
menikmati tingginnya batu berlompat

Ayolah nyawa, tersenyumlah !

Purworejo, 11 Mei 2009


Lepaskan Aku
Karya, Gustian Munaf

Yang perih terasa pedih
yang sakit terasa duka
disitu baru aku kau beri
satu penuntun tanpa kau pimpin

Aku yang tersisa kau beri
periang sesaat dalam hati
kalau kau yang kini
tak lagi genggam penuntun jari.

Maju mundur tiada kau sahuti
selalu memujimu demi cinta rindu
ramai tertawa menghianati
hanya selagu engkau lepaskan aku.

Purworejo, 31 Oktober 2007













Saat Indah Tertinggal
Karya, Gustian Munaf

Tetapi kau tiada merasa
kau bilang saat indah
saat kau kuselami masa
ternyata sungguh kau tak merasa.

Saat indah tertinggal
kini sebuah jawaban saat kau ada
menemani dawai jiwa kekal
abadi sekejap menekan dada.

Kau bisa kunyatakan
yang bukan sebuah angan
bukan juga sebuah intan
diantara dua adalah sebuah kawan.

Tak usah kau titipkan
diantara luka yang kau cipta
kan semua rupa saat indah tertinggal.

Puworejo, 31 Oktober 2007










Tatkala Nyawa Tersenyum
Karya, Gustian Munaf

Ku teruskan langkah demi hidupku
walau tuhan senantiasa membantah kehadiranku
aku lemah tak bertulang merangkai sajak
menunggu kesopanan umat menikam jagat.

Inilah rakyat jelata menunggu binasa
menatap sang muka cacat
rendah nyawa tersenyum penuh bisa
menikmati tingginnya batu berlompat

Ayolah nyawa, tersenyumlah !

Purworejo, 11 Mei 2009
















Seseduh Kopi Meja Rakyat
Karya, Gustian Munaf

Manis rasanya
seseduh kopi yang disaji tanpa upaya
membekukan bibir cawan diujung harapan
suara rakyat tertahan ditepi seduhan.

Apabila hendak kau lumat
niscaya kau hisap pula ruh rakyat
setelah kau racuni bisa konglomerat bejat
tak ingat akhirat asalkan nikmat.

Seseduh kopi saja direbutkan
terlebih melumat kopi
nafsu syahwat keparat dimainkan syaitan
asalkan hayat tak punya saksi.

Lubang-lubang liang makhkota menganga
iblis di tepi-tepi liang menari-nari
hendak menangis namun tersenyum
menanti penikmat syahwat keparat
menerobos rahim-rahim benih cinta yang sekarat.

Purworejo, 10 November 2009








Karangan Tangis
Karya, Gustian Munaf

Berlarian buru gembala liar
terhentak diperhentian takdir illahi
berpaling ruh menatap gambar suram
karena cacat batin mengukir cemas.

Mata tetawa lembut di medan perang
sayap langit pun tertawa
terhempit diantara sengalan nafas
menanti ketika harus berlari.

Kini sebelah mata saja beretika
lainnya, bercerai berai tanpa tangis
tak hirau satu pelita berkadip
menyela ruh lepaspun belum.

Telah pulanglah raga kebencian
merasuk, mendekam penuh sangsi
saatnya ada maaf saat tergunjing
saatnya menyeret makna tak terbaca.

Pergilah memeluk damai
ekor pagi termakan sebuah penyesalan
merintih, menangis hendak berontak
namun lemah menatap pembaringan.

Diatasnya, tampak ruh keriputnya
terbujur kaku, tanpa darah penuh tanya
menjelma sebelah mata seakan bertabur air
niat memejamkan raga tak bernyawa lagi.
Terbalutkan kain kematian
engkau pergi, menyambut hari kepastian
merangkai maaf di atas rangkaian bunga
tak kuasa lagi, ikhlaslah kedua mata luluh bersama karangan tangis.

Purworejo, 8 Desember 2009



























Seruan Tak Bernyawa
Karya, Gustian Munaf

Kecilku sepi mencipta obor penerobos
berawal hari ini dan selamanya
aku bertebing dalam kerangka malam
tangan ilusiku membentang penuh senyum beku.

Aku pilih satu malam, lalu aku berdiri di tengahnya menengadah ajakan sang malam
realis hidupku adalah kepastian palsu
kematian adalah bukit abstrakku
sebutir tasbih mengantarku terlapiskan iman.

Bisikan Illahi memuai semakin pasti
hingga kecilku berharap serpih hasrat
obor kecil kecilku meradang sia-sia
terbatas dari seruan meriuk melata tak bernyawa.

Adalah kurencanakan menatap hayat
membentur rongga-rongga seperti terhenti
rencana kan menerobos belenggu alam tak bersiasat
kini kecilku lapar bermuara tentang manusia pemeluk obor penerobos seruan tak bernyawa.

Purworejo, 17 Maret 2010


Balada Kupu-kupu Malam
Karya, Hariyanto

Malam sunyi tak bertepi
Hilang akal hiilang rasa
Dalam jiwa yang terasa mati
Hingga raga tak berdaya

Berontak diri ingin teriak
Lidah kaku terasa beku
Darah mengalir dalam otak
Terasa berat langkah melaju

Daun hijau terlihat ayu
Bunga malam bertaburan
Kumbang terbang merayu-rayu
Sepah di buang ditinggalkan

Purworejo, 25 Maret 2010













Metropolitan
Karya, Hariyanto

Hampir tiap malam tak ada sela
Hiruk pikuk kota Jakarta
Riuh gemuruh suara canda
Oh… inilah Jakarta

Saat separuh mata terpejam
Hilir mudik orang di jalanan
Ada yang suka
Ada pula yang berduka

Waktu terus berputar tak henti
Namun mata-mata malam masih terperanga
Hingga datang disenja pagi
Masih tercium semerbak aroma bunga melati

Purworejo, 31 Maret 2010
Seperti Baju, Debu, Abu
Karya, Henri Sussantria

Malam menyeruak tiba – tiba
Dengan dingin menusuk aura
Ku mencoba menganjat pelupuk indra
Berdoa dengan helaian nafas yang tersengal
Aku tawakal
Mencoba bangkit dengan dosa yang melekat,
seperti baju
Ya, seperti baju,
debu, dan abu yang melekat diragaku
Nafas sejenak tahan
Keluarkan dengan perlahan
Seringai ucap dalam hati
Berserah diri saat serasa ingin mati
Dihadapkan dengan bayang neraka,
hanya neraka
Berwarna merah menyala
dengan penghuni iblis marah angkara
Menatap sendiri, aku disiksa
tanpa ampun aku serahkan jiwa
Ya, ini aku sebenarnya
Masih terbalut
tanpa ampunan Sang Pencipta surga

Sejiwan, 20 Maret 2010 (02 : 07 : 52)


Tuts Ejekan untuk ”Kamu”
Karya, Henri Sussantria

Piano,
itu kehidupan sebenarnya
Nada,
atau mungkin syair yang kan iringimu
Not – not kaku,
atau tingkatan not yang kan memekakkan telinga
Itu terserah padamu
Lihatlah di dalam seksama
Hanya kawat – kawat senar rapuh
Belum termasuk dimakan waktu
Tidak juga ada karat mengabu
Tengok di luarnya
Tuts – tuts dua warna
Hitam dan putih
Anda tahu itu?
Tuts warna hitam
Lebih pendek
Bernada lebih tinggi
Lebih banyak jumlahnya
Tuts putih
Memang lebih besar ukuran
Di bawah hitam, nadanya
Tapi, lebih sedikit jumlah
Itulah makhluk Tuhan
Inilah kemunafikan
Yang hitam ditutup putih yang dibesarkan
Yang putih jumlahnya tetap kan sedikit.
Dasar manusia…!!!

Sejiwan, 14 Maret 2010 (02 : 18 : 09)

Ayam Pecundang
Karya, Henri Sussantria

Bintang menyeruak tepat diatas mahkota,
bulan tak nampak tertutup selendang hitam berkelompok,
Bayu menyeringai,
lalu tertawa menghajar pori sendi
Raga tak berdaya
dan hanya terkapar di sudut ruang tanpa penerang
Ya, seperti itu ku rasa sekarang
Hanya seonggok daging
Tak berarti, sepi, tak berguna,
terlentang melawan kebodohan dalam jiwa
tapi tak berdaya…
Shitt!!!!!!
Siapa sebenarnya aku ini?
Berartikah?
Mungkin tidak
Memvonis diri, menjadi figuran
Merasa menjadi ayam yang terkandang,
hanya bisa berkokok keras,
menunjukkan kegagahan tapi tak bisa berlaku apa – apa
Berkokok lagi mengungkapkan gundah,
tapi tak digubris,
tak dipedulikan dan tak ada yang merasa mendengar
Mengincar satu mangsa,
memberontak dan ingin menhancurkan kandang besi baja,
Bodohnya aku
Siapa aku, tersadar
Hanya ayam jantan belum tumbuh jalu…

Sejiwan, 27 Maret 2010 (02 : 34 : 18)


Tanda Baca Hidup
Karya, Henri Sussantria

Tanda baca buku abadi
Koma,
titik dan titik,
berakhir tanda tanya…

Waktu juga tak diam
Selalu gulirkan roda,
gilas,
usia,
kesempatan,
keberanian…

Ternganga aku tertinggal
Penontonlah kini posisiku

Yah, masih bergulat,
Dengan dalil – dalil pembenaran
Yang sejatinya rasa malas?
Hmmmmmmm…

Sejiwan, 11 Maret 2010









Saatnya
Karya, Henri Sussantria

Bergerak masih ada waktu
Jadilah pemain, sejati
Cumlaude dalam episode akhir

Rencana tanpa akting,
adalah bualan,
macan ompong!!!!

Dalam nama – Nya
Dan, sekarang saatnya!!

Sejiwan, 11 Maret 2010

















Innesia…
Karya, Henri Sussantria

Sejarah darah,
Dan sampah…
Indonesia…

Sejiwan, 11 Maret 2010







Belum,
Karya, Henri Sussantria

Benar merdeka?
Berdemokrasikah?
Belum……

Sejiwan, 11 Maret 2010










Air Mata Negeri
Karya, Henri Sussantria

Bocah kecil di garis marka
Asongan bermain trotoar
Pemabuk sangat diperlukan,
Pelacur jalanan kan tawarkan jasa…

Iblis menari di atasnya
Jadikan ratu bermahkota duri
Ini tragis,
Air mata negeri…

Kapan ini kan berakhir?
Hmmmm…

Sejiwan, 11 Maret 2010















Kenangan
Karya, Hery Kiswanto

Bunga kau hilang dalam petangku
Ku sadar hatiku hanya sepenggal
Malamku tak sampai mereba mimpimu
Di kala merenung sendiri

Meretap bulanku di sana
Ku hanya menatap, tak menyentuh
Kalbu merah jambu, kini tak tentu
Sepenggal pesanpun, tak kembali

Ku tak menyangkal!! Nodaku, nodamu...
Walau anginpun berkata-kata
Kau diam, mengumpat-umpat janji
Dalam serpihan kata mati

Meskipun dunia tak selebar telapak hati
Tatapku tetap satu melati
Walaupun penuh bayang kaki-kaki
Mengurai hari nanti

Purworejo, 25 Maret 2010








Jerah
Karya, Ida Fitriyani

Malam,
Melukis kelam tak bertepikan
Kekosongan jiwa
Terjebak dalam kesepian
Berbuah penderitaan
Kebencian pada kenyataan

Kenyataan tak terpecahkan
Kesendirian tanpa kawan
Menangis dalam senyum kesedihan
Terpuruk kesunyian malam
Kekalahan ku rasakan

Tuhan,
Ku ingin bahagia
Di setiap denyut nadi kehidupan
Walau ku sendiri
Jalani hari setelah mereka pergi
Tanpa ku ratapi slalu

Purworejo, 7 April 2010







Terang Bulan
Karya, Ihfani F. N.

Sunyi lengang alam terbentang
Udara jernih sejuk, nan tenang
Dilangit mengerlip ribuan bintang

Angin berhembus perlahan
Daun berbisisik bersukacita
Bulan muncul di atas pengunungan
Menuju tengah malam tiba

Hati yang duka kan jadi tenang
Akupun riang terbang melayang
Karena bulan terang semalam

Ribuan senang yang kukenang
Kudapat ‘trang kasih sayang
Serta damai dalam hati

Purworejo, 20 Desember 2001











Saat Fajar Tiba
Karya, Ika Sutrisni

Dikala sang mentari terbangun
Kicauan burung saling bersahutan
Seakan simfoni nyanyian pagi
Secerca cahaya menembus jendela

Membangun kan diriku dari istirahat panjangku
Ku sambut hari dengan hati riang secerah langit pagi
Semilir sejuknya udara pagi betikan ketenangan jiwa
Sinar matahari yang hangat berikan semangat tuk awali hari-hari ku

Purworejo, 24 Maret 2010

















Kehadiranmu
Karya, Ika Sutrisni

Matahari menyinari galaksi
Begitupun diriku yang menyinari jiwa raga hati ku
Kompas menunjukkan arah
Begitupun dirimu berikan arah hidup ku

Telah ku coba resapi hatiku
Tetap saja diri mu yang selalu hadir dihati ku

Purworejo, 24 Maret 2010



















Mengharap
Karya, Istikomah

Kala hujan menderu, datang …
Risau hatiku kala itu,
Disaat ingin kucumbu bayangmu,
Kau menghilang begitu saja
Seperti tak memperdulikanku

Yang mulai mencarimu,
Setiap saat, setiap waktu.
Ku terus berharap prasaanku bersambut,
Seperti bumi yang menyapa matahari
Hangat … dan mesra …

Purworejo, 19 Maret 2010
















Hatiku
Karya, Istikomah

Tatkala malam datang
Hati rindu semakin mendalam
Terlihat bulan bersinar terang
Datangkan hati yang gundah

Bayang yang semu
Semakin merasa hati menjadi bimbang
Kucoba pejamkan mataku
Tuk melihat ruang hatimu
Hati yang gelisah menanti …

Kepastian hatimu yang ku harap
Walaupun bintang dan bulan
Tidak selalu dekat
Tapi bintangkan bersinar karena …
Terangnya cahaya bulanmu

Purworejo, 18 Maret 2010












Semangat
Karya, Istikomah

Zaman yang indah
Bagaikan bunga yang merekah
Kuncupan bunga mawar
Mengawali semangat pagi yang indah

Kulihat seekor kumbang
Terbang tinggi
Menuju kepastian yang tak pasti
Namun tekad telah membara
Kan dicapai hingga ada
Dan rasa itu pun nyata

Purworejo, 20 Maret 2010
















Cinta
Karya, Istikomah

Pesonamu begitu menggetarkan
Betapa indah jika dipandang
Senyummu begitu menyejukkan
Menjadikanku selalu riang
Cinta mengaliri napasku
Tampanmu begitu menghujam
Ku ingini dirimu
Tuk menjadi imamku

Purworejo, 20 Maret 2010
















Adzan
Karya, Istikomah

Ku dengar suara merdu
Sejukan hati yang tak tentu
Bagai disapu hujan salju
Putih suci

Ku datang mendekatmu
Inginkan terhapus badai angin lalu
Buatkan hati menjadi selembut madu
Untuk hidup yang lebih

Purworejo, 20 Maret 2010


Aku Tahu
Karya, Indah Annisa Iskandar

Aku tahu engkau diam di sudut itu
Menghitung waktu dari jam tanganmu
Sedang kepastian selalu menjauh darimu

Aku tahu engkau mampu
Habiskan hari-hari sepimu
Menumpuk laksaan rindu

Aku tahu engkau berusaha menghapus air matamu
Setiap ada orang menyapamu
Setiap pertanyaan untuk apa semua itu

Aku tak tahu lagi apa yang aku tahu
Dari diriku yang membiarkan hatimu beku
Sedang di sini ada sebuah hati yang menunggu.

Purworejo, 23 Maret 2010












Doa
Karya, Indah Annisa Iskandar

Di sela-sela malam yang sunyi
Ku kenang selalu dirimu
Waktu yang selalu melaju
Menutup kerapuhan hatiku

Akankah ada cahaya dalam hidupku
Yang akan menerangi setiap langkahku
Aku hanya bisa berharap
Berharap dan terus berharap

Malam ini terasa sunyi
Seluruh mahluk telah lelap dalam mimpi
Di sajadah panjang aku memohon
Padamu yang Maha Agung

Ya…..Tuhanku
Inikah kehidupan yang harus aku jalani
Penderitaan demi penderitaan
Selalu aku alami

Inikah cobaan yang Kau berikan
Seperti kata firman-Mu
Tiada satupun hamba Mu yang lepas dari cobaan Mu
Melainkan agar menjadi orang yang beriman.

Purworejo, 24 Maret 2010





Ibu
Karya, Indah Annisa Iskandar

Aku sangat menyayangimu
Di setiap denyut nafasku
Hanya ada dirimu………

Bagiku indah bila memandangmu
Engkau yang selalu memberiku kesejukan
Di dekatmu aku merasa damai

Maafkan aku yang selalu mengecewakanmu
Sesungguhnya tiada aku tanpa dirimu
Dan kaulah penerang dalam hidupku

Jangan pernah kau tinggalkan aku sendiri
Aku tak mampu hidup tanpamu
Karena engkaulah hidup dan matiku

Purworejo, 24 Maret 2010













Perih
Karya, Indah Annisa Iskandar

Angin bertiup semilir
Mengelus daun-daun hijau
Yang melambai-lambai
Menimbulkan gemericik syahdu

Dan langit diatas
Mulai tampak gelap
Hanya menyisakan gumpalan-gumpalan mendung
Yang menjanjikan hujan

Dan hujan turun mengiringi sedihku
Disaat kesepian merajalela
Menusuk hatiku
Dan mentorehkan luka dan perih.

Purworejo, 24 Maret 2010












Diam
Karya, Layla Hardiyanti

Loncengku tak lagi bergerumuh
Melodiku pun tak bernada
Sepi …

Sama seperti malam ini
Yang tak bertabur bintang
Langit mendung
Hanya terdengar gemuruh petir menyambar
Hujan deras mengiringi tangis

Teringat akan ia yang pergi
Tanpa pesan dan selalu bungkam
Ingin aku berada dalam dekap hangatnya
Melepaskan beban dalam pundak

Canda itu akan ku ingat selalu
Untuk aku tegar

Magelang, 16 maret 2009














CERITAKU
Karya, Layla Hardiyanti

Rasakan bahagia bagai ilusi
Hentikan nadi dalam hampa terasing dunia
Semua ku lewati dengan angan
Membiarkan kaki terus melangkah
Tapi … Angan tak bisa bohong

Terperosok dalam lubang yang sama
Terlalu bodoh dalam ingatan
Kegetiran lampau terbesit

Berencana pada satu jalur adalah kepastian
Yang dulu ku anggap ringan
Sekarang berubah rentan dan mudah pecah
Tak ada hal yang bisa ku lakukan
Hanya menunggu keadilan

Kutowinangun, 23 Januari 2009













Papa
Karya, Layla Hardiyanti

Sejenak aku terpaku
Melihat wajah yang tak pernah aku lupakan
Hanya dalam ketidak berdayaan
Sosok itu muncul dalam dekapan hangat

Kasih sayang tulus
Cinta yang dia beri masih tertanam dalam hati

Hampa diri setelah dia pergi
Ya… pergi untuk selamanya dan tak pernah kembali

Ingatanku melayang
Teringat akan dulu begitu indah
Aku yang selalu di manja olehnya
Canda, senyumnya, pelukan hangat tlah terukir disini.

Kutowinangun, 23 Oktober 2009













Untuk Idolaku (Ibu - Ayah)
Karya, Layla Hardyanti

Dalam buku itu aku tulis cerita-cerita ku
Masa kecil dalam keluarga
Hingga akhir ayah menutup mata
Berkecampuk rasa perih
Menyayat tak bisa lagi rasa

Tutur tentang mimpi - mimpi
Serta harapan dia ucap

Dalam doa aku meminta
Tuhan jagalah dia
Berikan dia tempat yang layak disisi Mu
Dan Ampunilah segala dosa – dosanya

Satu lagi sosok yang aku kagumi dengan tulusku
Ia jaga dan rawat aku bagai berlian sangat berharga
Suka duka tetap tersenyum untuk ku
Titian air mata pun tak pernah ia tunjukkan

Dalam doa mu ku tau kau berharap
Dalam senyummu ku tau kau selalu cinta

Tuhan aku pinta
Bahagiakanlah mereka sepertiku
Hanya ini yang bisa ku lakukan

Kutowinangun, 9 Maret 2010



KEHANCURAN
Karya, Krisnasari

Cintaku di antara puing-puing
Dulu tercipta karna kau yang mencipta
Tapi kini kau hancurkan
Cinta...
Aku tlah hancur
Menangis
Sendiri
Terdekap dalam lamunan

Ku sendiri di kegelapan malam
Tak pernah kubayangkan
Kau tega buat ku seperti ini
Cinta...
Lupakah kau?
Setangkai mawar putih kau ulurkan pada ku
Ucap sayang kau tujukan pada ku
Di setiap titik mengisi harri-hari ku
Dan di saat kau hancurku ku slalu ada

Cinta...
Aku mencintaimu
Bukan dari kelebihanmu
Namun aku mencintimu
Dari kekuranganmu

Cinta...
Aku terima
Kemunafikan!
Perselingkuhan!
Tapi ingatlah
Esok kau kan dapat pembalasan yang pantas
Bukan dari aku melainkan dari-Nya
Dan maaf slmanya kutak bisa lagi tuk mencintaimu
Terima kasih cinta...

Purworejo, 29 Desember 2008


























CINTA
Karya, Krisnasari

Cinta...
Cinta bagi ku adalah sebuh kebohongan
Cinta bagi ku adalah sebuah kebencian
Cinta bagi ku adalah sebuah penghianatan

Sebuah delema yang tak akan pernah hilang di sapu debu
Sebuah benteng kokoh tlah mengayomi kebekuah hati
Sebuah laksana prajurit yang siap menerjang musuh

Tuhan, aku lelah...
Aku letih tuk seperti ini
Dermaga manakah ku kan melangkah
Hilir mudik pangeran adam datang
Menawarkan sebuah untaian cinta
Diantara duri dan mawar

Tuhan...
Akankah ku bisa membuka pintu hatiku
Bantulah aku di setiap mimpi dan cintaku

Purworejo, 30 Januari 2009









MAAF
Karya, Krisnasai

Di saat ku pergi
Kau kembali...
Namun luka hati ini
Tak bisi ku obati
Kebekuan tlah menancap kokoh ke dinding kehampaan

Kehantuan memasuki ku
Luka lama terkuak
Mengoyak jiwa ku kembali
Menghantui raga ku

Tapi maaf...
Jalinan cinta yang dulu
Tak bisa tak bisa kau ciptakan lagi
Walau mulut bisa terucap
Tapi hati tak bisa sejalan
Tuk rajut jalinan cinta yang dulu

Purworejo, 5 Agustus 2009











AWAL YANG BARU
Karya, Krisnasari

Kau menjerit dalam dadaku
Aku mendengar
Kau tersayat
Aku rasakan
Bumi merongrong
Menangis
Langit bersedih
Dalam dukamu

Salahku
Salahmu
Bukan!
Bukan hendakmu
Apa dayamu
Ini kehendaknya
Bukan lalaimu
Yang pergi, biarlah pergi
Yang sudah terjadi, biarlah berlalu
Bagai ombak beriak membawa kenestapaan
kini mulailah hidup
Awal yang baru
Hari yang baru
Langkah yang baru
Semoga ini tak kembali lagi
Songsonglah masa yang cerah
Tuk hidup dan langkahku

Purworejo, 1 Januari 2010


CERITA
Karya, Linda DeYe

Sebuah rasa…
Kadang menimbulkan berjuta tanya
Yang lekang termakan oleh waktu
Hingga akhirnya...
Sebuah cerita terangkai
Sebuah rangkaian kepedihan
Kadang juga rangkaian kebahagiaan...
Sebuah cahaya kecil dalam hidup akan mampu
Tuk menuntun kita memahami arti semua ini
Tapi apalah arti sebuah cerita
Bila tak ada lakon di dalamnya........

Purworejo, januari 2009
















RASA
Karya, Linda DeYe

Semburat rasa
Yang kian kabur, oleh rasa yang kian baur
Setiap saat, detak yang berlalu
Selalu saja ada ketiadaan
Entah rasa atau apa
Aku tak mampu untuk menerjemahkannya

Dalam kegelapan adalah hampa
Mungkinkah itu???
Akupun tak pahami

Selalu saja ada tanya dalam hidup
Yang sulit terungkap
Hanya misteri ilahi

Purworejo, januari 2009













Renungan
Karya, Linda DeYe

Renunganku…
Mencipta sebuah sugesti
Akan hadirnya
Sebuah asa…

Renunganku…
membuka tabir
akan biru hati ini…

Renunganku…
kosong tanpa jawab

Renunganku…
ingin harapan itu kembali
tapi…
hanya tanya

Purworejo, 15 Maret 2010












HARAPAN
Karya, Linda DeYe

Tuhan..
Aku ingin hidup dalam kenyataan
Tanpa bayang-bayang semu
yang terus menggelayut
dalam setiap angan-anganku

Tuhan…
Beri aku sedikit rasa nyaman

Tuhan…
Biarkan ku berdiri tegak
dengan kaki-kaki rapuhku
agar ku berani menekur jalan yang indah…

Purworejo, 7 oktober 2008














CINTA
Karya, Linda DeYe

Bias-bias romansa
Membayang di pelupuk mataku
Mengisyaratkan keindahan
Yang tak ku tau ujungnya

Walau detik terus berlalu
Menit terus melaju
Dan…
Jam terus bergulir
Keindahan yang tercipta karenamu
Tak pernah sirna…

Oh Tuhan akankah ini kan selamanya?
Ku ingin tak berakhir
Karena…
Kutak ingin diujung waktu
Hanya ada kesedihan

Cinta…
Ku ingin keindahan ini selamanya
kan membias…
dari sorot matamu…
senyummu …
dan…
isyarat cintamu….

Purworejo, 7 oktober 2008



INDONESIA
Karya, Shidiq Rahmantoro

Tahun kurasa kian berjalan
Roda kehidupan kian berjalan
Indonesia....
Kemana kau yang dulu
Wajahmu yang hijau manismu yang sejuk
Dan hatiku yang tegar

Berawal dari perjuangan dibawah pimpinan
Bung Karno dan Bung Hatta
Kau telah merdeka
Kehidupan rakyat semakin sejahtera
Namun kemilau wajahmu yang asri
Kini telah redup

Apa yang akan terjadi padamu?
Apa karena kau sudah tua
Sehingga kau tidak bisa menopang kami?
Atau kami yang tidak bisa menjagamu?

Kudengan rintih dikolong jembatan
Suara merdu diantara bus-bus kota
Hentakan tongkat di tapi jalan raya
Adakah yang peduli dengan mereka?
Sementara kaulihat mereka yang duduk di kursi mewah dalam gedung megah
Saling membenarkan pendapat masing-masing

Bencana alam muncul di mana-mana
Apa yang sebenarnya kau alamu Indonesia?
Aku yakin kau tak menginginkan semua ini
Begitupun aku yang selalu menginginkan...
Senyum dan kilaumu

Tuhan...
Sadarkan kami untuk memberikan
Yang terbaik demi Indonesia tercinta
Tanah air kami, tempat kehidupan kami

Banyuasin, 15 Agustus 2009


























HATIKU BAK MALAM KELAM
Karya, Trisna Widyawati

Hatiku bak hujan di malam hari
Gelap, sepi, sunyi kian mengayun perlahan
Entah apa yang ku rasa ini
Saat malam tiada bintang
Bulam meredup hingga hujan tak terbendung
Tiada bisa yang kudengar
Selain tetesan air hujan

Seperti itukah hati menangis?
Yah...
Mungkin malam nanti tak seindah malam lalu
Saat kau temaniku diantara bulan dan bintang
Atau malam nanti akan berkilau
Saat kau disampingku

Bintang...
Dengarlah tangis hatiku
Aku hanyalah satu diantara seribu wanita
Yang tak menginginkan perih

Bulan....
Dengarlah angan hatiku
Aku menginginkan kebahagiaan utuh dalam hidup
Yakinlah aku jika kepergiannya
Kelak takkan merusak indahnya malam
Menunggu mentari
Dan ku ucap selamat pergi untukku

Purworejo, 14 Maret 2010


JERMAL
Karya, Irwanto

Berdiri tegak menantang langit
Hamparan langit menghampiri
Kutak segan menghadang
Badai terus mengusik
Alunan ombak membawanya dalam kehidupan
Terikan mentari membawanya dalam keseharian
Dan bulan menghampiri di senja sore hari
Ketika malam bulan menemani dalam kesunyian
Bulan tersenyum …
Bulan punya sahabat…
Menemani malamnya hingga pagi
Tak gentar walau badai terus menyelimuti
Ini kehidupan…
Kehidupan yang harus di jalani
Alamku lautan
Ladangku lautan
Disitulah tempat tinggalku meniti kehidupan

Kebumen, 27 maret 2010











Andai
Karya, Riska Anggraeni

Dan aku menyusut......menangis
Dalam langkahku......
Sore itu......
Kala punggungmu terbalik meninggalkanku......

Andai saja kau mengerti
Apa yang terjadi pada diriku
Bahwasanya kau terlalu angkuh
Angkuh katakan yang sesungguhnya

Tapi......
Andai saja kau mengerti
Apa yang terjadi dalam diri ini
Ketika perasaan ini mendorongku
Untuk selalu merindukanmu

Dab bila......
Aku memaksakan untuk menyeret langkahku......
Berbalik......ikut menjauhimu
Semoga kau tahu
Tak pernah ingin kulakukan itu......

Purworejo, 10 Maret 2010







BIMBANG HATI MELANGKAH
Karya, Soberi Astuti

Sepotong bulan sabit perlahan merayap naik
Menyusuri gulita ruang lingkup cakrawala
Terang sinarnya mendaulat senyap
Di balik pekat taburan mega

Dalam dekapan gelap hampa
Di bawah sepotong bulan sabit
Yang enggan pancarkan segenap terang
Ada sepenggal hati yang bimbang

Mengutuki diri, suarakan ironi dalam kelam
Berpadu dengan ritmik teriakan batin
Tanpa pernah terdengar siapapun
Kenyataan selalu tak pernah terelakkan

Kenyataan seperti bulan
Yang tak pernah elak temani malam
Meski dari balik mega

Dan waktu terus berputar
Ia tak kan mau berhenti menunggu
Sesosok insane yang selalu tertatih dan memohon
Agar langkah waktu berkenan menunggu

Kebumen, 04 Maret 2010





CINTA INI
Karya, Soberi Astuti

Tapak tapak menjejak permukaan bumi
Kisahkan perjalanan terukur waktu
Perbedaan itu memiliki manis kekuatan indah dalam cerita
Andai aku mengerti makna suci

Mungkin ku mampu untuk melangkah
Berkaca pada malam yang tak selalu hitam
Berilmu pada gelap yang memapah rembulan
Dan melangkah diantara jalan berterang

Terjaga mata dan sadarku
Tak terbuai dingin malam yang selalu hening
Geletar asa merasuk waktu
Memaksa aku melawan gelapnya

Diantara bintang yang tersaput awan
Rinduku untuk bertandang menyapa sepi sendirimu
Hangat kecup hatitulus kulepas untukmu
Indah sayang di kalbu putih milikmu selalu

Kebumen, 04 Maret 2010









GEJOLAK HATI
Karya, Soberi Astuti

Aku meniti batas perjalanan waktu
Menapak jejak suramnya mimpi
Kucari setitik cahaya abadi
Penerang jiwa yang kian tersisih

Sendiri aku melangkah
Mencari lurusnya lelikuan hidup
Persimpangan-persimpangan hentikan langkahku sesaat
Tak pernah beri terang petunjuknya

Tawa binatang malam nakal membisik
Suarakan hujatan cerca dan maki
Merobek segenap indra dengarku
Di atas bintang-bintang berkilauan

Pancarkan cahaya bernafaskan damai
Namun rembulan redup bersinar
Tertunduk lesu menatap muramku
Pekat malam serasa begitu panjang

Seakan tiada batas kesunyiannya
Mata kecilku tak mampu terpejam
Menanti jatuhnya binatang malam
Sekedar untuk sampaikan kerinduan

Kebumen, 04 Maret 2010



YANG CERAH
Karya, Agung D. S.

Laksana air di tanah pasir, kaulah titik kehidupan
Laksana embun di pucuk daun, segarkan hati yang dahaga
Begitu tulus dan murni cintamu padaku
Melingkar lekat di dalam jiwaku

Kau bunga nan semerbak, tebarkan aroma damai
Mengalir didalam aliran darahku
Begitu harum mewangi tubuhmu
Menusuk relung hatiku

Ijinkan ku tuk jadi nahkoda dihatimu
Berjaga menjaga hatimu yang menyala
Ijinkanku slalu ada di nadimu
Yang kan mengaliri setiap nafas bersamaku

Purworejo, 1 Januari 2010













IBU
Karya, Agung D. S.

Tak pernah letih kasihmu mengalir,
Tak pernah lelah doamu menyahut
Di setiap langkahmu.

Tak pernah berhenti kau lantunkan doa
Hanya tuk menjaga buah hatimu
Tak pernah berhenti kau tuai kasih
Hanya tuk menjaganya

Segala yang ada di dirinya
Adalah sebuah cita-citamu
Segala yang mengalun di dirinya
Adalah segala anganmu
Ku ingin mengikuti seluruh jejak langkah kakimu.

Cilacap, 1 Januari 2010













NADA DAMAI
Karya, Agung D. S.

Pernahkah kau merasa bahagia
Pernahkah kau merasa mempesona
Tak ada keraguan, tak ada permusuhan
Yang ada hanya kebahagiaan

Begitu banyak kisah tentang kita berdua
Semua tentang rasa dan nada indah
Belajar dalam setiap kesalahan
Tuk menjaga kita akan lebih baik

Bias sinar dimatamu indah menyilaukan
Semerbak kasihmu merubah keangkuhan
Mekar mewangi mendebarkan hati
Membius alam damai di hatiku

Purworejo, 8 Feberuari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger